Amanda yang baru saja mendapat panggilan dari sang ibu bahwa ayahnya saat ini sedang berada di rumah sakit, dengan cepat melesat kerumah sakit yang disebutkan oleh ibunya.
Amanda yang saat itu masih berada di tempat kerjanya segera bergegas menuju kerumah sakit dengan menggunakan taksi.
Disepanjang perjalanan menuju kerumah sakit,Amanda tak henti hentinya menangis,dia ingin segera sampai rumah sakit dan memeluk sang ayah.
Amanda sangat menyayangi ayahnya karena sejak kecil dirinya sudah kehilangan bunda ( ibu kandung Amanda). Sampai akhirnya pada saat umurnya lima tahun, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan Lisa yang saat itu juga sudah memiliki seorang putri yang umurnya lebih tua tiga tahun dari Amanda.
Setelah sampai dirumah sakit,Amanda segera ke meja resepsionis untuk menanyakan ruangan ayahnya.Setelah mendapat informasi,Amanda segera berlari keruangan yang disebutkan oleh si resepsionis tadi.
Amanda sampai di depan pintu ruangan Romi. Dia membuka pintu ruangan itu dengan pelan,air matanya kembali menetes begitu melihat kondisi sang ayah yang terbaring lemah dengan perban melilit dibagian perutnya akibat luka tusukan yang dia dapatkan.
Amanda melangkah dengan pelan kearah sang ayah.
"Ayah."lirih Amanda lalu memeluk tangan ayahnya.
"Ayah jangan tinggalin Amanda ya. Ayah harus kuat. Amanda nggak mau kehilangan ayah." Amanda semakin terisak melihat kondisi orang yang paling dia sayangi itu terbaring belum sadarkan diri akibat obat bius. Setelah puas memeluk ayahnya,Amanda kemudian menarik kursi dan duduk disamping brankar Romi. Amanda memandangi wajah sangat ayah yang teduh dan pucat.
Amanda tersentak ketika pintu ruangan itu terbuka. Amanda menoleh cepat, disana dia melihat seseorang pria paruh baya dengan pakaian rapi melangkah kearahnya. Laki laki itu berjalan perlahan membuat Amanda mengernyitkan keningnya bingung .
"Maaf,bapak ini siapa?"tanya Amanda begitu Pak Praja berdiri disamping brankar Romi,bersebrangan dengan Amanda.
Pak Praja tersenyum, kemudian menghampiri Amanda dan menarik sebuah kursi disana lalu duduk disamping Amanda.
"Perkenalkan nama saya Praja."ucapnya sambil memberi jabatan tangannya.
Amanda mengusap air matanya yang masih menggenang dipipi lalu kemudian membalas jabatan tangan pak Praja.
"Saya Amanda pak." Balas Amanda ramah, dan dibalas anggukan oleh pak Praja.
"Apa bapak teman ayah saya?"tanya Amanda mulai penasaran. Dia belum pernah melihat pak Praja sebelumnya.
Pak Praja mengangguk samar.
"Iya,saya adalah teman ayah kamu. " Jawab pak Praja membuat Amanda mengangguk paham.
"Jadi kamu adalah putri Romi? " Tanya pak Praja memulai obrolan.
Amanda mengangguk.
"Iya pak,saya adalah putri pak Romi."
Pak Praja menghembuskan nafasnya kasar.
"Sebelumnya,saya minta maaf."ucapnya kemudian.
Amanda mengerutkan keningnya.
"Minta maaf untuk apa pak?"tanya Amanda bingung,karena dia belum mengetahui sama sekali apa yang sebenarnya terjadi pada sang ayah, yang membuat sang ayah jadi harus terbaring lemah saat ini.
Pak Praja terdiam sesaat, pandangannya menerawang ke kejadian itu.
"Gara gara menyelamatkan saya, ayahmu jadi harus terkena luka tusukan dan harus dirawat dirumah sakit sekarang. " Aku pak Praja jujur, ada gurat penyesalan tersirat diwajahnya.
Amanda membelalakkan kedua matanya.
"Apa maksud bapak?"tanyanya bingung, Lisa tidak mengatakan apapun padanya perihal kejadian sesungguhnya. Dia hanya mengatakan jika Romi tengah berada di rumah sakit karena suatu kecelakaan kecil.
"Apa ibumu belum menceritakan padamu? " Tanya pak Praja kaget karena tak mengira jika Amanda ternyata tidak mengetahui kejadian sesungguhnya.
Amanda menggeleng cepat.
"Tidak,ibu tidak berkata apapun pada saya."
"Setidaknya saya sudah mengatakannya padamu,saya berharap kamu bisa memaafkan saya."
"Tidak ada yang perlu disalahkan pak,ini semua memang sudah takdir. Dan saya juga tidak ingin bapak jadi menyalahkan diri bapak sendiri."
Pak Praja tersenyum sekilas.
"Terimakasih, karena kamu sudah mau memafkan saya. Saya akan melakukan apapun untuk menebus semuanya."
"Tidak perlu pak. Menurut saya, bapak sudah melakukan hal benar dengan membawa ayah saya langsung kerumah sakit dan mendapatkan fasilitas seperti saat ini. " Ujar Amanda mencoba memberi pengertian pada pak Praja agar tak menyalahkan dirinya sendiri.
"Ini masih tidak sebanding dengan pengorbanan ayah kamu untuk menyelamatkan saya. " Ucap pak Praja sambil tertunduk lesu. Dia merasa malu kada Amanda. Karena menyelamatkan dirinya pak Romi jadi harus celaka. Padahal dia tidak mengenal Romi sama sekali. Tapi lelaki itu rela berkorban untuk dirinya.
"Tidak apa apa pak,bagi saya semuanya pasti akan baik baik saja."
"Baiklah,kalo begitu saya permisi dulu.Jika ada perlu kamu bisa menghubungi saya." Pamit pak Praja.
" Ya, terimakasih pak, atas kunjungan bapak karena sudah menyempatkan diri membesuk ayah saya."
"Itu memang sudah kewajiban saya. Kalau begitu saya pulang dulu ya Amanda." Pak Prajapun bangkit.
"Ya pak, hati hati." ujar Amanda. Lalu pak Praja melangkah keluar dari ruang inap Romi.
Semenjak saat itu, Pak Praja jadi mengenal Amanda. Setiap kali dia datang menjenguk pak Romi, dia pasti akan bertemu dengan Amanda. Bisa pak Praja pastikan jika Amanda sangatlah menyayangi ayahnya, Amanda dan pak Praja tatkala sering bercerita saat mereka bertemu. Amanda mengatakan jika dia juga memiliki dua saudara perempuan. Namun pak Praja hanya melihat jika Amanda yang selalu perhatian dan paling rajin berkunjung kerumah sakit untuk mengurus dan menjaga ayahnya dengan telaten, bahkan ibunya sendiri jarang sekali datang berkunjung ke rumah sakit. Amanda bahkan tak pernah mengeluh walau dia lelah sepulang dari tempat kerjanya dan harus langsung kerumah sakit.
Itulah yang membuat pak Praja menginginkan Amanda untuk menjadi menantu untuk putranya yang dikenal arogant. Dia yakin, jika sifat penyabar Amanda akan bisa merubah kelakuan putranya itu.
Pada saat pak Praja mendapat kabar bahwa pak Romi tersadar, pak Praja segera ke rumah sakit untuk menjenguknya sekaligus untuk meminta maaf dan berterima kasih pada pak Romi secara langsung karena gara gara menyelamatkan dirinya pak Romi harus terbaring di rumah sakit sekarang.
Pak Praja sengaja datang pagi kali ini karena dia hendak membicarakan maksudnya pada Pak Romi. Dia sudah memikirkan tekadnya untuk melamar Amanda sebagai menantunya pada pak Romi dan dia sangat berharap semoga pak Romi bisa merestuinya.
Pak Praja membuka kamar inap pak Romi dengan menghela napas panjang, disana pak Romi terlihat sedang berbaring setengah duduk.
"Pak Romi,anda sudah sadar pak?" Sapanya.
Pak Romi menoleh kearah asal suara.
"Eh pak Praja,anda kesini?"pak Romi menjadi sedikit sungkan melihat pak Praja datang membesuknya.Pak Romipun tersenyum.
"Alhamdulillah pak,saya sudah sadar sejak tadi."
"Bagaimana kondisi anda saat ini? Apakah ada yang anda rasakan? Biar saya memanggil dokter untuk memeriksa anda kembali."
"Tidak perlu pak,saya sudah merasa lebih baik."
Pak Praja kemudian duduk di kursi samping brankar pak Romi.
"Pak Romi,saya kesini untuk meminta maaf pada bapak,karena saya bapak menjadi celaka." Ujar pak Praja to the point.
"Tidak pak,itu bukan salah pak Praja.Saya melakukannya karena saya ikhlas."
"Tapi tetap saja,saya merasa sangat bersalah pada anda.Untuk menebus rasa bersalah saya bisakah saya meminta putri bapak?"pak Praja berusaha to the point.
Pak Romi menautkan alisnya,masih mencerna kalimat yang pak Praja ucapkan. Jangan bilang kalo pak Praja menginginkan putrinya sebagai istri keduanya?
"Apa maksud pak Praja?"sepertinya Romi salah menanggapi ucapan pak Praja.
Pak Praja yang mengerti ucapannya yang terdengar ambigu itu lantas segera menjelaskan.
"Maksud saya,saya ingin menjadikan putri bapak sebagai menantu di keluarga saya pak."potong pak Praja menjelaskan.
"Putri saya?" Ulang pak Romi tak percaya.
"Iya,putri bapak yang bernama Amanda. "
"Bapak kenal dengan putri saya?" Pak Romi mengernyit bingung. Seingatnya dia tidak pernah bercerita tentang putrinya, termasuk Amanda.
"Iya,saya sering bertemu dia saat saya berkunjung kemari.Dan saya lihat dia sangat perhatian pada anda."
"Tapi,apakah anak anda akan menerima putri saya sebagai istrinya?" Tanya Romi ragu ragu. Setau dirinya, keluarga sederhana seperti mereka pasti akan sulit diterima jika menikah dengan putra dari seorang pak Praja. Dan apakah putra pak Praja akan menerima Amanda sebagai istrinya nanti.
"Itu biar menjadi urusan saya,yang jelas dia pasti akan setuju pak." Balas pak Praja mantap.
"Tapi bagaimana jika putra pak Praja tidak mau dengan Amanda?"Romi merasa khawatir,apa bisa putra dari seorang Praja Bagaskara akan menerima putrinya yang hanya dari keluarga sederhana.
"Dia pasti mau pak,saya hanya menginginkan bapak merestui mereka saja.Untuk urusan hari akad nikahnya biar menjadi urusan saya."ujar pak Praja meyakinkan.
"Baiklah,saya akan meminta istri saya untuk memberi tau Amanda nanti."
"Baiklah,kalau begitu saya permisi dulu pak Romi.Setelah mempersiapkan semuanya saya akan kembali lagi menemui anda."
"Baiklah pak Praja,dan terimakasih atas kunjungan anda."
Flash Back Off
________________________________________
Di kediaman pak Praja.
"APA?" Kenan_putra semata wayang pak Praja terpekik hingga bangkit dari sofa ketika Pak Praja baru saja mengatakan niatanannya agar Kenangan segera menikah.
"Menikah??"tanya Kenan lagi tak percaya.
"Papa sudah gila!"serunya lagi kemudian kembali duduk untuk mendengar alasan Papanya.
Pak Praja yang juga tengah duduk di sofa itu menegakkan posisi duduknya dan menatap tajam kearah Kenan.
"Jaga bicara kamu Kenan,usia kamu itu sudah tepat untuk menikah.Jadi papa putuskan kamu harus menikah."tukas Pak Praja.
"Tapi kan pacar Kenan belum kembali dari luar negeri Pah,dia juga pasti tidak akan mau menikah buru buru seperti yang Papa mau saat ini."Kenan berusaha memelas.Walau usianya sekarang sudah dua puluh delapan tahun,namun dia belum pernah memikirkan perihal pernikahan selama ini.Dan sekarang sang Papa tiba tiba menyuruhnya untuk segera menikah.Terang saja ucapan Papanya sangat mengejutkan baginya saat ini.
Pak Praja mengerutkan keningnya.
"Siapa bilang Papa mau melihat kamu menikahi gadis centil itu?"balas Pak Praja menyangkal.
Kenan mengangkat alisnya bingung.
"Maksud Papa?" Tanyanya kemudian tak paham. Kalo bukan disuruh menikah dengan kekasihnya, lalu dengan siapa lagi?
Pak Praja meraih cangkir yang berada di atas meja dan menyeruput tehnya,setelah itu berujar.
"Papa sudah memilihkan gadis untukmu,dan dalam waktu tiga hari kamu harus menikahinya."
Kenan membelalakkan matanya.
"WHAT!!!" pekik Kenan kembali tak percaya.
"Tiga hari???"lanjutnya masih dengan rasa terkejutnya.
"Jadi Papa mau Kenan menikah dengan wanita pilihan Papa?"tanya Kenan tak percaya.
"Papa kira ini jaman Siti Nurbaya? Pake jodoh jodohin Kenan?" sungutnya kemudian.
"Nggak Pa,aku nggak mau."tolaknya mentah mentah.
"Kamu tidak bisa menolak."ujar pak Praja dengan santai.
Mendengar ucapan papanya,Kenan hanya melengos membuang muka sambil melipat tangan di d**a.
"Pokoknya Kenan nggak mau dan nggak akan pernah mau menikahi wanita yang tidak Kenan cintai."ucapnya tak takut.
"Jika kamu menolak,Papa bisa saja memblokir segala fasilitas yang kamu pakai saat ini.Kalau perlu Papa tendang kamu dari rumah ini dan juga dari perusahaan Papa."
Mendengar ancaman papanya Kenan sedikit terkesiap.
"Waduh,ngeri banget sih ancamannya Pa? Nggak ada yang lain apa?" ujarnya setengah meledek.Dia pikir jika ucapan Papanya pasti hanyalah ancaman semata.
Pak Praja tersenyum miring.
"Terserah,kita liat aja kamu berani menolak atau tidak."
"Pokoknya Kenan nggak akan pernah mau menikah dengan siapapun kecuali dengan Jessyca kekasih Kenan Pah." setelah mengucapkan kalimat itu,Kenan langsung berlalu pergi meninggalkan Pak Praja yang masih duduk di sofa yang berada di ruang tengah.
"Kita lihat saja,sampai mana kamu berani menolak keinginan Papa."ucap pak Praja pelan sambil tersenyum tipis dan kembali menyeruput teh herbal yang menjadi minuman favoritenya. Pak Praja sepertinya sudah menemukan cara untuk membujuk anaknya yang memang keras kepala itu dan mau tidak mau harus menuruti perintahnya kali ini.