Di pagi hari ini aku berencana untuk melakukan lari pagi bersama dengan Juan. Kini aku telah selesai mandi dan sedang menggunakan setelan pakaian trainingku.
Aku telah selesai menggunakan pakaianku dan juga sedang menutup pintu kamar. Aku segera berjalan menghampiri kamarnya Juan.
Juan telah tidak ada di dalam kamarnya.
"Ran, aku disini." Juan sudah menungguku di kursi kayu panjang menggunakan setelan pakaian trainingnya.
Ia mengenakan boxer pendek ngetat mengkilap berwarna biru muda bersama dengan kaos sportnya yang berwarna putih.
Aku segera berjalan menghampirinya.
"Mau lari kemana kita Ju?"
"Ke alun-alun monumen Ran. Banyak acara disana. Kita juga bisa ikut senam pagi disana."
"Ok deh kalau gitu."
Kita berdua segera memulai berlari santai saling beriringan sambil menikmati udara pagi di Kota Perantauan. Ya, meskipun udaranya tidak sebersih di kampung halamanku, setidaknya aku bisa menyehatkan tubuhku.
Suasana jalanan Raya sangatlah ramai, banyak yang sedang berlari santai dan juga ada yang mengadakan acara-acara tertentu seperti dangdutan, event pameran minuman menyehatkan dan lain-lain.
Kini kita berdua telah sampai di alun-alun monumen. Kita berdua berlari mengelilingi monumen tersebut, sangat ramai sekali.
"Ran, kita ikut acara senam disitu yuk?" Ajak juan yang melihat acara senam yang ada di alun-alun ini.
"Ok."
Kita berdua mengikuti senam.
Pemandu senam berada di atas panggung, seorang pria berbadan atletis, terlihat macho dan juga berotot. Mengenakan pakaian training yang serba ngetat. Keindahan lekuk tubuh yang di milikinya sangat indah menapak di pakaian training.
Ia juga sangat lihai melenturkan tubuhnya yang atletis untuk memandu senam ini.
"Oh, My Good."
Andai aku bisa menjadi sepertinya. Pasti banyak rezeki yang mengalir. Ya, pastinya dengan keahlian yang di milikinya pasti banyak yang memanggilnya untuk memandu senam. Baik untuk di perkantoran maupun di tempat yang lainnya.
Singkat cerita aku dan Juan telah selesai melakukan senam paginya. Kini kita berdua telah sampai kembali di kosan.
Kita berdua duduk di kursi kayu panjang sambil mengelap keringat kita dengan handuk sport milik kita masing-masing.
"Gimana Ran segar dan enakkan tubuh kamu?" Ucap Juan.
"Sangat sehat Ju. Jujur, saya baru kali ini lari pagi Ju. Kalau di rumah saya gak biasa lari pagi apalagi olahraga. Paling kalau habis kentong subuh olahraganya Ju."
"Olahraga apaan Ran habis shubuh?"
"Olahraga sama Istri saya Ju."
"Hahahha.. Dasar kamu Ran."
"Ya, seperti itulah Ju kehidupan orang yang sudah beristri."
"Saya mandi duluan ya Ju?"
"Ok Ran. Awas loh jangan mainin sabun."
"Hahahha.. Saya tidak bisa janji Ju."
Aku segera berjalan memasuki kosan menuju ke kamarku. Setelah itu aku segera melucuti seluruh pakaianku di dalam kamar, lalu membalutkan handukku di bawah puser.
Lalu setelahnya aku berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan segera menggantungkan handukku di tembok.
Sejenak aku melihat tubuhku yang tanpa busana sama sekali. Terlihat begitu langsing, sexy, exotic dan sangat kencang.
Aku segera menyirami tubuhku dengan posisi wajahku yang mengarah keatas. Aliran air yang mengalir dari gayung telihat begitu licin mengalir di tubuhku.
Aku menyiraminya kembali dari bagian sebelah kiri dan kanan pundakku. Aku menyabuni seluruh tubuhku dengan lembut. Mulai dari pangkal jari tangan, d**a, perut, paha, belut, dan kaki.
Lalu setelahnya aku menyabuni bagian belakang tubuhku. Mulai dari bagian pundak, punggung, bokongku yang kencang dan juga belahan pan*** aku yang berbulu.
Aku menggosok di sela-sela belahan pan*** aku yang berbulu ini sedikit lama, lalu setelahnya menggosok kebagian belutku kembali.
Aku menggosok pelan sambil sedikit mengilin-ngilin belut, bagian bawah dan juga kedua bola belutku.
Belutku merespon terbangun terkena sentuhan halus tanganku yang sedang menggosoknya. Aku langsung menyirami tubuhku dengan air hingga bersih.
Kini tubuhku telah wangi. Aku mengelap tubuhku dengan handuk, lalu setelahnya aku membalut handuk di tubuhku.
Kini aku telah berada di dalam kamar. Aku segera membuka handukku lalu melempar handukku ke atas kasur.
"Terlihat sangat sexy tubuhku." Aku sedang melihat tubuhku di cermin.
Terlihat sangat langsing dan juga terlihat seperti benar-benar masih bujangan. Ya, aku akui sang ilahi memberikan keindahan kepada diriku.
Meskipun aku sudah memiliki seorang anak dan usiaku ini mendekati dua puluh lima tahun, namun perutku tidak membesar seperti pria-pria pada umumnya.
Tubuhku masih terlihat sangat kencang, perutku tetap ramping dan juga sangat exotic. Apalagi semenjak aku tinggal di Kota Perantauan ini, air yang berada di Kota Perantauan ini membuat tubuhku semakin terlihat sangat bersih.
Kini aku tengah memakai CD, Boxer dan kaos saja. Karena hari hari liburku, aku ingin bersantai menggunakan boxer saja. Aku segera keluar dari kamarku lalu sejenak duduk di teras kosanku sambil merokok dan juga sambil melihat-lihat gedung dari kosanku ini.
Juan sedang berjalan menaiki tangga dan ingin menghampiriku yang sedang bersantai merokok di teras kosan.
"Ran, kamu tidak kerja?" Ucapnya sambil duduk di kursi di sebelahku.
"Libur Ju."
Oh Iya biar tidak bingung. Kerjaanku ini memiliki dua shift kerja. Kalau tidak masuk pagi ya masuk siang. Kalau untuk hari ini aku libur total, sehingga aku bisa menikmati waktu liburanku ini benar-benar santai.
Juan menyalakan rokoknya. Kita berdua mengobrol sambil menikmati sebatang rokok.
"Kalau kamu gimana Ju?" Aku menanyakan kerjaannya.
"Untuk hari ini aku hanya mengantarkan satu orang ke rumah sakit Ran. Kebetulan, sekitar jam dua siangan nanti aku mengantarkannya."
"Emangnya nganter di rumah sakit yang mana Ju?"
"Di Rumah Sakit khusus yang ada fasilitas pemeriksaannya Ran."
"Mmm, gitu Ju. Oh iya, untuk kerjaanmu ini emangnya dalam satu bulan itu harus membawa berapa banyak pasien?"
"Kurang lebih sekitar tiga puluh nama orang setiap bulannya Ran."
"Terus sekarang kamu sudah sampai segitu Ju?"
"Alhamdulillah kalau masalah itu mah, saya selalu sampai Ran. Kebetulan, orang-orang yang aku bawa ke Rumah Sakit ini sangat rutin memeriksakan dirinya. Setiap tiga bulan sekali memeriksakan diri untuk kesehatannya."
"Syukurlah Ju, saya ikut senang mendengarnya."
"Hehe.. Ya begitulah Ran. Oh Iya, kamu sudah makan belum Ran?"
"Belum Ju."
"Makan yuk?"
"Mau makan dimana Ju?"
"Nasi uduk yang di bawah sajalah Ran."
"Ok."
Kita berdua meluncur makan ke tukang nasi uduk yang berada di dekat kosanku berada. Selain aku menyukai makan nasi uduk, aku juga sangat menyukai makan semur jengkol. Benar-benar mantap sekali rasanya, itulah makanan favoritku.
Selain rasanya yang sangat enak dan lezat, harganya juga tidak kalah mahalnya dengan daging ayam.
Kini kita berdua sedang memakan nasi uduk bersama dengan semur jengkol dan juga gorengan tempe dan juga sambal terasi. Benar-benar nendang di lidahku.