bc

Luka Di atas Pejodohan

book_age18+
22
IKUTI
1K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Mengandung adegan dewasa.

Luka diatas perjodohan. Hal paling menyakitkan adalah menikah dengan orang yang tidak mencintaimu. Apalagi ada cinta dihatinya untuk orang lain.

Hidupku memang dicuci air mata derita sejak lahir, aku yatim piatu, yang hanya tinggal dengan pengasuhku. Mereka seperti orangtua kandungku. Mereka mengadopsiku karena tidak diberi keturunan. Aku tidak bisa membantah setiap permintaan mereka, hingga terjadilah perjodohan ini. Dan juga alasan lain..

chap-preview
Pratinjau gratis
Jadilah istri kedua
Part 1 _______ Mobil kami melaju menuju Bandung, kota yang akan menjadi tempat tinggal kami. Karena Pandu bekerja disana. Sedangkan orangtua kita di Jogja. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan, memikirkan tinggal berdua dengan orang yang belum lama kukenal yang kini telah menjadi suamiku. Mobil yang kami naiki berhenti. "Kenapa berhenti? " tanyaku. "Mau cuci muka dan beli minum dulu," Pandu bergegas keluar dari mobilnya. Selesai melakukannya, dia masuk kembali ke mobil dan meminum minumannya sendiri. Meminumnya sendiri? Kulihat tangannya hanya membawa satu botol minum saja. Tidakkah dia memikirkanku? Atau setidaknya hargai aku sebagai orang lain disini. Perjalanan berjam-jam di atas mobil juga membuatku lelah dan haus. Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Aku menatap wajahnya, wajah dan rambutnya masih terlihat basah, Gelenyar aneh terasa di tubuhku. "Kenapa? Aku tampan, ya?" ucapnya sambil tersenyum miring. Aku memalingkan wajahku, apakah dia sadar aku menatapnya? Setelah melewati beberapa jam perjalanan mobil yang kami tumpangi berhenti, aku menatap sekeliling. Rumah yang akan kami tinggali. "Cepat bawa barang-barangmu. " Aku mengikuti Pandu masuk ke rumah. "Kamarmu disebelah sana," Ada yang janggal dari kata-kata Pandu, kamarku? Dia menuju ke suatu ruang dan membawa barang-barangnya kedalam. Aku mengerti bahwa yang dia maksud adalah kita tidur di kamar terpisah. Aku hanya menghembuskan nafas. Lagipula, untuk saat ini lebih baik aku tidur sendiri untuk menenangkan diriku. Pagi harinya aku bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk kami, walau aku masih sangat lelah dan badanku sakit. Pandu terlihat keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi. "Ayo sarapan dulu, sudah aku siapkan. " ucapku sambil membawa semangkuk sup panas. "Tidak perlu," ucapnya datar. "Tapi sudah ku siapkan semuanya. " Tanpa menoleh ia langsung keluar rumah dan menutup pintu. Padahal aku sudah menyiapkan sarapan dengan susah payah, tak bisakah ia menghargaiku sedikit. Ingin rasanya aku memanggilnya, aku tatap sosoknya yang mulai menghidupkan mesin mobil dan menghilang, dari jendela. *** "Selamat pagi, Pak. Ini ada berkas yang harus disiapkan." ucap seorang karyawan. "Iya, letakan saja disitu. Jangan lupa meeting siang ini. Beritahukan kepada semua karyawan. " "Baik, Pak. " Saatnya jadwal meeting berjalan, semua karyawan berkumpul. Tatapan Pandu tidak lepas dari karyawan wanita dihadapannya. Wanita yang menghuni hatinya sejak lama. Wanita berparas ayu dan pendiam. Wanita itu hanya menunduk dan memalingkan wajah saat Pandu menatapnya. Semenjak tahu perjodohan Pandu, mereka menjadi sangat dingin. "Kerja bagus, Pak. " meeting sudah selesai. Semua karyawan membubarkan diri untuk makan siang. "Melan." Suara Pandu menghentikan langkah wanita itu. Dia menoleh dan hendak cepat pergi. Namun cengkraman tangan Pandu menghalanginya. "Tunggu, Mel. Aku mau bicara." "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Pandu. Aku tidak mau ada yang salah paham melihat kita, tolong lepaskan tanganku. " Melan menghempaskan tangan Pandu, namun tidak cukup kuat untuk terlepas. "Belum ada yang tahu kalau aku sudah menikah, Mel. " "Kamu sudah berani sentuh aku ya," Ucapan Melan mampu membuat Pandu melepaskan tangannya. Karena selama ini Pandu menjaga Melan sebagai seorang wanita. "Maaf. Aku mohon kali ini makan siang bersamaku. Ada yang ingin aku bicarakan. Aku mohon. " Melan hanya mampu menghembuskan nafas dan menurut saja. "Kamu mau makan apa, Mel? " "Terserah." Pandu memesankan dua nasi goreng untuk mereka. Mereka duduk berhadapan. Melan hanya mengalihkan pandangannya kebawah. Merasa risih karena Pandu terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, akhirnya Melan memulai pembicaaran. "Apa yang ingin kamu bicarakan? " "Maafin aku, Mel. " "Langsung saja ke topik. " Tatapan mereka bertemu. Dan kali ini Melan tidak bisa menyembunyikan wajah baik-baik saja. Pandu terus menyiapkan hati untuk mengeluarkan rasa yang ingin ia bicarakan, dan menyiapkan hati untuk menerima apapun jawaban Melan. Wajah sendu itu, mata indah Melan, sungguh melemahkan Pandu. Ia harus membicarakan ini.. "Jadilah istri keduaku... " "Apakah kamu sudah gila, Ndu? Jangan jadikan aku sebagai orang ketiga disini" Melan tak habis pikir apa yang barusaja Pandu katakan. Dia menatap Pandu tak suka dan ingin beranjak pergi. "Mel, aku mencintaimu. " ucap Pandu setengah berteriak. "Aku juga mencintaimu. Tapi tidak dengan cara seperti itu. " Ia beranjak pergi dan meninggalkan Pandu. "Lalu mengapa kamu mengizinkanku menerima perjodohan itu? " Melan menghentikan langkahnya. Dan berdiri membeku. Andai kamu tau, Ndu. Alasan aku melepasmu. Bahkan, jika tidak ada perjodohan itu kita juga tidak bisa menikah, ucapnya dalam hati. "Apakah cintamu selama ini cuma main-main, Mel? " Melan menitikkan air matanya, dan berlalu begitu saja tanpa menoleh. Bagaimana cara mengatakan kebohongan yang ia sembunyikan selama ini kepada Pandu? Melan sangat mencintai Pandu, mereka saling mencintai sejak lama. Namun, mereka tak bisa bersatu, karena sebuah rahasia yang Melan simpan. Pandu memakirkan mobil nya di garasi rumah. Ia merebahkan tubuhnya di sofa untuk menghilangkan penat. "Mau ku ambilkan minum? " tanya istrinya. "Tidak usah. " "Biar ku ambilkan." paksanya. "Nadin, wanita sepeti apa sebenarnya dirimu? " "Maksudmu, Ndu? " "Apakah kau sejenis wanita jalang?" ucap Pandu intens. "Tolong jaga perkataanmu!" "Kau mau menikah denganku karena harta,kan? Apakah kau tahu dirimu sedang menghancurkan seseorang sekarang. " Pandu berdiri dan menabrak tubuh Nadin. Sangat sakit rasanya mendengar ucapan Pandu, serendah itukah dirinya? Pandu menghempaskan tubuhnya di kasur. Pertanyaan memenuhi kepalanya. Mengapa Melan tidak pernah mau diperkenalkan dengan orangtuanya, sehingga orangtuanya tidak tahu jika Pandu memiliki kekasih sehingga ia dijodohkan. Dan mengapa Melan mengizinkan Pandu menerima perjodohan itu. Apakah Melan sebenernya sudah punya kekasih atau malah suami?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

Pengganti

read
304.0K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
77.6K
bc

Turun Ranjang

read
585.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Si dingin suamiku

read
501.1K
bc

The Perfect You

read
297.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook