bc

Haruskah aku menjadi seorang, Lesby?

book_age4+
4
IKUTI
1K
BACA
sex
bitch
drama
secrets
lonely
affair
like
intro-logo
Uraian

Seandainya aku bisa memilih, aku tak ingin di lahirkan ke dunia ini. Ahhh, betapa beratnya hidup yang harus ku jalani. Mengorbankan segala yang ku punya demi hanya untuk di sayangi. Apa setidak berharganya aku? Lantas kenapa aku di lahirkan ke dunia ini?

chap-preview
Pratinjau gratis
Hancur
Kanaya Putri Dia sedang mematut rubuhnya di depan cermin. Memperhatikan kepolosan wajahnya tanpa make up berlebih. Hanya menggunakan pelembab dan lip balm. Dia memang cantik. Bahkan kecantikannya melebihi rata-rata. Mata belo lengkap dengan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, alis yang seperti di ukir, serta wajah yang mulus tanpa noda dan jerawat. Tambah lagi tinggi badan dan berat badannya yang proporsional. Benar-benar definisi cantik yang nyata. "Ya..." teriak Oom Anwar dari balik pintu kamarnya. "Kamu sudah siap?" tanya suara itu lagi. "Sudah Oom. Aya turun sekarang" dia menjawab setengah berteriak. Lantas melangkah keluar kamar. Sepeninggal kedua orang tuanya, dia memang tinggal bersama Oom dan Tantenya. Oom Anwar adalah kakak dari Almarhum Papanya. Orang tuanya meninggal kecelakaan pesawat 5 tahun silam. Saat usianya baru menginjak 12 tahun. Dan sebagai anak tunggal, dia tak punya pilihan. Suka atau tidak, dia harus tinggal bersama Oom dan Tantenya. Oom Anwar memang sangat baik padanya. Namun tidak dengan Tante Desi. Setiap hari sejak dia tinggal di rumah ini, tak pernah sekalipun di perlakukan baik oleh Tante Desi. Namun dia tetap sabar. Dan harus Tetap sabar. "Sudah besar sekarang kamu ya?" Suara Oom Anwar menyambut kedatangannya. Dia hanya mengembangkan sebuah senyuman lebar. "Iya donk, pa. Kan numpang hidup disini. Makan disini, tidur disini dari SD sampe sekarang mau lulus SMA. Kalau gak numpang disini, pasti udah jadi gembel di luar sana" Celetuk kasar Nina anak pertama dari Oom Anwar. Namun dia tak terlalu mendengarkan omongannya. Bukan karena tak merasa sakit hati, namun sudah terbiasa mendengar kata-kata seperti itu. "Kamu ya kalau ngomong suka bener" Tante desi kali ini yang menimpali. Di iringi gelak tawa mereka di meja makan, kecuali Oom Anwar dan dirinya tentu saja. "Sudah... Kalian ini" seperti biasa, hanya itu yang keluar dari mulut Oom Anwar. "Ya, Alexis sudah 3 bulan ini cukup baik. Income yang di hasilkannya pun meningkat 40% dari bulan-bulan sebelumnya. Barang kali kamu mau ganti HP atau belanja mungkin?" tanya oom Anwar padanya. Belum sempat dia menjawab Nina sudah lebih dulu menyambar. "Aku mau ganti HP pa. Hp ku sudah ketinggalan jaman" "Pa, aku mau mobil baru ya" "Kalau mama mau beli tas baru. Kemaren jeng Marina nunjukin tas barunya. Masa mama kalah sama jeng Marina yang suaminya cuma direktur" "Nina, Dimas, Ma itu kan uangnya Aya. Hasil dari Cafe peninggalan papanya Aya, Adikku. Jadi itu haknya Aya. Lagian kan kalian sudah dapat jatah bulanan dari papa" "Pa, sudah sepantasnya lah papa dapat bagian lebih dari cafe itu. Papa yang kerja siang malam gak kenal waktu hingga alexis bisa sebesar sekarang. Kalau bukan papa yang urus sudah pasti bangkrut dari jauh-jauh hari" Suara Tante Desi setengah teriak. Dia sangat yakin jika sang tante sedang meradang marah. "Sudahlah ma, kita seharusnya bersyukur bisa hidup seperti ini. Tinggal di rumah besar seperti ini. Ini semua karena kakakku. Kalau papa gak mengelola alexis mana mungkin kita bisa..." "Ahhh sudahlah, mama tak mau dengar lagi. Urus saja ponakan kesayanganmu. Manjakan dia. Lupakan saja bahwa kamu punya 2 anak" Nyalang mata tante desi menatap wajah Oom Anwar. "Saya sudah selesai" lanjutnya lagi sembari mendorong kasar piring yang masih berisi sarapan di hadapannya. Kata-kata tante desi membuat hatinya sedikit terusik. Hanya sedikit sakit. Karena sekali lagi dia sudah amat sangat terbiasa dengan perlakuan jahat mereka. Sebenarnya dia bisa saja melawan, namun tak dia lakukan. Sedikit banyak Oom Anwarlah yang berjasa dalam hidupnya. Dengan perasaan entah nya dia buru-buru menyelesaikan sarapannya. Kemudian segera berangkat ke sekolah. Mungkin dengan pergi dari rumah ini dia bisa sedikit melegakan hatinya. Sekarang usianya sudah 17 tahun. 3 tahun lagi dia sudah harus siap menggantikan posisi Oom Anwar di cafe. Seperti yang selalu Oom Anwar katakan padanya, ketika mereka mengobrol hanya berdua saja. Memang sebagai anak tunggal, seharusnya dia yang mewarisi semua aset kedua orang tuanya. Termasuk juga bisnis kuliner yang sudah sejak lama Papanya bangun dari titik 0. Tapi kenyataan jika dirinya di tinggal oleh kedua orang tuanya saat masih berusia 12 tahun lah yang membuat dirinya harus menunggu hingga usia cukup matang untuk bergelut di dunia bisnis. Yang dia yakin akan jauh lebih rumit dari sekedar PR Matematika. . . . . Nina Herlina Sejak acara sarapan di rumahnya tadi yang berakhir dengan pertengkaran kedua orang tuanya membuat harinya terasa tak menyenangkan. Dan seperti yang sudah-sudah semua kekacauan yang terjadi di rumahnya gara-gara wanita si a lan itu. Ya wanita si a lan. Siapa lagi kalau bukan Kanaya Putri? Keponakan kesayangan papanya yang sudah merebut kasih sayang sang papa. Sejak wanita itu datang ke rumah sempit mereka 5 tahun yang lalu, dirinya sudah tak menyukai gadis itu. Selain lebih cantik dan pintar darinya, Kanaya juga sering di jadikan bahan perbandingan oleh hampir semua ibu-ibu komplek rumahnya. Seperti misalnya "Si Nina itu pecicilan banget yaa, beda jauh sama sepupunya si Kanaya" atau "lihat tuh si Nina pagi-pagi buta baru pulang, gak kayak sepupunya yang diem di rumah terus" atau "Tadi malem saya udah marahin anak saya habis-habisan, jeng. Gara-gara ketahuan maen sama si Nina anak pak Anwar. Kalau maennya sama Si Kanaya sih saya gak apa-apa" semua gosip komplek membuatnya sangat muak dan semakin membenci gadis Si a lan itu. Bahkan beberapa pria incarannya di sekolah pun lebih memilih Kanaya dari pada dirinya. Pernah suatu ketika, dirinya mengajak gebetannya ke rumah. Maksud hati dia ingin menunjukan kekayaan orang tuanya agar sang gebetan menyukainya. Tapi betapa murkanya dia, saat sang gebetan memintanya dikenalkan dengan si Kanaya. Baginya Kanaya seolah merebut semua yang dia miliki. Semuanya. Tanpa sisa. "Ngapain lo ngelamun gitu?" Suara seseorang yang menepuk bahunya membuyarkan lamunan panjangnya. Gadis yang menepuk bahunya tadi langsung duduk disampingnya tanpa di minta. "Elo ngagetin gue aja.." dia masih memberenggut. Mengerucutkan mulutnya. "Biasalah gara-gara cewek si a lan itu. Apalagi masalah hidup gue?" lanjutnya seraya menoleh ke arah Reina, sahabatnya sejak masih duduk di bangku SMP. Sikap dan sifat Reina tak jauh berbeda dengannya. Suka foya-foya, clubbing, minum-minum. Namun bedanya Reina tak sekaya Nina. Ibunya Reina dulu hamil di luar nikah. Entah siapa ayah biologis Reina. Yang dia tahu dulu ibunya seorang wanita malam. Dan sekarang, Reina mengikuti jejak ibunya. Memanfaatkan wajah cantik ke bule-bulean yang dimiliki Reina untuk menghasilkan uang. "Cantik lho dia sebenernya, kalau di jual laku lah 5 juta. Apalagi kalau masih perawan, bisa sampe 50an tuh" Celoteh Reina membuatnya berfikir. 'Kenapa tak menjebaknya saja? Menjual tubuhnya ke pria hidung be lang. Lumayan kan uangnya bisa buat beli Hp berlogo apel yang ujungnya di gigit keluaran terbaru. Mendapatkan uang sekaligus balas dendam. Asyik kali ya' batinnya berbisik "Woy, bengong mulu. Kesambet hantu penunggu sekolah baru tau rasa lo. hahahah" "Ren, lo bisa bantu gue gak?" katanya sambil menatap serius wajah Reina.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

Oh, My Boss

read
387.0K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.3K
bc

Revenge

read
35.4K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.8K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook