"Saya tahu, Pak Emran, Anda pasti ingin tahu siapa yang menabrak dan mencelakai Anda. Itu naluri dasar manusia—ingin membalas ketika disakiti. Apalagi dalam kasus Anda, saya rasa dorongan untuk balas dendam itu besar, bukan?" Iptu Haris membuka pembicaraan dengan nada santai, tapi ucapannya langsung mengarah ke inti. Mereka bertemu di lokasi kejadian—tempat tubuh Emran dulu terlempar. Dan suka atau tidak, yang dikatakan sang perwira memang benar. Emran sudah tak sabar ingin tahu siapa dalangnya. Siapa yang membuat hidupnya jungkir balik. Tapi tentu saja, dia tidak akan mengakuinya terang-terangan. Ia memang ingin pelakunya tertangkap. Namun soal dendam, cukup dia simpan sendiri—rapat-rapat dalam d**a. "Kalaupun saya ingin balas dendam, sepertinya tak akan sempat, Pak. Kalau pelakunya te

