Aku bermimpi seseorang menciumku dengan sangat lembut. Jenis ciuman seorang suami kepada istrinya, sabar dan lembut. Lalu aku merasakan pria itu menciumi seluruh wajahku dan semakin lama ciuman-ciuman itu terasa sangat nyata.
Aku membuka mataku dan melihat Xander sedang menciumku dengan sangat intens dan lembut. Aku dapat merasakan embusan napasnya dikulitku.
Aku berusaha menjernihkan pikiranku, namun gagal karena bibir Xander terus merayu agar bibirku terbuka lalu lidahnya menyusup kedalam dengan sapuan lambat yang membuatku membalas ciumannya. Aku menyelipkan tanganku ke belakang leher Xander, tidak lama setelah itu tangan Xander pun menjelajah tubuhku. Ciuman Xander berubah dengan cepat, semakin panas dan nakal.
“Terima aku malam ini, Kate. Kumohon.” Suaranya parau dan terengah-engah.
Aku harus berkonsentrasi. Konsentrasi. Konsentrasi.
Dan aku baru sadar bahwa aku tidak berada dikamarku. Ini kamar yang sama dengan saat pertama kali aku kesini. Ini rumahnya.
Aku mendorongnya, walaupun itu tidak menghasilkan perubahan apapun. Badannya seberat besi.
“Kenapa kau membawaku kesini?”
Sialan, aku tertidur saat dalam perjalanan pulang.
“Ini rumahmu.”
“Ini bukan rumahku, Xander. Berapa kali aku harus mengatakannya?”
“Kate, tolong. Jangan berdebat denganku lagi tentang ini.” Lalu dia mencium bibirku berusaha membangkitkan kembali gairah tadi.
“Xander, hentikan.”
“Kau membalas ciumanku tadi, dan kau sama bergairahnya denganku.”
“Itu karena aku kira aku sedang bermimpi.”
“Kate, aku harus menandaimu segera.”
Apa katanya? Itu terdengar kasar.
Aku melihat ke dalam matanya yang terlihat lebih gelap dari biasanya. Aku belum mendengarkan cerita detail tentang Werewolf dari Sara. Sara sangat banyak tahu tentang sejarah Werewolf. Aku tidak boleh gegabah dalam hal ini. aku harus menemuinya besok.
“Aku rasa ini terlalu cepat. Kenapa kita tidak memulainya dari awal dan benar?”
Dia mengerutkan keningnya.”Seperti apa?”
“Seperti kebanyakan orang menjalin hubungan.” Saranku. “Perkenalan, siapa namamu, asal usul, makanan kesukaan, apa yang kau kerjakan dan yang lainnya. Aku bahkan tidak tahu nama lengkapmu.”
Dia menjauhkan wajahnya untuk menyelidiki wajahku lebih jauh. Dia terlihat ragu. Aku menepuk sisi kiri ku dan menyuruhnya membaringkan tubuhnya disana.
Setelah dia berbaring, aku pun menyandarkan kepalaku di dadanya. Dia memeluk dan mencium rambutku.
“Jadi, siapa nama lengkap, umur dan pekerjaanmu?”
“Alexander Larsson, umurku 29 tahun dan aku punya beberapa bisnis sebagai pekerjaanku. Apa lagi yang ingin kau ketahui?”
Aku mengerutkan keningku dan berpikir keras. Aku pikir Werewolf berusia ratusan tahun. Apa aku salah mengingatnya? Aku akan mencari tahu tentang ini besok.
“Lalu, apa yang kau suka?”
“Kau.”
Aku mengangkat kepalaku dan menjauh darinya. “Maksudku, makanan kesukaanmu.”
Dia mengangkat lengannya dan menarikku untuk bersandar kembali didadanya.
“Aku suka makanan yang kalian makan. Roti, daging, jagung dan yang lainnya.”
“Kukira kau suka memakan daging hewan. Kau tidak ingin tahu namaku?”
“Katerine Charleston. Aku tahu namamu. Kau berumur 24 tahun dan makanan kesukaanmu adalah ayam.”
“Bagaimana kau tahu?”
“Aku mencari tahu tentangmu sebelum aku muncul didepanmu.” Pamernya dengan senyum mengembang diwajahnya.
“Keren. Kau bisa jadi agen FBI atas usahamu. Bagaimana dengan keluargamu?”
“Kau akan mengetahuinya besok.”
♥♥♥
“Bangun pemalas.”
Aku tersenyum saat merasakan ciuman dibibirku. Xander. Aku akan terbiasa bangun tidur seperti ini. Aku membuka mataku dan membalas ciumannya.
“Suasana hatimu sangat baik pagi ini.” bisikku disela-sela ciumanku.
“Aku menghabiskan malam dengan seorang wanita cantik semalam. Itu membuat suasana hatiku bagus untuk seharian.”
“Kalau begitu seharusnya kau membiarkanku tidur lebih lama lagi.” Erangku.
“Aku akan mengenalkanmu pada keluargaku hari ini. jadi kau harus bersiap siap. Sebentar lagi mereka tiba.”
“Apa?”
Aku langsung bangun dengan seketika setelah mendengar penjelasan Xander. Dia menarik tubuhnya menjauh dan membantuku bangun dari tempat tidur. Aku langsung lari kedalam kamar mandi saat itu juga.
“Pakaianmu ada didalam lemari. Aku menunggumu diruang makan.” Teriak Xander diikuti dengan suara pintu menutup.
♥♥♥
Terdengar suara beberapa orang sedang berbicara dibawah. Aku menuruni tangga, mengenakan baju yang telah disediakan dilemari entah oleh siapa. Xander bangkit dari meja makan saat ia melihatku. Dan menuntunku untuk duduk disebelahnya.
“Ibu, ini Kate.”
“Halo, Kate.” Seorang wanita berusia 40 tahunan bangkit dan menjabat tanganku. Setidaknya jika ia manusia ia akan berumur 40 tahunan. Entahlah.
Aku membalas jabatan tangannya sambil tersenyum gugup. Walaupun wanita itu terlihat baik dan ramah.
“Dan ini adikku, Christopher.”
Aku mengalihkan pandanganku pada pria yang berdiri disamping Ibunya. Dia terlihat seperti Xander hanya saja lebih muda dan ramah. Aku mengulurkan tanganku padanya.
“Senang mengetahui ada gadis cantik dirumah kakak ku ini, Kate. Aku akan sering berkunjung kesini mulai sekarang.” Perkataannya membuatku malu.
Xander melepas paksa tangan Christoper dariku. “Cukup Chris.”
Ia mendorong kursi untuk aku duduki dan memberiku sepiring sandwich dan salad.
“Kate, sudah berapa lama kau berada disini? Aku dengar kau bukan penduduk asli sini.”
“Baru 3 bulan Mrs. Larsson.”
“Oh, kau bisa memanggilku Evelyn. Lebih bagus lagi kalau kau memanggilku Ibu. Lagipula kau akan menjadi menantuku kan.”
Mataku membulat mendengarnya.
Xander mendekatkan wajahnya padaku dan berbisik “Tidak apa-apa. Kau bisa memanggilnya ibu.”
Evelyn tertawa melihat kami berdua. “Apa tujuanmu pindah ke kota kecil ini, Kate?”
“Aku mencari kakakku. Dia terpisah dari aku dan ibuku saat aku masih kecil, dan kami mendengar kabar dia tinggal dikota ini.” Jawabku ragu.
“Benarkah? Apa kau belum menemukannya?”
“Sampai saat ini belum.”
“Xander, apa yang akan kau lakukan mengenai masalah ini?”
“Aku sudah memerintahkan beberapa orang untuk mencarinya sesuai umur dan nama belakang. Aku belum menerima kabar.”
Aku menoleh ke arah Xander. “Benarkah?”
“Ya, sayang. Aku sudah melakukannya kemarin.”
“Darimana kau tahu tentang kakak ku?”
“Sudah kubilang aku mencari informasi tentangmu sebelum muncul dihadapanmu.”
♥♥♥
Setelah bersusah payah meminta izin dan berdebat dengan Xander akhirnya dia mengijinkanku untuk bekerja dengan syarat aku harus mengikuti aturan jam kerjanya.
Hanya sampai jam 12 malam dan harus dijemput olehnya. Aku meminta Karl untuk mengantarkan ku ke rumah Sara. Sara adalah salah satu dari temanku yang percaya akan adanya Werewolf.
Aku mengetuk pintu rumahnya, dalam ketukan ke empat Sara muncul dibalik pintunya.
“Hai, Sara.”
“Kate! Mengapa kau tidak memberitahukanku kau mau mampir kesini?”
“Ini mendadak, aku ada perlu denganmu.”
“Ayo, masuk.”
Sara mengajakku ke kamarnya dan membawakanku beberapa camilan.
“Ada apa?” Tanyanya penasaran.
“Aku hanya ingin mendengarkan beberapa cerita tentang mereka. Kau tahu, werewolf. Seperti apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka makan. Dan hal-hal lainnya.”
“Tunggu.” Sara melenggang keluar dari kamarnya. Lalu masuk kembali beberapa saat kemudian dengan membawa sebuah buku tebal bersampul coklat.
“Ini buku peninggalan nenekku. Didalam buku ini terdapat beberapa sejarah dan cerita mengenai Werewolf. Kau ingin meminjamnya?”
“Aku akan membacanya disini, kau tidak keberatan?” Aku tidak akan mengambil risiko ketahuan oleh Karl atau mungkin Xander jika membawa pulang buku ini.
“Tentu saja tidak, Kate. Kau bisa membacanya disini sementara aku mengerjakan pekerjaanku.”
Aku mengangguk sebelum Sara memfokuskan dirinya pada layar komputer disebelahku dan mulai mengerjakan pekerjaannya.
Aku membuka sampul buku tua itu.