5. Mengintip
Hari yang indah, hari yang berbahagia untukku. Hari ini meupakan hari pertamaku menerima gaji dari perusahaan tempatku bekerja.
Tidak lupa untuk aku membagi-bagi gaji pertamaku ini. Yang pertama aku akan menstransfer istriku. Yah, meskipun gajiku masih kecil, setidaknya aku dapat memberikan istri dan anakku nafkah.
Yang kedua aku akan membayar kosanku. Sementara sisanya untuk membayar hutang kepada Juan dan juga untuk peganganku sehari-hari.
Aku juga akan mentraktir Juan untuk makan bersama denganku di salah satu restoran sederhana sebagai ucapan terima kasihku kepadanya.
Kini aku sedang mengunci pintu kamarku. Lalu aku berjalan menuju ke bawah, ke kamarnya Juan. Kini aku telah berada didepan kamarnya. Kebetulan kamarnya terbuka dan Juan sedang menonton Televisi.
"Ju, makan yuk?"
"Cieee yang baru gajihan?"
"Hehe.."
"Memangnya kamu sudah mentransfer istri kamu Ran?"
"Sudah Ju. Saya juga sudah membayar kosan ini."
"Ini Ju, saya membayar hutang saya. Terima kasih ya sudah membantu saya?" Ucapku
"Ah, kamu Ran? Sesama sahabat kan memang sudah sewajarnya harus seperti itu.
"Oh iya, kamu ingin mengajakku makan dimana Ran?"
"Di Restoran depan saja ya Ju?"
"Ya, untuk saat ini saya hanya baru bisa mentraktir makan disitu Ju."
"Ah, kamu ini Ran. Mau makan dimana pun sama saja."
"Ya sudah hayu Ju?"
"Ok."
Juan berdiri dan memakai pakaiannya. Juan telah keluar dan mengunci pintu kamarnya. Kita berdua berjalan kaki menuju ke salah satu restoran sederhana yang berada di pinggir jalan Raya.
Kini kita telah sampai dan sedang makan di Restoran sederhana tersebut.
"Makasih ya Ran, sudah mentraktir?"
"Sama-sama Ju."
Kriiing..! Ponsel Juan berbunyi.
Juan langsung mengambil Ponselnya di Meja Makan.
"Bentar ya Ran? Aku kedepan dulu?"
"Iya Ju, silahkan."
Juan pergi melangkah kedepan restoran. Aku melanjutkan makanku.
*
*
*
Juan telah selesai menelponnya. Ia sedang berjalan kemari. Ia duduk kembali.
"Ran, teman aku katanya mau datang ke kosan."
"Teman yang mana Ju?"
"Yang kemarin menginap itu Ran, sewaktu habis dari karokean?"
"Oh abang angkat kamu yang bernama Irfan ya Ju?"
"Betul Ran."
"Ya sudah, saya bayar dulu ya Ju?"
"Ok Ran."
Aku ke kasir dan membayar makanan, lalu setelahnya aku kembali berjalan menemui Juan.
"Sudah Ran?"
"Sudah Ju."
"Ya sudah, kita langsung jalan ya?"
"Ok."
*
*
Kini kita berdua sedang berjalan menuju ke kosan. Kita berdua berjalan santai di pinggir jalan raya.
"Sepi ya Ran suasana jalanan malam ini?"
"Iya bener Ju."
Kriiiiing.. Juan segera mengambil hapenya dari saku celananya.
"Bentar ya Bang? Aku sedang berjalan ke arah sana." Ucap Juan di dalam telpon.
Telpon sudah di matikan oleh Juan.
"Ran, saya duluan ya? Tidak apa-apa kan?"
"Oh iya Ju, tidak apa-apa. Silahkan kalau kamu mau duluan.
"Ok."
Juan berlari menuju ke kosan. Sementara aku masih berjalan santai sambil memasukkan kedua tanganku kedalam celana chino ku.
Kini aku telah berada di depan rumah kosanku. Aku mulai memasuki halaman rumah dan mulai melewati pintu demi pintu kamar kosan.
Kamar Juan terlihat terbuka satu jengkal dengan posisi lampu yang mati bersama dengan Televisinya yang menyala.
"Mmmmmuach.." Suara kecupan bibir dari dalam kamarnya.
Aku memelankan jalanku lalu berhenti untuk mengintip dari pojokkan pintu kamarnya.
Juan dan Abang angkatnya sedang berpelukan dengan posisi kedua bajunya yang sudah terbuka. Mereka berdua hanya menggunakkan CD saja.
Posisi Juan berada di bawah dengan posisi kaki terlentang, sedangkan abangnya menindih di atasnya dengan posisi kedua kakinya yang merentangkan kakinya Juan. Dengan kedua batang hitamnya yang saling beradu.
Kedua tangan Juan memeluk tubuh gempalnya abangnya, sedangkan kedua tangan abangnya memegang kepalanya Juan.
"mmmmuaaach.." Mereka berciuman bibir dengan kuat dan terlihat sangat nafsu.
Sambil berciuman bibir, tubuh abangnya bergoyang menggoyangkan batang hitamnya yang sedang bersentuhan dengan batang hitamnya Juan.
Lidahnya bang Irfan dikeluarkan lalu di masukkan kedalam mulutnya Juan.
"Slurp!!!" Juan menghisap dan megenyot lidah Bang Irfan yang masuk ke dalam mulutnya.
Bang Irfan selalu menggoyang-goyangkan badamnya agar batang hitamnya terus saling beradu dan bergesekan dengan batang hitamnya Juan.
"Slurp!!"
Mereka berdua saling menghisap dan memainkan lidahnya. Kedua tangannya Juan memeluk erat tubuh gempal Abangnya untuk terus menggoyangkan belutnya.
Mereka melepaskan ciumannya. Lidah abangnya mulai menjilati dan membuat kecupan di lehernya Juan.
"Aaaaach.." Juan mendesah, Abangnya terus menjilati lehernya sambil menggoyangkan tubuhnya diatas tubuh Juan, sesekali Ia juga menggenjot tubuhnya untuk mengadukan kedua belutnya yang sama-sama sedang mengeras, agar saling beradu.
Batang hitamku mulai terangsang melihat mereka berdua yang sedang bercinta dengan mesra. Batang hitamku mulai hidup dan mengeras.
"Sabar ya?" Gumamku sambil mengelus batang hitamku.
"Aaaach.." Juan mendesah sambil mengeliatkan tubuhnya.
Bibir Bang Irfan menghisap p****g dadanya, lidah bang Irfan menjulur dan menjilati p****g dadanya. Sedangkan satu tangannya memainkan p****g d**a yang sebelahnya Juan.
"Slurp.." Bang Irfan menghisap sambil terus memainkan lidahnya di p****g dadanya Juan.
Sambil menghisap dan memainkan lidah di p****g dadanya Juan, tubuhnya selalu bergoyang-goyang di atas tubuhnya Juan.
Entah mengapa batang hitamku pun ikut mengeras melihat pergulatan mereka berdua.
"Aaaaaach..." Juan mendesah kembali. Ia menghisap dan memainkan lidahnya di p****g d**a Juan sambil menggoyangkan tubuhnya.
"Sresekkk!!!" Aku menyenggol sapu.
Mereka berdua menengok ke arahku. Aku berlari menaiki tangga. Aku masuk ke dalam kamar mandi. Aku membuka celanaku dan membasahi batang hitamku dengan air. Aku mengambil sabun,dan menyabuni batang hitamku.
"Terpaksa aku harus olahraga tangan, karena sudah terlanjur berdiri batang hitamku. Semoga saja tadi mereka berdua tidak mengetahuinya kalau aku mengintipnya."
Aku mulai menggenggam batang hitamku yang sedang berdiri tegak. Aku memaju-mundurkan tangan kananku di batang hitamku. Tangan kiriku memainkan p****g dadaku.
Aku mengocoknya sedikit lebih cepat. Batang hitamku semakin mengeras dengan urat di batang hitamku. Semakin cepat aku mengocoknya.
Aku menggenggam batang hitamku, aku memaju-mundurkan badanku dengan ke depan ke belakang. Aku menghentikan badanku. Aku mengocok dengan lebih cepat.
Batang hitamku mulai berkedut, aku mengocoknya lebih keras. Batang hitamku berkedut sangat cepat.
"Aaaaaach.." Batang hitamku mengeluarkan cairan kental muncrat ke tembok.
Aku menyiram kembali batang hitamku yang masih berdiri tegak, aku menyabuninya dan menyiramnya kembali.
Aku melucuti seluruh pakaianku. Aku menyirami tubuhku. Aku menyabuni seluruh tubuhku dengan dengan tanganku. Aku menggosok seluruh tubuhku. Aku menggosok ketiak, s**********n, bawah batang dan yang terakhir belahan pantatku yang berbulu. Aku menggosok-gosok dengan lembut.
Kini seluruh bagian tubuhku telah tergosok, aku memyirami air dan membilas bersih. Tubuhku telah wangi dan aku pun udah lega karena telah batang hitamku telah memuntahkan cairan kentalnya.
Aku mulai memakai boxer tanpa celana dalam. Terlihat mengatung batang hitamku. Kini aku membuka pintu kamar mandi, berjalan ke arah pintu kamar dan masuk ke dalam kamar.
Aku sudah masuk kedalam kamarku dan aku langsung tertidur dengan keadaan terlentang.