"Apa? Mamah pikir aku mau? Gak cukup yah mah. Mamah pergi dari apartemen aku. PERGI."
*****
POV Erlin
Cekleekk....
"Aku sampai...."
Sebenarnya gue males banget ngobrol sama mamah, huft. Tapi bagaimana pun gue anaknya, jadi hormat harus tetap gue terapkan.
Gue berjalan melewati mamah gue yang lagi duduk santai di sofa, dan gue menghampiri kitchen set dapur gue yang terpampang jelas berhadapan dengan sofa yang diduduki nyokap gue.
"Kamu malem banget pulang nya..."
Nyokap gue sibuk dengan ponsel nya. Cih bahkan nanya gue aja kaya males gitu.
"Mamah mau ngapain kesini?" Tanya gue sambil minum air yang udah gue tuangkan ke gelas.
Nyokap gue mulai berdiri dan berjalan melihat-lihat kondisi apartemen gue, tapi gue berusaha buat ngejauh dari sentuhan tangan nyokap gue. Lalu gue duduk di sebelah nya.
"Kamu kok gitu nanya nya?,... Mamah yah kangen sama kamu."
"Cih kangen," gue yang tersenyum miring, gak percaya aja sama ungkap an nyokap gue.
"Udah deh mah, to the point aja, mamah mau apa kesini...?" Tanya gue sambil mengikat rambut.
"Huh.. kamu kok betah si sayang, tinggal di apartemen kecil ini? Dan mengasingkan diri... Hem...."
"Ya aku lebih betah disini lah mah, tenang, gak berisik kaya dirumah mamah. Yang tiap hari ada aja perdebatan yang memuakkan"
"Sayang, karna itu demi kebaikan kamu, yah mamah.. Masa Iyah sih, ada orang tua yang jahat sama anak sendiri..."
Gue udah muak banget denger omongan palsu ini aseli pengen banget gue ngusir, haduuhh...
*****
Basa-basi sana sini adalah andalan jitu laelani untuk bisa mengobrol dengan anaknya. Tapi Erlin yang sangat merasa muak dengan perilaku ibunya, ia merasa perilaku ini adalah palsu dan terlalu jelas di reka-reka.
Sementara syali yang mengechat Erlin memberi tahu bahwa ia akan menginap di apartemen nya.
Namun sayang karna Erlin dan ibunya yang sedang membicarakan sesuatu, chat tersebut tak kunjung ada balasan.
POV syali
"Kenapa gak di bales yah?, padahal udah di baca... Heemmm..."
"Apa gue kesana aja kali, gue jadi kuatir banget...."
"Udah mah seharian ini dia gak banyak bicara lagi..."
Setelah beberapa menit kemudian gue memutus kan untuk pergi, ...
"Udah lah. Fix gue ketempat Erlin...."
Gerutu syali, ia bicara dengan dirinya sendiri.
*****
POV Erlin
"Udah mah, mamah butuh apa kesini jangan terlalu banyak basa-basi. Aku capek. Aku mau istirahat"
Gue sambil duduk dengan kaki menyilang.
"Ok, mamah mau ngasih tahu ke kamu, kalo mamah udah dapet calon buat kamu. Mamah juga udah nentuin jadwalnya, kapan kamu akan menikah... Dan...."
Seketika gue berdiri, dan menghadap nyokap gue. Kini posisi kita saling berhadapan, dan gue menyela pembicaraan nyokap.
"Apa? Calon? Mamah gila yah... Cih... Udah deh mah. Mamah gak usah sok peduli sama aku, setiap mamah ngobrol sama aku. Selalu Pernikahan yang mamah bahas. Aku tuh muak yah mah, panas kuping, lagian....." PLAAK...
"Kamu itu disekolah in, tapi gak punya sopan santun sama orang tua sendiri. Mamah kesini niat baik-baik, tapi kayak gini perlakuan kamu ke mamah? HAH?..."
Seketika gue nangis mematung, tanpa gue ngucapin sepatah kata pun. Nyokap gue bukan sekali dua kali nampar kaya gini, tapi udah puluhan kali, entah udah berapa banyak.
"Mamah malu, banyak gosip kamu tuh lesbi, kamu tuh gak normal, umur kamu udah bukan remaja lagi, Kamu gak malu, hah?. Mamah gak mau tau yah kamu......"
"Apa? Mamah pikir aku mau? Gak. Cukup yah mah. Mamah pergi dari apartemen aku. PERGI."
Emosi gue berontak. Gue udah gak tahan lagi dengan orang-orang yang sibuk dengan umur, kepribadian orang, pernikahan bukan hal biasa. Pernikahan itu sakral dan gue gak mau main-main dengan hal yang sakral.
*****
Ketika mereka berdebat soal pernikahan, tanpa mereka sadari syali yang sudah menyaksikan pertengkaran itu, dia hanya berdiri tegak dan melongo atas kejadian yang ia lihat.
Sementara laelani yang merasa di bentak oleh anaknya ia langsung bergegas mengambil tas disofa, dan ia kaget mendapati syali yang tengah hadir di apartemen anaknya.
"Ooooouuuuhh jadi kayak gini. Kalian berdua tinggal bersama?. Aduh udah gak ngerti, sama kalian berdua yang sudah seperti berumah tangga. Jadi gak salah orang-orang fikir kamu gak normal, Erlin."
Ejek laelani sembari melipatkan tangan di perut. Erlin yang tak menyadari syali yang tengah hadir di apartemen nya, ia beranjak dan menghampiri mereka. Laelani yang sudah emosi dengan perlakuan anaknya, ia bergegas pergi dan memelototi syali sahabat Erlin.
"Lo gak papa kan, Lin?"... Tanya syali memeluk pundak Erlin,
"Gak papa, sorry yah gue gak sempet bales chat Lo, pasti kuatir. Makanya Lo kesini kan,?" Jawab Erlin.
"Iyah..." Lanjut syali..
Mereka berdua berjalan menuju sofa dan duduk bersebelahan.
Malam ini menunjukkan pukul 23.05. Perdebatan yang menguras emosi membuat Erlin sangat merasa lelah. Ia berharap bisa tidur dengan nyaman, namun harapannya kini menjadi mimpi buruk yang nyata.
Syali yang memang berniat untuk menginap di apartemen nya, akhirnya malam itu menjadi malam penuh dengan curhat dan cerita. Malam yang dilengkapi tangis menjadi saksi bahwa kini hati Erlin sangatlah sedih.