Part 3 Jadi Mahasiswa

1312 Kata
Selamat membaca gengs! ** Persiapan Nevan ke Yogyakarta sudah selesai. Persiapan di kampus maupun tempat dirinya akan tinggal, sebuah kosan yang terbilang cukup mewah karena Ares sang ayah yang mencarikannya tempat tersebut, lebih tepatnya menyuruh anak buahnya. Anak sulung Ares itu akan berangkat menggunakan kereta dua hari lagi. Sama seperti Nevan, Nessa pun selesai dengan urusan kampusnya, gadis itu sudah diterima di salah satu kampus yang menjadi incarannya, cukup mudah apalagi dengan nilai yang di miliki Nessa bahkan bisa masuk ke kampus manapun. “Ko aku sedih ya, Kak Nevan dua hari lagi berangkat. Aku pasti bakalan menderita, kena siksa nenek lampir,” celetuk Arlen dengan mata yang sesekali menatap kakak perempuannya. “Maksud lo apa?!” sentak Nessa membuat nyali Arlen menciut dan semakin merapatkan dirinya pada Nevan yang berada di sampingnya. “Sehari aja bisa akur gak,” ucap Nevan yang sudah bosan melihat tingkah dua adiknya yang tak pernah akur. “Gak!” jawab mereka kompak. “Bagus! Lanjutkan!” seru Nevan kemudian beranjak dari sofa, bahkan ingin menikmati tontonan saja jika berada di antara Nessa dan Arlen, dia tak akan bisa fokus. Mereka berdua ribut. “Padahal Arlen bercanda, Kak,” ucap Arlen saat melihat Nevan yang sudah pergi ke atas mungkin menuju kamarnya. “Gue juga bercanda. Tapi bagus deh, jadi kita bisa nonton kartun, emang kamu ngerti nonton berita kaya gini?” tanya Nessa berpindah duduk di samping adiknya. “Enggak,” Arlen menggeleng, “Alhamdulillah, kita bisa nonton kartun,” lanjutnya bersyukur karena sedari tadi yang mereka tonton adalah acara berita, siapa lagi kalau bukan Nevan yang memindahkan channelnya. “Betul, bawa cemilan sana,” titah Nessa pada Arlen. “Siap Bos!” hormat Arlen pada kakaknya. Giliran menonton kartun saja baru mereka bisa akur, selain itu jangan harap. *** Hari pertamanya berada di tempat tinggal yang baru tak begitu buruk bagi Nevan, dia nyaman saja apalagi ayahnya memilih lokasi yang cukup strategis dan paling penting dekat dengan kampusnya. Selama di Jogja, Nevan juga di sediakan motor oleh Ares, agar anaknya bisa dengan mudah pergi ke manapun. Kemarin saat dia pergi, dia harus melalui sebuah drama keluarga. Apalagi kalau bukan Nessa yang tiba-tiba saja merengek tak ingin di tinggalkan oleh Nevan, juga Kia sang ibu yang kembali berat melepas Nevan untuk jauh darinya. Tetapi hanya sebentar saja dan Nevan beruntung karena dia tak ketinggalan kereta. Sekarang dia harus belajar mandiri karena jauh dari kedua orang tuanya, meski cukup mudah bagi kedua orang tuanya untuk datang ke Jogja, tetapi Nevan meminta untuk kedua orang tuanya tak usah mengkhawatirkan dirinya terutama kepada Ibunya, Nevan meminta jika memang akan berkujung tak sesering mungkin, dan Nevan juga akan pulang kalau libur semester. *** Nessa menatap jam di pergelangan tangannya, hari pertama menjadi mahasiswi dia harus terlambat. Tetapi dia masih beruntung karena dosen mata kuliahnya saat itu masuk ke dalam kelas lima menit setelah Nessa baru saja sampai di kelas. Kali ini mungkin dia beruntung, tetapi besok, siapa yang tahu. “Gila! Ganteng banget itu dosen,” ucap Ayu yang duduk di samping Nessa. Ya mereka kembali satu kelas dan satu jurusan seolah seperti Ayu adalah kembaran Nessa karena mereka juga tak pernah terpisahkan. “Gantengan Ji Chang Wook,” celetuk Nessa. “Mata lo katarak ya, ini juga dosen hot. Hidungnya kaya perosotan anak tk, licin amat,” komentar Ayu membuat Nessa sebal. Ganteng dari mana, biasa aja, batinnya. “Ya udah sih kalau lo naksir, pepet aja,” ucap Nessa. “Sayangnya gue udah punya pacar.” “Sejak kapan lo?!” pekik Nessa membuat seluruh mahasiswa di dalam kelas menatap ke arahnya, termasuk sang dosen yang berada di depan sedang menjelaskan materi. “Ada apa, Nessa Nuria Wijaya?” dosen tersebut menatap salah satu mahasiswinya yang tadi membuat keributan, sebenarnya sudah sedari tadi sang dosen mendengar suara-suara dari belakang tetapi dia abaikan tetapi justru mahasiswanya itu malah membuat keributan yang akhirnya menganggu konsentrasi yang lain. “Tidak ada apa-apa, Pak. Maaf,” ucap Nessa, dalam hatinya dia merutuki sahabatnya karena membuat dirinya harus membuat keributan dan ini hari pertamanya menjadi mahasiswa. Tapi, sepertinya ada yang salah. Sejak kapan dosen di depannya tahu namanya? *** “Gara-gara lo, Yu. Malu banget gue,” ucap Nessa saat mereka baru saja selesai kelas dan berjalan ke arah kantin. “Ya sorry, lo juga sih gak kalem pake toa segala itu mulut.” “Sembarangan lo!” semprot Nessa membuat Ayu tertawa, “Eh tapi gue penasaran,” lanjutnya. “Tentang?” “Itu dosen tadi, kenapa bisa tahu nama panjang gue. Perasaan gue belum kenalan sama dia, tadi juga gak di absen sama dia kan.” Ayu mengedikkan bahunya, “Di jidat lo kayanya dia bisa lihat nama panjang lo, Nes,” celetuk Ayu. “Masa?” “Iyalah, jidat lo kan lebar kaya lapangan bola.” “Si anjir!” umpat Nessa. “Jangan mengumpat!” Nessa tersentak mendengar suara bass yang begitu jelas di telinganya, begitu juga dengan Ayu yang sudah seperti patung melihat siapa yang berada di hadapan mereka. “Bapak bikin kaget,” ucap Nessa. “Anak gadis jangan sering mengumpat,” ucap sang dosen. “Ya maaf Pak, itu keceplosan aja. Lagian kenapa Bapak ribet amat urusin saya,” balas Nessa seolah tak takut sama sekali meski yang dia hadapi adalah dosennya sendiri. “Karena kamu mahasiswa saya, tak baik kalau seorang mahasiswa tetapi perkataannya penuh dengan u*****n,” tegas dosen tersebut. “Sekali lagi kami minta maaf Pak, permisi,” pamit Ayu menarik Nessa untuk segera menjauh dari dosen mereka. Sepertinya Ayu menarik perkataanya di kelas tadi, di mana dia mengatakan kalau dosen yang mengajar tadi begitu tampat dan hot, Ayu harus mengatakan kalau dosen tersebut mengerikan. “Gila lo, Nes! Masa lo mau debat di hari pertama lo ngampus sama dosen sendiri,” ucap Ayu saat mereka sudah sampai di kantin. “Abisnya, dia urusin banget hidup orang. Mulut-mulut gue.” “Ya tapi gak gitu juga Nessa, lo cari mati. Kalau nilai lo sampe E gimana.” “Ya protes lah,” ucap Nessa. Ayu menatap sahabatnya itu dengan tatapan tak percaya, Nessa yang dulu memang tak berubah, si pembuat masalah. “Emang sohib gue bar-bar.” *** Nevan menikmati waktunya sendiri di perpustakaan, hari pertamanya menjadi mahasiwa cukup menyita waktunya karena jadwal kuliahnya di hari pertama ini padat sekali. Hampir seharian dia berada di kampus dan di waktu istirahat seperti sekarang ini, Nevan memilih untuk berada di perpustakaan. Tempat yang jarang di datangi mahasiswa di saat waktu istirahat, karena mereka pasti pergi mencari makanan di bandingkan harus berada di antara rak buku yang tinggi ini. Nevan mendengarkan musik lewat earphone, sambil membaca buku modulnya. Dia selalu membacanya lebih dulu sebelum di jelaskan oleh dosennya, sama seperti di sekolah dulu Nevan selalu membaca materi pelajaran yang akan di bahas di esok hari oleh gurunya. Hal tersebut memang sangat efektif untuk dirinya belajar selama ini. Di sela-sela menikmati bacaannya, seseorang menepuk bahunya membuat Nevan menoleh ke arah samping kemudian melepas earphonennya. “Lo gak ke kantin?” tanya laki-laki dengan kacamata yang menghiasi kedua matanya. Kemudian laki-laki itu duduk di hadapan Nevan. “Enggak, lo sendiri kenapa di sini?” Nevan kembali membaca modulnya. “Gue nyari lo.” Nevan mengangguk tetapi tak mengalihkan kedua matanya dari buku yang berada didepannya. Leon, laki-laki yang duduk di hadapan Nevan dan merupakan orang pertama yang berkenalan dengan Nevan memilih untuk memainkan handphonenya. Beberapa hari mengenal Nevan saat mereka yang kebetulan satu kelompok dalam ospek waktu itu, Leon sedikitnya mengenal teman barunya, Nevan yang cenderung dingin tak banyak bicara. Tetapi entah kenapa dia merasa Nevan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai teman, akhirnya meski kerap kali bersikap dingin tetapi mereka bisa berteman sampai hari ini. “Kantin kuy! Perut lo juga butuh makan,” ajak Leon setelah cukup lama menemani Nevan yang asyik dengan materi kuliahnya. Nevan menatap Leon lalu mengangguk dan akhirnya keluar dari perpustakaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN