bc

The Devil Daddy

book_age18+
2.5K
IKUTI
9.4K
BACA
love-triangle
age gap
goodgirl
independent
sweet
bxg
office/work place
secrets
virgin
gorgeous
like
intro-logo
Uraian

Lizy McKayla adalah seorang gadis yang bekerja sebagai pegawai di divisi marketing. Penyuka novel dan bermimpi mendapatkan pria tampan dan matang.

Ia tak menyangka pesta malam itu membawanya pada impiannya, dan merubahnya dari gadis baik-baik menjadi gadis yang penuh rahasia. Rahasia gelora asmaranya dan letupan gairahnya bersama Lukas.

Lukas Clayton, pria berusia 40 tahun yang sangat tampan, gagah dan terlihat lebih muda. Seorang duda yang seksi, dan pemilik Clayton Group.

Bertemu dengan Lizy membuatnya berubah pandangan, yang awalnya tak akan berhubungan dengan wanita lagi demi mendiang istrinya, namun segala pesona Lizy membakar gairah lelakinya.

Semuanya semakin rumit, saat Calvin yang merupakan anak Lukas menyukai Lizy menginginkannya dan membawanya pada Lukas.

Lizy dihadapkan pada dua orang pria yang merupakan ayah dan anak yang sama-sama ingin mendapatkannya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1
Hingar bingar suara musik dansa yang mengalun merdu, dan gemerlap lampu yang menyilaukan, menjadi latar di tempat itu. Pria dan wanita saling berpandangan untuk berdansa di tengah aula. Ruangan besar yang didekorasi indah, dengan banyaknya makanan dan minuman. Para pria dengan setelan jas dan tampilan elegan, serta para wanita dengan gaun-gaun indah dan mahal mereka, dan saling pamer perhiasan. Itu semua membuat Lizy pusing dan sedikit muak. Dia bukan tipe gadis yang suka memamerkan apa yang dia punya. Bahkan malam ini Lizy hanya memakai dress perpotongan d**a rendah, dan panjang, yang membungkus tubuh indahnya. Belahan dadanya terlihat, begitu bulat dan kencang. Dengan belahan dress-nya dari bawah sampai paha, berwarna merah yang cukup terang. Rambut panjangnya yang cokelat di curly dan digerai. “Aku ingin pesta ini cepat berakhir!” gerutu Lizy dengan wajah merengut bosan. Gadis itu di make up dengan sedikit tebal, smokey eyes yang memberikan kesan seksi, dan lipstik merah yang membuatnya terlihat dewasa. Lizy menyeruput mango juice-nya, dan menaruhnya dengan sebal. “Lebih baik kau cari pria dan ajak berdansa, daripada menggerutu terus.” Temannya dari samping menyenggol Lizy. Lizy menoleh dan memberikan tatapan sebal pada sahabatnya. Gadis dengan rambut panjang berwarna hitam dan berkulit kecokelatan. Sahabatnya memakai dress yang lebih seksi darinya. “Ini semua gara-gara dirimu, Elina, kalau saja kau tak menyeretku dari ranjang, malam ini aku sedang ...” “Membaca novel, drama picisan dan membayangkan menikah dengan pria tampan, kaya dan posesif. Menggelikan,” serobot Elina sambil tertawa. “Jika bukan karena dia wakil direktur kita, aku juga tak mau, Lizy.” Lizy mendengus dan bersiap meninggalkan Elina, namun gadis itu menarik tangannya sampai high heels-nya terasa goyang. Elina menatapnya, dengan tatapan serius. “Baik jika kau tak mau berdansa dengan para pria disini. Mari kita buat malam ini tidak bosan.” Lizy mengerutkan dahinya, menatap Elina dengan curiga. Elina sering membuat tantangan yang selalu berakhir merugikannya. Entah apapun itu. “Apa lagi? Aku curiga kau akan melakukan hal bodoh,” balas Lizy. Elina tersenyum. “Tidak, tenang saja kau jangan ketakutan. Kita minum alkohol malam ini.” “Apa?” Lizy terkejut dan membulatkan matanya yang berwarna golden. “Aku tak minum alkohol, Elina,” lanjutnya. “Tantangannya, kita minum alkohol, siapa yang cepat menghabiskannya dia pemenangnya,” kata Elina. “Aku bukan gadis clubbing sepertimu!” gerutu Lizy. Elina memutar bola matanya, gadis itu berjalan meninggalkan Lizy, kemudian balik lagi membawa dua gelas berkaki berisi minuman berwarna biru. Menyodorkannya pada Lizy. “Tapi ...” Lizy bersiap akan protes tapi Elina memotongnya. “Dimulai!” potong Elina dan meminum minumannya. Lizy membulatkan matanya kemudian ikut mencecap minumannya, dahinya mengernyit dan wajahnya ingin muntah. Namun saat melihat Elina sudah meneguk setengahnya, Lizy pun ikut meneguknya. Elina menghabiskannya dan Lizy masih setengahnya, ia menyudahinya dan menghela napasnya, serta menahan mual. Wajahnya memerah dan napasnya tersengal. “Aku kalah!” kata Lizy. Elina menyeringai dan memberinya tatapan misterius. “Aku ingin kau melakukan yang aku katakan.” “Apa?” Lizy mengerutkan dahinya. “Cari pria yang akan menjadi target kita.” “Wait, wait! Target apa?” tanya Lizy dengan dahi mengerut. Elina mendekat dan berbisik di telinga Lizy, “Target untuk taruhan kita kali ini. Ajak dia one night stand.” “WHAT?!” Lizy berteriak dan membuat beberapa orang di dekat mereka menoleh, meski musik masih mengalun namun suara Lizy terdengar nyaring. “Tunggu, Elina jangan bercanda. Kau selama ini tahu, aku selalu menjaga harta berhargaku, aku tak mungkin one night stand, maksudku aku ingin melakukannya dengan suamiku.” “Sstt ... Aku paham. I mean, kau jebak dia. Kau ajak saja dia berdansa, agar dia tertarik padamu. Ajak dia one night stand, lalu kau beri dia obat tidur, setelah itu tinggalkan dia di hotel,” jelas Elina. Lizy masih mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan lelucon Elina yang baginya tak lucu. Itu sama saja mempertaruhkan harga diri dan masa depannya. “Bagaimana jika justru aku yang terjebak?” tanya Lizy tak terima. “Kau tak usah cemas, aku kan mengikutimu dari belakang.” Belum sempat Lizy membalas, Elina sudah menarik tangannya dan membawanya pergi ke salah satu meja yang penuh dengan berbagai minuman. Menghampiri seorang pria tinggi yang sedang sendirian, menikmati minuman di gelas berkaki yang ia pegang. “Excuse me, sir,” ujar Elina. Pria tinggi itu berbalik, menatap dua gadis didepannya dengan tatapan datar namun tajam. Membuat Lizy yang berada di belakang Elina membulatkan matanya, terpesona dengan ketampanannya, dan tubuh tingginya yang kokoh. Dengan jambang yang tipis di rahang tegasnya. Sorot matanya sangat tajam, dengan bola mata cokelat terang. Wajahnya seperti ada sedikit darah Turkey. “Ya?” katanya dengan suara yang dalam dan terdengar begitu jantan. Tampilannya sangat dewasa dan matang, dan terlihat begitu penuh wibawa. Lizy sedikit gemetar ditatap dengan sorot tajam dan begitu dingin. Tiba-tiba bayangan pria-pria dalam novel yang selama ini ia imajinasikan, seperti menjelma di hadapannya. “Err ... Maaf, sir.” Elina menarik tangan Lizy mendekat dan mendorongnya ke hadapan si pria dewasa itu. “Teman saya membutuhkan teman berdansa, apa Anda juga membutuhkan teman dansa?” Pria itu diam, bibir seksinya yang tebal terkatup rapat, dan matanya yang tajam memandang Lizy. Dari atas sampai bawah, bahkan sempat berhenti di wajah cantiknya yang ber make up. Ia menaikkan sebalah alisnya. “Aku tidak tertarik,” katanya dengan suara dalam dan rendah. Lizy merasa tertohok, karena dirinya di tolak oleh pria yang bahkan melewati imajinasinya. Pria dewasa dan jantan yang menjadi impiannya. “Maafkan kami, sir,” ujar Lizy sambil menundukkan kepalanya. Gadis itu berbalik menarik tangan Elina, namun dari belakang sebelah tangannya ditahan, oleh si pria tampan pemilik sorot tajam. Lizy berhenti dan menoleh, mata keemasannya bertaut dengan mata cokelat yang tajam itu. Beberapa detik sampai pria itu bersuara. “Kenapa kau menawarkan dirimu?” tanyanya masih dengan suara rendahnya yang jantan, membuat wanita manapun gemetar dalam kuasanya. Lizy bergerak dengan gelisah, mata bulatnya pun bergerak gelisah, tak sanggup membalas tatapan tajam dan seksi itu. “Saya, maafkan saya jika Anda tak tertarik. Saya minta maaf sudah mengganggu Anda,” kata Lizy. Gadis itu hendak melepaskan tangan si pria, namun pria itu malah menariknya hingga Lizy terjatuh dalam pelukannya. Membuat Lizy terkejut dan hampir menghilangkan keseimbangan tubuhnya. Ia mengerat jas pria itu, dan mendongak membalas tatapannya. “Sekarang aku berubah pikiran,” katanya dengan suara seraknya yang berbisik sekali. Lizy hampir saja menjatuhkan rahangnya, ternyata pria itu tertarik padanya. Ia pikir dirinya sangat jelek sampai tak ada pria yang tertarik padanya. Pria itu membawa Lizy menjauhi Elina dan berjalan ke tengah, mulai merengkuh pinggul Lizy dan memeluknya, menempelkannya tubuh mereka. Berdansa mengikuti alunan musik. Tangan Lizy mengerat jas nya, dan ikut berdansa. Ia menundukkan wajahnya, yang menghangat dan merona. Dadanya merasa sesak dan berdebar, karena d**a mereka bersentuhan. Bahkan detakkan bisa saja didengar pria itu. Pria itu masih menatap Lizy, meski Lizy menundukkan kepalanya. Tangan besarnya meraih rahang Lizy hingga mendongak, agar mereka saling bertatapan. “Namamu?” tanyanya dengan singkat. Lizy gugup dan berdeham, “Lizy Mckayla.” Alunan musik masih mengalun dengan lamban, kemudian berhenti sedikit demi sedikit sampai semuanya berhenti. Orang-orang yang berdansa pun berhenti dan mulai fokus pada panggung kecil di depan sana. Seorang pria berjas yang merupakan wakil direktur tempat Lizy bekerja, bersama istrinya naik ke panggung. Mereka berdiri disamping MC dan melemparkan senyuman sopan. “Selamat malam ladies and gentlemen. Malam indah ini akan kita lanjutkan dengan acara pemotongan kue ...” Lizy segera menolehkan kepalanya pada Elina, namun gadis itu tak ada. Sedangkan didepannya, si pria tampan masih berdiri dan menatapnya. Tak berminat sama sekali menatap ke depan, pada pemilik pesta. “Sir, terima kasih,” kata Lizy. Gadis itu segera melepaskan tangannya yang basah karena keringat dari jas pria dewasa itu. Kemudian Lizy pergi dan berjalan dengan cepat, tanpa ia ketahui, pria itu masih menatap punggungnya dengan tajam dan misterius. Lizy mengangkat gaunnya dan mendekati Elina yang sedang berbicara dengan seorang pria. Kemudian gadis itu menarik tangan sahabatnya. “God! Kau puas sekarang. Aku hampir menjatuhkan lututku karena gemetar,” gerutu Lizy. Elina tertawa kecil, “Memangnya kau tertarik padanya? Aku lihat dia sudah dewasa dan matang. Aku tebak, usianya pasti diatas 35 tahun. Aku rasa dia juga sudah memiliki istri.” “Aku tak peduli, tapi dia sangat tampan dan jantan. Oh! My bestie Elina, dia sangat tampan! Kau tak akan tahu rasanya saat dia menyentuh pinggulmu dan wangi parfumnya yang sangat mahal.” Elina memutar bola matanya dan tertawa. “Tentu saja Lizy sayang. Pria-pria seperti itu memang kaya.” “Tapi, El, apa kau tak sadar? Dia dari perusahaan kita? Tapi aku tak pernah melihatnya di kantor,” ujar Lizy. Elina terdiam dan ikut berpikir, dua gadis itu berpikir bersama. Tanpa mereka ketahui, ada satu pasang mata yang sedang menghujamkan tatapannya pada tubuh dan wajah Lizy. Dengan tatapan mengintai dan penuh misteri, juga bibir tebalnya yang menyeringai. “Kau benar! Apa dia salah satu pemegang saham?” sambung Elina, kemudian mereka kembali berpikir.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook