✉ 11 || Titania Raya

1009 Kata
Aku agak kaget saat grup milik SMA Putra Bangsa tiba-tiba ramai. Terlebih keramaian itu dikarenakan postingan baru berupa videoku yang tengah berciuman dengan Kak Agas. Wow, secepat itu kah video ini harus disebarkan? Aku membaca satu per satu komentar. Sepertinya bisa kusimpulkan kalau kebanyakan komentar tengah menghujat cewek yang dicium Kak Agas dan cewek itu adalah aku. Mereka menuliskan komentar yang mengataiku cewek ganjen, kegatelan, sok cantik, dan lain sebagainya. Tapi sejauh ini sepertinya belum ada yang menyadari kalau aku lah cewek itu. Itu pasti karena aku bukanlah sosok cewek terkenal. Jadi aku merasa aman karena tidak ada yang mengenaliku. Tapi dua menit setelahnya, aku dibuat mendesis geram saat mendapati salah satu komentar yang menyebutkan namaku. s**l, Arisa lah yang membongkar identitasku. Arisa_sasa : Itu si Raya, kan? Rasanya aku ingin mengubur hidup-hidup cewek bernama Arisa itu. Dia itu polos atau b**o, sih? Atau dia sengaja membongkar identitasku agar aku dijadikan bulan-bulanan oleh penggemarnya Kak Agas? Aku melemparkan ponsel ke ranjang. Kenapa rasanya menyebalkan sekali? Kenapa mereka menilaiku seolah akulah yang salah? Padahal yang menciumku itu Kak Agas. Dan lagi, memang apa salahnya kalau kami berciuman? Mereka pasti orang-orang yang iri denganku karena bisa bersanding dengan Kak Agas. Eh, tapi tunggu, sejauh ini tidak ada yang tahu soal hubunganku dengan Kak Agas. Jadi mereka tidak sepenuhnya salah kalau menilai aku sebagai cewek penggoda! Aku mengerang frustasi. Sepertinya aku harus meminta Kak Agas mengklarifikasi. Aku menyambar kembali ponselku yang sempat kucampakkan ke ranjang. Aku membuka kolom perpesanan. Setelah menemukan kontak Kak Agas, aku mengetikkan pesan padanya. Jujur saja aku bingung untuk memulai pembicaraan ini. Apa Kak Agas sudah tahu soal video itu? Tapi sepertinya Kak Agas juga bukan orang yang gemar bergabung dalam sebuah grup. Ah, kenapa tidak kucari tahu dulu apakah Kak Agas bergabung di grup itu atau tidak. Aku menunda mengirim pesan pada Kak Agas dan kembali mengecek grup. Ternyata setelah kutelusuri, Kak Agas tergabung di grup itu. Tapi sejauh ini, Kak Agas diam saja meski namanya disebut-sebut. Barangkali dia enggan menanggapi komentar-komentar penggemarnya. Aku kembali membuka kolom perpesanan dan mengetikkan pesan pada Kak Agas. Tanpa pikir panjang lagi, aku mengirimkan pesan itu. To : Kak Agas Kak, soal video itu, kayanya kita perlu klarifikasi. Aku harap-harap cemas menunggu balasan dari Kak Agas. Mana lama banget lagi balasnya. From : Kak Agas Nggak usah ditanggapi. Nanti mereka juga diam sendiri. Aku menghela napas. Kenapa aku merasa makin kesal? Oke, mungkin Kak Agas tidak merasa dirugikan. Tapi bagaimana denganku? Penggemar Kak Agas tidak mencaci Kak Agas. Tapi mereka mencaciku. Mereka bahkan mulai berspekulasi yang aneh-aneh tentangku. Bagaimana kalau besok-besok aku dibully seperti Melodi? Baiklah, aku memang bukan cewek lemah. Kalau mereka sedikit saja membuatku terluka, maka aku akan menghancurkan mereka. Tapi apa masalahnya akan selesai sampai di sini? Bagaimana dengan nasibku di kepengurusan Raja dan Ratu? Bukannya berhasil mengungkap kasus, aku justru turut menjadi korban kasus itu. Kepalaku mendadak jadi pening. Ini pasti karena emosiku yang sudah mencapai ubun-ubun. Daripada aku melampiaskan kemarahanku pada orang yang tidak bersalah, lebih baik aku istirahat sekarang. Aku naik ke ranjang dan berusaha memejamkan mata. Mungkin aku akan menghadapi permasalahan yang lebih besar besok pagi. *** Aku terbangun kala alarm ponselku mulai berbunyi dengan berisik. Aku membuka mata dan beranjak dari ranjang dengan agak malas. Hari ini, apa saja yang harus kuhadapi? Aku berdecak, mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Meski aku rasanya ingin membolos saja, tapi aku tidak bisa sepecundang ini. Aku segera membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi. Biasanya aku tidak akan berdandan sebelum berangkat ke sekolah, tapi kali ini aku ingin tampil rapi. Aku tidak ingin dianggap tidak pantas bersanding dengan Kak Agas. Setidaknya aku harus kelihatan lebih oke dari mereka yang semalam melontarkan komentar-komentar menjengkelkan. Setelah beres memoles make up natural agar wajahku lebih terlihat segar, aku meraih seragam dan menggunakannya. Aku memastikan seragamku terpasang rapi. Aku sengaja memilih rok di atas lutut yang memperlihatkan kakiku yang jenjang serta kemeja yang tidak kedodoran dan melekat pas di tubuhku. Aku mengambil jas hari selasa dan mengenakannya. Ah, aku harus melengkapi tampilanku dengan sepatu berhak lima sentimeter serta ransel bermerk yang akan membuat orang segan menggangguku. Setelah beres dengan semua persiapan, aku berjalan ke cermin. Di sana, aku mematut diri dan memperhatikan penampilanku. Oke, sekarang aku siap ke sekolah. Aku nenunggu jemputan Carita, sepupuku yang kebetulan juga merupakan pengurus Raja dan Ratu Sekolah. Carita bilang kalau ia ada urusan di markas, makanya ia bisa menghampiriku dulu. Aku keluar dari kamar dan bertemu mamaku di ruang depan. Mamaku sepertinya tengah mengobrol dengan teman arisannya melalui ponsel. Ia lalu menjeda obrolannya dan menanyaiku, "Berangkat sama siapa?" "Carita," gumamku sambil memandang keluar rumah. Mamaku berdecak, "Besok mama belikan mobil baru saja. Sejak mobilmu kena kecelakaan, kamu jadi hobi ngerepotin orang." Aku memutar bola mata malas. Sebenarnya aku lebih nyaman nebeng Carita ke mana-mana. Karena aku cukup malas untuk nyetir sendiri. Terlebih kalau aku tidak membawa kendaraan, Kak Agas akan lebih perhatian dengan mengantarkanku pulang. Klakson mobil Carita membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menjabat tangan mamaku dan segera meninggalkan rumah. "Gue denger, lo jadi korban video pencemaran nama baik itu." Carita menyapaku dengan topik yang tidak kuharapkan. Aku hanya mendudukkan diri dan memilih pura-pura sibuk dengan ponselku. Kak Carita sepertinya tidak berniat memaksaku cerita. Ia sudah mulai melajukan mobilnya dan suasana mobil menjadi hening. Carita mengemudikan mobilnya dengan lumayan ngebut hingga tak butuh waktu lama untuk kami tiba di sekolah. Aku langsung keluar dari mobilnya begitu mobil berhenti di parkiran. "Ray," panggil Carita dengan suara keras karena aku sudah hampir menutup pintu mobil. Aku melongokkan kepalaku ke dalam. Dahiku berkerut samar. "Hati-hati, jangan sudi dibully!" Carita kedengarannya seperti mengancam ketimbang memberu pesan. Aku mengangguk singkat dan menutup pintu mobilnya. Aku menarik napas panjang dan memantapkan langkah menuju ke kelas. Sepanjang jalan, tidak ada orang yang benar-benar menggangguku. Mereka hanya berbisik-bisik dengan teman mereka. Tentunya sedang membicarakanku. Meski begitu, aku tetap mengangkat dagu tinggi-tinggi. Aku tetap lah Titania Raya. Cewek yang dikenal jutek, judes, dan sombong. Tapi baru saja akan berbelok ke kelas, aku justru dihadang oleh kakak kelasku yang tampangnya mirip cabe-cabean. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN