Aku mendapat telepon dari Riga. Riga mengatakan kalau ia dan Vienna berhasil memergoki orang yang mengambil video itu. Tapi sayangnya mereka tidak berhasil menangkap orang itu.
"Kalian di mana sekarang?" tanyaku membalas ucapan Riga di seberang telepon.
"Gue ada di sekitar kolam renang indoor," jawab Riga.
Aku mengangguk paham dan berjanji akan segera tiba di sana. Untung saja aku belum jadi hengkang dari markas. Pasalnya tadi aku sempat berpikir untuk melanjutkan pekerjaanku di rumah saja.
Aku mengemasi barang-barangku dan membawanya keluar markas. Sebelum menemui Riga, aku menyempatkan diri ke parkiran. Seberes dari parkiran, aku melenggang cepat menyusul Riga.
Riga dan Vienna langsung menoleh saat menyadari keberadaanku.
"Gimana ciri-ciri orangnya?" tanyaku pada Riga dan Vienna.
"Lumayan tinggi, badannya kecil, dan larinya kenceng. Dia pakai celana training dan hoodie." Riga yang menjelaskan.
"Yang pertama kali mergokin siapa?" cecarku.
Riga menunjuk Vienna. Sementara Vienna mengangkat tangan.
"Lo liat dia sembunyi di mana, Vien?" Aku berganti menatap Vienna.
Vienna menunjuk ke pintu samping kolam renang indoor. "Dia jongkok di situ."
Aku mengernyit, "Lo yakin dia pelakunya?"
"Kalau dia bukan pelakunya, kenapa dia lari?" Vienna balik bertanya.
Aku mengangguk-angguk. Yang dikatakan Vienna ada benarnya. Aku lalu terpikir sesuatu, "Dia bawa kamera atau alat rekam lain?"
"Ponsel. Aku liat dia genggam ponsel sambil lari," ujar Vienna.
Aku kembali mengangguk-angguk. "Terus kalian mau apa sekarang?"
Riga dan Vienna kompak menggelengkan kepala. Sepertinya mereka sudah kehilangan jejak dan tidak tahu harus lanjut mencari ke mana.
Aku menghela napas dan menatap keduanya secara bergantian. "Kalau gitu, kalian balik dulu aja. Kalau memang besok ada video soal Raya sama cowoknya, kalian baru cari tahu lagi. Tapi gue rasa, nggak ada video soal itu."
Riga dan Vienna saling tatap. Mereka lalu mengangguki ucapanku dan pamit pulang.
"Kalau gitu, kami pulang dulu Kak," pamit Vienna.
"Hati-hati pulangnya," kataku mengantarkan kepergian mereka.
Setelah mereka menjauh, aku juga turut pergi dari tempat ini. Aku kembali ke parkiran untuk mengambil mobilku.
Aku masuk ke dalam mobil dan melirik ke kursi belakang. Aku melihat hoodie dan celana training yang belum sempat kulipat.
Aku menghela napas dan mulai menjalankan mobil. Aku butuh cepat-cepat pergi dari sekolah ini.
***
Aku berjalan gegas memasuki rumah. Aku langsung menuju ke kamar dan menyibukkan diri di sana.
Aku masih punya agenda merevisi anggaran yang ternyata jumlahnya bertambah karena ada beberapa donatur yang memberi sumbangan lebih di tahun ini.
Setelah sampai di kamar, aku membuka laptop dan mulai berkutat dengan tabel-tabel. Tapi sambil menyelesaikan tugas revisi anggaran, aku membuka grup milik SMA Putra Bangsa. Aku log in menggunakan akun Riga.
Tak kuduga kalau grup itu sudah ramai. Sepertinya barusan ada unggahan video baru. Video Raya?
Aku segera menggulir layar ke atas. Tepat sekali, aku bisa mendapati video Raya yang tengah berciuman dengan Agas di tepian kolam renang.
Aku sudah melihat adegan itu secara langsung. Tapi melihatnya sekarang membuatku sedikit merasa panas.
Ah, lupakan soal itu. Aku sekarang harus mengamati dari arah mana kira-kira video ini diambil. Yang jelas, itu bukan dari tempatku bersembunyi tadi.
Aku sempat mengamati bagian dalam indoor. Dan kalau aku tidak salah menyimpulkan, video ini diambil dari arah ruang ganti. Entah ruang ganti putri atau ruang ganti putra. Kedua ruang itu berdekatan. Jadi aku tidak bisa memperkirakan di mana posisi pastinya si pengambil video.
Tapi kenapa baik Raya dan Agas tidak menyadari kalau ada orang lain di dalam ruang ganti itu? Apa orang itu bersembunyi atau dia berpura-pura tidak sedang merekam keduanya? Mungkin kah aku harus bertanya pada Raya dan Agas soal siapa orang yang mereka temui di dalam ruang ganti sesaat setelah kejadian itu?
Ah, aku tidak yakin kedua orang itu mau menjawab pertanyaanku. Raya pasti enggan mengobrolkan masalah ini denganku. Sedangkan Agas pasti akan mencurigaiku karena tiba-tiba membahas itu. Apalagi kami tidak saling kenal sebelumnya.
Aku mengerang kesal. Cepat sekali langkah si pengirim video ini. Oh tunggu, kenapa aku tidak melihat siapa yang mengirim video ini lewat ID nya?
Dan sialnya, ID nya adalah unknown. Tapi dia seorang admin grup. Bagaimana bisa? Ah, aku bingung harus memulai menyelidiki dari mana.
Aku mencoba mencari admin lainnya. Mungkin aku bisa mencari tahu siapa orang di balik ID unknown itu dari admin lainnya.
Tapi sejauh ini, admin yang sering muncul memang admin dengan ID unknown itu. Apakah tidak ada admin lain di grup ini? Lalu kenapa grup ini dibentuk? Apa hanya untuk menyebarkan berita tidak penting begini?
Sebuah panggilan masuk ke ponselku. Rupanya Riga berniat membuat sambungan telepon denganku.
"Hallo," sapaku saat mengangkat telepon.
"Kak, lo udah liat keributan di grup?" tanya Riga cepat-cepat seperti tengah dikejar setan.
Aku mengangguk meski aku tahu kalau Riga tidak bisa melihat gerakanku itu. "Gue udah lihat," jawabku.
"Kayanya Raya bakalan jadi bulan-bulanan kakak kelas dan fansnya Kak Agas. Apalagi Kak Agas ini kayanya cowok kesayangan cewek-cewek di SMA Putra Bangsa." Riga menjelaskan dengan cemas. Meski aku tahu kalau perlakuan Raya pada Riga tidaklah baik, tapi Riga masih sangat peduli pada Raya.
"Gue yakin Raya bisa jaga diri," gumamku kalem, tidak mau ikut membuatnya panik.
Menurutku memang Raya bisa mengatasi semua masalah ini. Meski dia dibully, dia pasti bisa melawan. Ingat kan kalau Raya itu mantan Ratu. Dia terlatih urusan bela diri. Dia juga termasuk cewek tidak berperasaan.
Semoga saja dia tidak mau pura-pura berperan seperti cewek lemah yang gampang ditindas. Masalahnya sebagai bagian pengurus Raja dan Ratu Sekolah, kami tidak diperkenankan untuk tampil terlalu kentara. Jadi yang kukhawatirkan kalau Raya tidak akan mengambil tindakan untuk melindungi dirinya.
"Kak, jadi gue kudu gimana sekarang?" tanya Riga yang sepertinya meminta saran.
Aku berpikir sebentar. Lalu aku mulai memberinya petunjuk, "Bantu Raya kalau dia emang dibully. Tapi jangan buat semua kelihatan jelas. Jangan sampai bocorin hubungan kalian sebagai sesama pengurus Raja dan Ratu Sekolah."
Riga terdiam. Mungkin masih menerjemahkan maksudku. "Terus cara gue nolonginnya gimana?"
"Tolongin kalau pas nggak banyak yang lihat kalian. Atau buat hubungan seolah kalian teman, kakak-adik, atau sahabat. Jangan pernah mengambil tindakan yang menarik perhatian. Apalagi sampai ada yang bertanya-tanya lo itu siapa. Lakukan semua tindakan dengan tenang," pintaku.
Riga menggumam. Entah dia paham atau tidak dengan ucapanku. Riga lalu mengakhiri pembicaraan kami.
***