4. Lolipop
Di malam hari yang indah penuh dengan bintang-bintang di langit, dengan rembulan yang bersinar terang benderang dan cahaya merah menghiasi atmosfere bumi di Kota Perantauan.
Aku tengah seorang diri menatap bintang-bintang dilangit diteras kosanku. Sambil menatap bintang, aku juga sambil menikmati sebatang rokok.
Juan sahabatku sedang berjalan menaiki tangga menuju ke tempatku berada. Juan berjalan menggunakan setelan pakaian yang serba berwarna putih, sangat matching dan sepadan dengan warna kulitnya yang putih.
Juan menggunakan pakaian kemeja berwarna putih, celana pendek katun ketat berwarna putih dan juga arlojinya yang berwarna silver.
Kini juan telah berdiri berada disampingku yang sedang duduk menatap indahnya bintang.
"Ran, Ikut yuk?"
"Kemana Ju?"
"Ada acara party. Sahabatku ulang tahun."
"Ah, gak enak Ju. Saya juga tidak biasa ke tempat party."
"Ayolah ikut? Semua temen-temenku baik koq."
Kalau sudah begitu, aku pun merasa tidak enak untuk menolak ajakannya.
"Ya sudah, saya ganti baju dulu ya Ju?"
"Ok, aku tunggu dibawah ya?"
"Ok."
Juan berjalan turun kebawah. Aku masuk ke dalam kamarku. Aku mulai melucuti pakaianku satu persatu, mulai dari kaos, kaos dalam, boxer dan juga cd-ku.
Kini aku tengah telanjang tanpa busana. Sejenak aku melihat tubuhku yang langsing dan juga melihat belutku yang sudah hampir sebulan ini tidak berjumpa dengan lubang rumahnya. Belutku mulai berdiri.
Aku segera berjalan keluar dari kamar lalu masuk ke dalam kamar mandi, aku sirami tubuhku dengan beberapa siraman air di gayung, aku menyabuni seluruh tubuhku. Aku menyabuni bagian belutku yang tengah berdiri tegak.
Aku mengelus dan juga memainkan tanganku maju mundur dengan pelan di belutku dengan sabun. Semakin keras dan sangat keras belut milikku. Aku terus memainkan tanganku dengan lembut dan juga dengan kasih sayang kepada belut hitamku ini.
Sambil memainkan tanganku dengan pelan di belutku dengan satu tangan, satu tanganku yang satunya memainkan p****l dadaku. Belutku mulai berkedut dan ingin memuntahkan lendirnya.
"Aaaaaahh.. "
Aku mendesah penuh gairah bersamaan dengan muntahan lendir kental yang muncrat ke tembok kamar mandi.
Aku siram belutku dan juga menyabuninya kembali. Aku menggosok-gosok ketiak, s**********n paha, dan juga bagian belahan pant**ku yang berbulu.
Aku menyirami dan memandikan tubuhku dengan bersih. Aku membalutkan handuk berwarna putih, yang aku balut dibawah puserku. Aku masuk kedalam kamar dan melepaskan handukku.
Aku taruh handukku diatas kasur. Aku mulai menggunakan Celana dalam, Boxer, celana jeans hitam, kaos dalam dan juga kemeja berwarna hitam.
Aku gunakan gatsby, lalu menyisir rambut pendekku kearah samping. Aku gunakkan arloji silverku.
"Lumayan tampan juga aku." Pedenya aku sambil bercermin.
Aku mengambil rokok A-Mild lalu membakarnya. Aku tutup dan mengunci pintu kamarku lalu berjalan menuju ke kamarnya Juan.
"Ju, saya sudah siap." Ucapku sambil merokok berdiri di depan pintu kamarnya Juan.
"Ok."
Juan berdiri dan mengambil handbag hitamnya. Juan keluar dan mengunci pintu kamarnya.
"Kita tunggu Taxy didepan ya Ran?" Juan mengajakku untuk menunggu taxy online di kursi kayu panjang.
"Ok."
Aku dan Juan duduk sambil merokok. Taxy telah datang.
"Hayu Ran?"
"Ok."
Aku dan Juan masuk kedalam taxy. Taxy tetap menyala dan sudah berjalan menuju ke lokasi acara ulang tahun temannya Juan.
Kini kita berdua telah berada di depan Ruko tempat karoke familly. Aku dan juan segera keluar dari taxy. Aku dan juan berjalan menuju kedalam ke salah satu room karouke.
"Hay Juan?" Temannya yang ultah menyapa Juan didepan pintu room karouke.
"Hy juga. Kenalin, ini temanku?" Juan memperkenalkan aku.
"Randy."
"Aldo. Salam kenal ya Ran?" Ucapnya ramah.
"Iya bang salam kenal juga."
"Hayo masuk?" Ucap Aldo.
"Ok." Ucap Juan.
Aku dan Juan masuk ke dalam room lalu duduk di Sofa yang paling ujung.
Suasana di dalam room sangatlah ramai dan semuanya menggunakan Dresscode berwarna putih. Hanya aku sendiri yang menggunakan pakaian serba hitam. Karena hanya kemeja kerja hitam ini yang aku miliki. Aku belum gajian untuk membeli kemeja yang baru.
Aku merasa minder, aku berdiri lalu berjalan keluar room. Juan mengejarku.
"Mau kemana Ran?" Ucap Juan sambil memegang tanganku dari belakang.
"Mau pulang Ju."
"Minder ya?"
Aku menganggukkan kepalaku.
"Santai saja kali Ran? Mereka baik semua koq. Emangnya tadi ada yang ngatain kamu didalam? Enggak kan?" Ucap Juan.
"Ya sudah, hayo kita masuk kembali? Gak enak sama temen-temenku yang lain." Ucap Juan kembali.
Aku dan Juan masuk kembali ke dalam. Aku duduk di Sofa yang barusan aku duduki.
Tanpa disadari ada seorang pria sedang memperhatikanku. Pria itu berusia 35 tahun, berbadan gempal, putih, bibirnya tipis sedikit tebal berwarna abu dan tampan. Pria itu menggunakan setelan pakaian yang sama seperti yang lainnya. Yaitu menggunakan kemeja putih ketat dengan kancing yang terbuka satu, membuat dadanya yang bidang dan bulu di dadanya terlihat. Ia juga Menggunakan celana katun pendek ngetat, membuat pentolan belutnya sangat menapak.
Dia mendekatiku dan duduk di sebelahku.
"Kenalin?" Ucapnya ramah dan kalem sambil menyodorkan tangan kanannya kepadaku.
Aku pun mengulurkan tanganku.
"Dino."
"Randy."
"Kamu ini teman kosnya Juan ya?"
"Iya Bang."
"Kerja dimana?"
"Di Mall Bang."
"Jaga produk apa?"
"Baju kemeja formal Bang."
"Oh iya Ran, malan ini saya boleh menginap ditempat kamu tidak? Rumah saya di luar kota. Sedangkan besok, saya harus masuk kerja pagi di Kota ini."
"Boleh Bang."
"Makasih ya Ran?"
"Sama-sama Bang."
Aku, Juan, Dino, dan abang-abangannya Juan yang bernama Irfan pulang bersama ke kosan menggunakan taxy.
Kini kita berempat telah berada didepan kosan.
"Ran, Abang duluan ya?" Ucap Irfan sambil menggendong Juan yang sedang mabuk keluar dari taxy.
Irfan dan Juan sudah masuk kedalam kosan.
"Ini Pak?" Dino membayar taxy.
Aku dan Dino keluar dari taxy lalu berjalan ke dalam. Aku membuka pintu kamarku lalu tiduran.
"Bang, saya tidur duluan ya?"
"Iya. Aku mau merokok dulu. Gak apa-apa kan nanti kalau lampunya di matiin?" Ucap Dino.
"Tidak apa-apa bang. saya juga biasa lampunya di matiin kalau tidur."
Aku memejamkan mataku. Dino masih merokok dipinggir pintu kamarku.
Dino telah selesai merokoknya. Ia mematikan lampu. Ia melucuti seluruh pakaiannya. Ia hanya menggunakan celana dalam mengkilap berwarna hitam. Ia merebahkan tubuh gempalnya di sebelahku. Ia terlentang tidur kearah atas.
Sesekali aku tidur begerak kesana kemari, dan sesekali juga tanganku menempel ke dadanya yang berbulu. Ia menggenggam tanganku yang sedang berada di dadanya.
Aku dan Dino tertidur.
*
*
*Jam 3 pagi.
Aku masih tertidur pules. Ia terbangun lalu memegang belutku yang sedang tertidur. Batangku berdiri merespon pegangannya. Ia memainkan tangannya di belutku keatas dan kebawah. Belutku semakin mengeras.
Ia duduk lalu menundukkan kepalanya kearah belutku yang sedang mengeras. Ia melumati kepala belut milikku. Ia membuka mulutnya. Ia mengulum belutku. Ia menggerakkan mulutnya keatas dan kebawah di belutku. Ia melumati dan memainkan lidahnya di ujung kepala belutku, Ia memainkan lidahnya lubang belutku.
"Aaaaaah.." Aku mendesah dan tertidur kembali.
Ia memberhentikan sejenak dan melihat mataku yang masih terpejam. Ia mulai membuka mulutnya kembali. Ia mengulum dan menghisap belutku. Ia memasukkan seluruh belutku ke dalam mulutnya. Sambil mengulum, Ia memainkan lidahnya. Ia menghisap batang hitamku.
"Aaaaachh.." Aku mendesah kelojotan dibuatnya.
Aku terbangun dan ingin melihat belutku. Ia menahan badanku yang mau bangun dengan satu tangannya.
Aku pun menidurkan kembali tubuhku dan menikmati kulumannya, karena sudah terlanjur berdiri belutku ini.
Ia terus mengulum belutku naik turun sangat nafsu bersama dengan nafasnya yang menggebu-gebu. Sesekali aku kelojotan dan mendesah dibuatnya.
Sambil mengulum, satu tangannya memainkan p****g dadaku. Ia memainkan lidahnya di lubang belutku.
"Aaaaahh." Aku mendesah kelojotan.
Ia mengulum dan menghisap kembali belutku, sambil sesekali Ia menjilati naik turun belutku. Ia mengulum kembali dengan gerakkan cepat. Ia pun meremas putingku dengan keras.
Belutku mulai berkedut. Ia mengulum sangat keras.
"Aaaaaaaaaaaacchh.." Aku mendesah dan badanku terasa lemas.
Ia menjilati dan menelan lendir kental yang keluar dari lubang belutku.
Ia tiduran disebelahku.
"Makasih ya Ran?" Ucapnya.
Aku membalikkan tidurku kearah tembok. Antara kesal, menikmati kulumannya dan juga merasa dijebak. Aku melanjutkan tidurku.
Esok paginya aku terbangun dan Dino sudah terbangun duluan. Ia sudah membelikan aku s**u dan juga sarapan pagi.
Dino duduk di samping kasur dengan pintu kamarku yang tertutup.
"Makan dulu Dek?" Ia memanggilku dengan panggilan Dedek.
"Maafin aku ya? Aku tidak kuat menahan getaran hasratku dari saat aku melihat kamu."
"Iya gak apa-apa. Sudah terlanjur." Ucapku.
Ia mengelus kepalaku. Aku pun tidak ingin menolak pemberiannya. Aku sarapan pagi bersamanya.
"Maafin aku juga ya? Karena aku telah berbohong kepada kamu? Sebenarnya, abang ini tinggal di Apartemen di Kota ini. Aku sengaja berbohong kepada kamu? Karena aku ingin sekali bersama kamu."
"Rumahku memang berada di luar kota. Hanya saja untuk pekerjaanku, aku kerja disini Dek."
"Aku juga sama kayak kamu. Aku memiliki seorang istri dan juga dua anak. Hanya saja, Istriku pernah selingkuh dengan pria lain. Aku sangat merasa terpukul. Makanya aku tinggal di Apartemen sendirian sekarang."
"Oh iya Dek, aku berangkat duluan ya?"
"Iya." Ucapku acuh tak acuh.
Ia berdiri, Ia mengelus kembali kepalaku. Ia keluar dari kamarku dan telah pergi. Namun ada sesuatu yang Ia tinggalkan, yaitu kartu namanya dan juga rupiah di dalam lemariku.
Entah harus bagaimana aku menyikapi semua ini. Antara kecewa merasa dijebak, menikmati kulumannya dan merasa senang mendapatkan rupiah.