bc

Aku Ingin Melihatnya

book_age16+
438
IKUTI
1.7K
BACA
dark
drama
tragedy
twisted
mystery
scary
like
intro-logo
Uraian

Pikiran Raga menjadi terganggu saat temannya yang indigo bilang kalau arwah kekasihnya bernama Nayara yang sudah meninggal itu sering mengikutinya kemana-mana. Raga ingin melihat dan bicara dengan arwah kekasihnya itu karena sebelum Nayara kecelakaan hingga meninggal dia sempat menelepon dan mengajaknya ketemuan untuk mengatakan sesuatu.

Raga pun mencari dukun tersakti yang bisa membuka mata batinnya agar bisa melihat dan bicara dengan Nayara. Namun saat mata batinnya berhasil dibuka, Raga tidak melihat keberadaan arwah Nayara, dia malah melihat arwah-arwah lain yang setiap saat menerornya dan menginginkan nyawanya. Sementara dukun yang membantu membuka mata batinnya sudah meninggal dan tak ada yang bisa menutup mata batinnya kembali.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Suara-Suara di Dalam Lemari Tua
Raga, seorang mahasiswa itu mendongak ke sebuah tali yang sudah siap menggantung lehernya. Bau amis mendadak tercium ke hidungnya. Dia tahu, bau amis itu berasal dari darah yang mengering di lantai kamarnya. Sisa usaha bunuh dirinya yang gagal. Tiba-tiba sebuah lemari tua di pojok kamar kosannya itu bergerak-gerak. Mengeluarkan bunyi seperti ada yang mau keluar dari dalamnya. Padahal lemarinya itu tidak terkunci sama sekali. “Siapa kamu? Jangan ganggu aku! Biarkan aku mati!” teriak Raga pada lemari tua itu. Lemari tua itu semakin bergerak-gerak. Raga penasaran. Tak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia turun dari bangku dan langsung membuka lemari itu dengan marah. Tak ada siapapun di dalam lemari itu. Hanya tumpukan baju-baju yang menggulung dan sudah bau. Lelaki itu heran dan penasaran. Awalnya dia mengira itu seekor kucing yang ingin keluar. Tapi saat tak ada satu makhluk hidup pun yang dia temukan di sana, tiba-tiba rasa takutnya perlahan menjalar. Pundaknya mendadak merinding. Raga mundur selangkah dari lemari itu. Beberapa saat kemudian lemari itu kembali bergerak-gerak, semakin lama bergerak semakin kencang. Raga menutup kupingnya dengan kedua tangannya sambil terduduk di pojok kamar. Wajahnya semakin pucat. “Berhenti! Berhenti!” teriak Raga. Lalu terdengar suara pintu yang sedang didobrak dari luar. “Raga! Buka raga! Raga, buka pintunya!” teriak seorang lelaki di luar sana. Raga menoleh ke arah pintu yang sedang didobrak itu dengan terkejut. Dia tak ingin ada orang yang menggagalkan usaha bunuh dirinya hari ini. Kali ini dia harus berhasil. Tak ada alasan lagi untuk dia melanjutkan hidup. Kekasih yang sangat dicintainya telah mati karena ditabrak lari oleh orang yang tak bertanggung jawab. Pelakunya yang sudah menjadi tersangka telah dibebaskan dari semua tuduhan karena tidak terbukti bersalah. Polisi mengatakan kekasihnya itu mati karena bunuh diri. Kedua orang tuanya pun telah mengusirnya dari rumah. Kuliah pun sudah berhenti. Semua orang membencinya karena menuduhnya menjadi penyebab kematian kekasihnya itu. Raga bangkit dan kembali naik ke atas bangku. Dia pegang tali yang melingkar dan sudah tergantung di bawah langit-langit kamarnya itu. Matanya berair. “Maafkan aku, maafkan aku, Nayara…" Lalu dia masukkan lingkaran tali itu ke dalam kepalanya. Beberapa saat kemudian dia menendang bangku yang sedang diinjaknya itu dengan keras. Raga mulai meregang nyawa. Beruntung, saat itu pintu kamar kosannya berhasil dibuka. Seorang lelaki yang seumuran dengannya datang bersama temannya dan langsung memegang tubuh Raga yang hampir tiada. Menggagalkan rencana bunuh dirinya. Kini Raga sudah terbaring di rumah sakit. Matanya tertutup. Selang infus menutrisi tubuhnya. Lelaki itu masih belum sadarkan diri. Dua lelaki yang sedang menunggunya itu tampak sedih. Seorang yang bernama Johan yang masih mengenakan jas kampus menoleh pada temannya yang bernama Nurdin itu. “Pas ceweknya meninggal, dia jadi kayak gini. Dulu dia orangnya periang banget. Aku sengaja ngajak kamu ke kosannya tadi, biar bisa liat dia. Apa di dalam dirinya ada sesuatu? Aku tahu kamu Indigo. Bisa liat sesuatu yang nggak bisa aku liat. Mungkin kamu tahu jawabannya kenapa dia selalu ingin bunuh diri selama ini, tapi pas kita nemuin dia, rupanya dia lagi ngelakuin hal bodoh itu. Untung aja kita cepat dateng, kalo nggak, mungkin aku bakal kehilangan seorang sahabat untuk selamanya,” isak Johan. Lelaki berkaca mata itu menatap Johan dengan sedih. “Sebenarnya di deket dia itu ada sesuatu yang sering ngikutin dia kemana-mana,” ucap Nurdin tiba-tiba. Johan menoleh pada Nurdin dengan heran. “Maksud kamu?” Nurdin berbisik pada Johan, ”Arwah kekasihnya itu aku lihat ngikutin Raga terus.” Johan terperanjat mendengarnya. “Nayara?” Johan mengangguk. Bulu kuduk Johan mendadak merinding walau dia sendiri masih tak percaya. Johan menatap sekeliling dengan takut. “Kamu serius?” tanya Johan dengan tak percaya. Nurdin mengangguk lalu berbisik lagi pada Johan, ”Jangan kencang-kencang ngomongnya. Dia bisa denger kita. Dia lagi duduk di tepi kasur di dekat Raga.” Johan langsung berdiri mendengar itu. ”Kenapa dia jagain Raga?” “Aku nggak tahu. Tadi aku udah coba nanya sama arwah itu, tapi dia diam aja,” bisik Nurdin pada Johan. “Coba kamu ajak dia ngomong lagi. Kalo emang bener arwah itu ngikutin Raga, tanyain ke dia kenapa dia ngikutin Raga dan apa tujuannya?” Sesaat kemudian Nurdin berteriak ketakutan. “Han... Han!!!" Johan heran. “Kamu kenapa?” “Di... di... dia di depan kamu... lagi melotot ke kamu...” Johan sontak berteriak ketakutan dan langsung bersembunyi di belakang tubuh Nurdin. Tubuh pria itu mendadak gemetar. “Sekarang dia di belakang kamu!” ucap Nurdin dengan takut. Johan pun kembali berpindah tempat dengan takut. “Jangan ganggu kami! Kalo emang kamu arwah Nayara kekasih si Raga, kamu pasti kenal kami dan nggak akan jail ke kami!” teriak Johan pada arwah yang tidak bisa dilihatnya itu. Tiba-tiba terdengar suara tawa yang jauh. Seperti saat mendengarkan suara pengumuman dari masjid yang jauh. Suara tawa itu terdengar samar. Namun, sangat mengerikan. Johan dan Nurdin saling berpelukan dengan takut. “Aaaaa!” teriak mereka. Johan melihat ke Nurdin dengan heran. “Kamu kan Indigo, kenapa sama hantu masih takut?” tanya Johan tak percaya. “Kamu pikir tiap orang indigo nggak takut sama hantu? Nggak semuanya kayak gitu!” teriak Nurdin. “Tolong jangan ganggu kami! Kami nggak akan ganggu kamu!” teriak Nudrin kemudian pada arwah yang dilihatnya itu. “Jo--Johan...” panggil Raga dengan suara parau dan lemah yang sudah sadarkan diri. Lelaki itu menoleh pada dua teman kampusnya yang sudah ada di sana. Seketika Nurdin tidak melihat lagi arwah yang dilihatnya tadi di ruangan itu. Mungkin dia sudah pergi. Mereka langsung menghampiri Arga yang sudah sadar itu. Johan menatap wajah Raga dengan lega. “Raga?” panggil Johan. Raga menatap Johan dengan kesal, ”Kamu kenapa nyelametin aku? Harusnya kamu ngebiarin aku mati.” Johan marah mendengar itu, ”Kamu bodoh! Harusnya kamu bersyukur kita udah nyelametin kamu.” “Aku nggak pantes buat hidup, Johan. Aku nggak punya Nayara lagi. Dia udah pergi. Aku nggak bisa hidup tanpa dia, Johan.” Isak Raga. “Kamu tau, kalo perbuatan bunuh diri itu bisa bikin kamu masuk neraka selama-lamanya?” tanya Johan akhirnya. Dia kecewa melihat sahabatnya itu telah melakukan tindakan yang salah. Selama ini dia tidak pernah melihat Raga seputus asa begitu. Air mata Raga perlahan berjatuhan ke pipinya. “Maafin aku,” ucapnya lirih. Nurdin mencoba menenangkan Johan, ”Dia masih belum sehat, jangan dulu bahas itu.” “Dia yang bahas duluan, bukan aku,” bela Johan. Nurdin terdiam. Akhirnya Johan pun berhenti membahas itu. Dia duduk dengan lega di dekat Raga. “Tolong jangan ulangi lagi itu,” pinta Johan dengan lembut. Raga mengangguk.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Patah Hati Terindah

read
82.9K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.9K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.9K
bc

JANUARI

read
48.8K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook