8. Married Man

1096 Kata
Siapakah seorang pria yang sedang berjalan di eskalator di Mall tempatku bekerja. Ia menggunakan pakaian formal bersama dengan blazernya yang berwarna hitam. Terlihat sangat manis, tubuhnya sama langsingnya denganku, usianya pun sepertinya seusia denganku. Ia tengah berjalan di eskalator bersama dengan teman-temannya. Senyumannya begitu ramah dan terlihat sangat friendly. Aku sangat ingin berkenalan dengannya dan juga ingin menjadi temannya. Kini aku tengah berjalan di eskalator berjalan di belakangnya. Aku segera melangkahkan kaki di eskalator mendekatinya. "Hy kak?" Ucapku menyapanya. "Hy juga." "Kenalin kak? Nama saya Randy." "Azam." "Baru disini ya kak?" "Yupz, benar sekali Ran. Gw hanya sementara disini. Sekitar dua mingguan gitu lah gw disini." "Oh iya kak, aslinya dari daerah mana?" Entah mengapa aku benar-benar ingin menjadi temannya. "Gw dari daerah jawa barat. Lo sendiri dari mana?" Ia dari daerah yang masih satu kota denganku. "Sama kak." "Waduh, kebetulan banget ya Ran. Dari daerah mana asal lo Ran?" "Dari Desa pesisir pantai kak." "Sangat dekat sekali itu Ran. Ya, empat kecamatan lah dari daerah gw. Lo juga pasti tahuu kan kampung halaman gw Ran?" "Iya tau kak. Saya juga pernah maen ke pantainya." "Ah, gw sendiri gak suka maen ke pantai gw Ran. Pantainya kotor soalnya." "Ya sudah, gw duluan ya Ran?" Ia berjalan menuju ke standnya di Cosmetike. "Iya kak." Aku segera berjalan menuju ke stand bajuku. * * ******************************* Kini hari telah berganti malam dan masa jam kerjaku telah habis. Aku segera mencari Azam. Kebetulan Ia sedang berjalan menuju ke loker. Aku berjalan cepat untuk mengejarnya. "Hy kak." "Kenapa Ran?" Kita berdua mengobrol sambil berjalan menuju basement untuk keluar dari gedung Mall. "Saya boleh mengobrol sebentar kak?" "Boleh. Kebetulan gw juga mau nongkrong dulu di tukang soto lang*anan gw Ran. Tukang soto yang ada di parkiran itu Ran?" "Saya tidak tahu kak. Soalnya untuk para Salesman tidak boleh makan di luar." "Ya sudah, sekalian ngobrol kita sekalian makan bareng ya Ran. Gw traktir deh Ran." "Jangan kak." "Santai saja Ran. Anggap saja gw ini saudara lo? Saudara seperantauan dan juga saudara sekota." Aku mengikutinya untuk makan di tukang soto. "Assallamu'allaikum.." Azam menyapa tukang soto. "Wa'allaikum salam. Udah pulang blay?" Ucap Istrinya si tukang soto yang memang sudah terlihat akrab dengan Azam meskipun Ia masih baru disini. "Sudah donk kak. Oh iya, tolong bikinin dua soto ya Dir?" Ucap Azam ke suaminya tukang soto. "Ok blaay." Ucap suami si tukang soto. Abang tukang soto telah selesai membuatkan sotonya. "Ini blay." Ucap tukang soto sambil menaruh kedua soto di depannya Azam. "Nih Ran, ini buat lo?" Ia beneran mentraktirku. "Makasih ya Kak?" "Gak usah panggil gw kakak lah Ran? Panggil saja nama. Usia kita juga kayaknya gak jauh beda. Berapa usia lo Ran?" "Jalan 25 tahun kak." "Ya terserah lo deh Ran mau manggil nama atau kakak juga. Usia kita sama koq Ran." "Sudah berapa lama Ran lo disini?" "Sudah hampir 3 bulanan kak." "Hy blaaay?" Temannya Azam menghampirinya dan duduk di sebelahnya. "Eh Kak, kenalin nih temen gw yang baru? Namanya Randy, asalnya sama dengan gw dan dia salesman baju di dalam." "Kenalin Ran? Nama kakak Silvi." "Randy Kak." Benar-benar friendly. Meskipun orang baru Ia mudah bergaul dengan seluruh karyawan di tempatku. Termasuk aku sendiri ingin berkenalan dengannya. Sementara aku, masih saja bersikap suka malu-malu dan temanku hanya beberapa saja. Aku merasa tertarik untuk belajar cara bergaulnya. "Blay, Ran, kakak pulang ya? Daaah.." Silvi pamitan. "Iya Kak, hati-hati lo di jalan." Ucap Azam. "Siap blay.." Seru silvi sambil berjalan menuju ke motornya. "Kak, kamu baru disini tapi koq seperti sudah lama disini ya?" Tanyaku kepada Azam. "Aneh ya Ran? Ya, alhamdulillah dimanapun gw berada, gw selalu berusaha untuk menjadi orang yang menyenangkan Ran. Kuncinya lo harus bersikap ramah dan jangan malu-malu untuk berkenalan dengan orang." Ucapnya. "Kayak lo sekarang ini Ran. Lo sudah terlihat mulai berani berkenalan dengan gw. Tandanya lo ada bakat untuk bergaul dengan orang. Terus pertahankan sikap lo yang seperti ini Ran, dan jangan pernah malu untuk berkenalan. Apalagi dengan orang-orang yang masih satu gedung dengan kerjaan lo. Lo harus bisa menempatkan diri. Hanya saja, lo tetep harus berhati-hati dalam mencari teman. Lo harus bisa membaca karakter orang Ran." Ucapnya kembali sambil memakan soto. Sepertinya Ia dapat membaca karakter orang, seperti aku ini yang terlihat kaku di depannya. Sehingga Ia dapat memberikan sarannya kepadaku panjang kali lebar. "Siap Kak. Ajarin saya untuk membaca karakter orang ya kak?" "Gampang masalah itumah Ran." "Oh iya kak boleh minta nomer hapenya tidak?" "Boleh." Ia segera membuka ponselnya yang ditaruh di meja di depannya. "Ini Ran, nomer gw." Aku menerima ponselnya dan segera mencatat nomer hapenya, karena aku belum dapet pengganti hapeku yang telah rusak. "Ini kak." "Taro saja di situ Ran." Ucapnya menyuruhku untuk menaruh di depannya. "Oh iya Ran, lo di Kota ini dengan siapa?" "Sendirian kak." "Di daerah mana lo tinggal?" "Dekat dari sini Kak." "Sudah nikah lo ya Ran?" Ia dapat mengetahui kalau aku sudah menikah. "Iya kak, saya sudah menikah." "Baguslah Ran. Jangan kayak gw Ran? Gw mah gak suka sama perempuan Ran. Sorry, gw harus jujur sama lo, karena dalam pertemanan hidup gw? Gw orangnya terbuka. Takutnya lo merasa jijik saja dengan kehidupan gw." "Iya tidak apa-apa kak. Dalam kehidupan saya, saya tidak suka memilih-milih teman koq kak." "Tapi lo gak belok kayak gw kan Ran?" Aku terdiam, karena aku merasa semakin kesini aku semakin kepikiran dengan Bang Dino. "Hehe, tidak kak." Ucapku terlihat gugup. "Bagus deh Ran." "Oh iya, kalo lo mau ngobrol via telpon juga tidak apa-apa. Tapi lo harus sms dulu, karena gw gak suka ngangkat telpon kalo nomornya tidak di kenal Ran." "Siap kak." "Dir, udah nih." Ucapnya kepada si tukang soto untuk segera mengambil mangkoknya dari meja. Tukang soto langsung membereskan mangkok sotonya. "Sekarang ini, lo mau langsung pulang atau kemana Ran?" "Mau langsung pulang saja kak. Kalau kakak sendiri?" "Kalo gw kebetulan ada acara sama temen lama gw Ran. Bentar lagi mereka jemput gw." "Ya sudah kak, kalo gitu saya pulang ya kak?" "Santai saja kali Ran. Temen gw juga masih lama koq di perjalanannya." Ucapnya yang seolah memang dapat membaca karakterku. "Saya sudah di tunggu sama temen saya kak di kosan." "Oh gitu. Oke lah, silahkan kalau mau duluan Ran." "Salamu allaikum.." Salamku berpamitan. "Wa'allaikum salam. Hati-hati lo Ran?" "Siap kak." Ucapku sambil berjalan keluar dari warung tukang soto. Aku merasa tidak enak saja dengannya. Meskipun masih baru kenal, Ia merasa tidak sungkan untuk merespon berteman dan juga langsung mentraktirku. Ia pun dapat membaca karakterku yang memang pemalu dan juga merasa tidak enakkan. Aku pamit pulang ini karena merasa tidak enak, takutnya waktunya terganggu karena Ia sedang menunggu teman-teman lamanya menjemput.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN