Aku terbangun dan merasakan badanku sedikit pegal. Kakiku melangkah bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Aku merasa seperti remaja yang baru merasakan kasmaran. Tersenyum sendirian memikirkan kejadian semalam. Xander bukan lelaki pertama bagiku tapi aku tidak pernah merasakan perasaan seperti semalam saat aku melakukannya dengan pria lain.
Setelah selesai berpakaian aku menuju meja makan dan mengambil sarapanku. Tidak lama setelah itu aku melihat Xander berjalan dari halaman belakang menuju ruang makan. Aku merasakan pipiku bersemu merah dan memanas karena melihatnya.
Dia mengenakan kemeja linen putihnya dipadukan celana jeans hitam seperti biasa. Dia menghampiriku dan menciumku ringan lalu duduk disebelah kursiku.
“Bagaimana tidurmu?” tanyanya lembut.
“Aku rasa aku baru saja memiliki tidur ternyenyak selama aku tidur dirumah ini.” Senyumku mengembang dengan mudah saat menjawab.
“Kau sudah menyatu dengan rumah ini.”
Dan juga dengan pemilik rumah ini, gumamku dalam hati.
“Kau sudah menemukan petunjuk tentang kakakku?”
Xander terdiam sejenak, seolah kebingungan menjawab pertanyaanku.
“Belum.” Jawabnya singkat.
“Benar kan? Ini bukan urusan yang mudah.” Aku menghela napas dan mulai mengunyah sarapanku.
Aku menyelesaikan sarapanku dan berjalan-jalan sebentar di taman karena Xander tiba-tiba menerima panggilan dan mengadakan rapat mendadak dirumah bersama beberapa bawahannya. Dia menjadi sangat sibuk akhir akhir ini.
Mungkin Xander benar mengenai aku yang menyatu dengan rumah ini. Aku merasakan rumah ini bukan lagi rumah asing, tapi seperti rumah sendiri. Walaupun rumahku di Australia tidak sebesar ini.
Aw!
Aku tidak sengaja menabrak batu besar dan menyebabkan kakiku berdarah. Aku mencari bangku taman terdekat dan duduk diatasnya. Memeriksa luka ku.
Tapi, tunggu.. luka ini perlahan-lahan mengecil dan tidak terasa perih.
Aku melihat kulitku dengan takjub. Luka yang baru saja aku dapatkan perlahan lahan sembuh dan tak berbekas.
Apa aku berhalusinasi? Ini masih pagi tapi tampaknya aku butuh istirahat.
Dengan linglung aku kembali ke dalam rumah.
Aku bermaksud menanyakan hal ini pada Xander namun aku sama sekali tidak bisa menemukan keberadaannya didalam rumah. Aku merenungkan hal ini didalam kamarku. Apa yang baru saja terjadi? Mengapa hal seperti itu bisa terjadi padaku?
♥♥♥
Xander memasuki kamar dengan ponsel ditelinganya. Dia berbicara dengan nada tegas dan memerintah seperti biasanya pada lawan bicara di ujung telepon sana. Dia nampak masih sibuk dengan urusannya.
Matanya melembut saat melihatku. Dia menghentikan pembicaraan dan menutup ponselnya. Lalu berjalan menujuku.
“Xander.”
“Maafkan aku, aku benar-benar banyak urusan belakangan ini. Mengapa kau berdiam diri di kamar?”
“Ng, tadi aku tersandung ditaman dan kakiku berdarah.” Jelasku.
Raut muka Xander berubah menjadi khawatir dan dia mencari disekitar kaki ku untuk menemukan luka yang seharusnya ada.
“Bagian mana yang terluka?”
Aku menunjuk kakiku yang semula berdarah dan perih.
Xander melihatnya dengan bingung. Lalu kembali menatapku dan mengerutkan keningnya padaku.
“Luka itu hilang dengan sendirinya.” Ujarku lirih.
Xander melihatku dengan tatapan terkejut. “Apa maksudmu?”
“Awalnya kakiku terluka dan darah bercucuran, tapi kurang dalam waktu 1 menit luka nya sembuh dan menghilang.”
“Apa kau yakin?”
“Tentu saja, aku tidak berhalusinasi.”
“Tunggu sebentar.” Xander menghubungi seseorang dan meninggalkanku sendirian.
Selang beberapa menit Xander kembali dan duduk disampingku.
“Aku baru saja menghubungi ayahku.”
Aku menyimak perkataannya. “lalu?”
“Aku rasa itu efek dari penyatuan kita semalam.”
“Apa itu hal wajar yang biasa dialami pasangan lainnya?”
“Sayangnya tidak, hanya ada beberapa Werewolf yang memiliki mate manusia. Dan mereka yang aku kenal tidak mengalami hal serupa sepertimu. Ayahku sedang dalam perjalanan. Kita akan bertemu dengannya sebentar lagi.”
♥♥♥
“Senang bisa melihat wajahmu lagi, Kate.” Chris mencium pipiku begitu tiba dirumah. Xander menarik kerah bajunya dari belakang dan menyingkirkan Chris bahkan sebelum aku menjawab sapaannya.
“Dad, ini Katherine. Mate-ku.”
“Hai, Kate. Maafkan aku karena baru bisa bertemu sekarang. Klan kita banyak menghadapi masalah belakangan ini.” Ucap seorang pria paruh baya yang masih terlihat sehat dan bugar. Dia sangat mirip Xander, kecuali mata nya yang berwarna abu jelas berbeda warna dengan mata Xander.
“Tidak apa-apa, tuan. Aku mengerti.” Jawabku diiringi senyum kecil.
“Panggil aku Dad. Kau bukan orang asing dirumah ini.”
“Ah, iya.” Keluarga ini sangat ramah meski pada pertemuan pertama.
“Xander, beri aku detail kejadiaannya.” Ucap Dad sambil menuju kursi terdekat.
Kami pun mengikutinya dan duduk dikursi kosong yang tersedia.
Aku mendengarkan Xander memberi penjelasan yang dibutuhkan Dad.
“Jadi kau baru saja melakukan penyatuan dengan Kate kemarin malam?”
Aku kaget mendengar pertanyaan yang terlontar dari Dad.
“Xander, bagaimana kau tahan untuk menunda penyatuan itu hingga kemarin malam?”
Chris menggoda Xander dengan candaannya yang membuat pipiku memanas.
“Diam, Chris!” bentak Xander. Dan Xander menoleh padaku. Itu membuatku lebih malu dan menunduk dalam.
Xander menjawab pertanyaan ayahnya. “Ya, Dad. Aku rasa itu efek dari penyatuan kita. Tapi yang membuat aku heran mengapa ini hanya terjadi padanya. pasangan manusia dari Werewolf lain tidak ada yang mengalami ini. Seharusnya hanya aku yang merasakannya.”
“Aku rasa Kate memang berbeda dari manusia lainnya, Xander. Atau mungkin Kate telah diberkahi keajaiban sejak lahir.”
Semua orang diruangan memandangku.
“Aku tidak tahu bahwa aku punya keajaiban semacam itu sejak lahir.”
“Tidak apa apa Kate. Kita akan mencari tahu itu bersama sama.” Jawab Dad tersenyum meyakinkanku.
♥♥♥