✉ 8 || Riga Nara Neonatha

1025 Kata
Sebenarnya aku akan menemui Raya setelah mendapat kepastian jawaban dari Tino. Tapi rupanya jam istirahat telah berakhir. Karena Vienna mengatakan kalau kami sebaiknya kembali ke kelas saja, maka aku memutuskan untuk menunda rencana menemui Raya. Selama pelajaran berlangsung aku tidaklah tenang. Aku sudah tidak sabar memperingatkan cewek itu agar tidak kelihatan berdekatan dengan Kak Agas. Meski sebenarnya aku juga merasa kalau Raya bukanlah tipe cewek yang akan romantis-romantisan dengan pacarnya. Dia itu judes dan galak, pacarnya pasti merasa segan. Aku baru bisa bernapas lega saat bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aku mengemasi barang-barangku dengan cepat dan menarik Vienna ke kolam renang indoor. Sepertinya Raya ada jadwal latihan sore ini dan aku pasti bisa menemuinya di tempat itu. Sesampainya di sana, aku bisa melihat beberapa anggota club renang duduk di pinggiran kolam. Mereka kelihatan mengobrol satu sama lain. Tapi sejauh ini, aku tidak bisa menemukan Raya. Ke mana cewek itu? "Kok Kak Raya nggak kelihatan ya?" gumamku membuat Vienna menoleh. "Mungkin lagi ganti baju," tebaknya. Ah, benar juga. Mungkin Raya sedang berganti pakaian. Makanya dia belum bergabung dengan teman-temannya. Aku bisa melihat Raya keluar dari ruang ganti putri. Ia berjalan bersama seorang cewek yang menggamit lengannya. Mereka lalu bergabung dengan anggota club itu. Cewek yang tadi menggamit lengan Raya kelihatan sibuk mengobrol dengan anggota lain. Sementara Raya hanya diam saja. Kesempatan itu kugunakan untuk mencuri perhatian Raya. Tapi sialnya, cewek itu sama sekali tidak menoleh ke arahku dan Vienna. "Kita masuk aja gimana?" Vienna menatapku penuh permohonan. Barangkali dia sudah jengah menunggu di sini. Aku menggeleng, "Lo lupa pesan Tino? Kita pengurus Raja dan Ratu nggak boleh kelihatan akrab di luaran sana." Vienna kemudian mengangguk lesu. Rambutnya yang acak-acakan bergerak perlahan menutupi wajahnya. Aku kembali mengamati bagian dalam kolam renang indoor ini. Sekarang yang kudapati justru semua anggota club termasuk Raya tengah memandang ke arah cowok yang hanya menggunakan celana renang dan memamerkan perutnya yang sixpack. Dasar cewek-cewek, hobi banget nontonin roti sobek! Aku menoleh pada Vienna dan mendapati cewek itu juga tengah memperhatikan si cowok bercelana renang itu. "Vien, jangan sampai ngiler gitu dong," celetukku bermaksud menggodanya. Vienna menoleh malu-malu padaku karena ketahuan sibuk memperhatikan cowok itu. Tapi ia lalu berdeham singkat dan berseru, "Eh, itu Kak Raya nengok ke sini!" Begitu mendengar ucapan Vienna, aku segera memberi kode pada Raya agar menghampiri kami di luar sini. Raya kelihatan diam saja. Mungkin ia sedang memastikan kalau aku ini sungguhan atau hanya halusinasinya saja. Tapi kemudian kulihat Raya bangkit dan memisahkan diri dari kumpulan anak-anak club renang itu. Ia berjalan ke arah ruang ganti dan menghilang di sana. Setelah beberapa saat, Raya kembali muncul dengan handuk yang membalut tubuhnya. Cewek itu berjalan gegas menghampiri aku dan Vienna. Semoga saja dia tidak berniat menyemprotku dengan kata-kata kejamnya. "Kak Raya," panggil Vienna dengan nada riang. Aku melirik aneh ke arah Vienna. Jarang-jarang dia bersikap antusias begini. "Kak, lo harus hati-hati," ucapku serius setelah Kak Raya berada beberapa langkah jauhnya dari posisiku. "Kenapa emang?" salaknya dengan nada judes. "Karena lo mungkin bakalan jadi objek video pencemaran nama baik itu," tambahku. Raya menelengkan kepala. Ia menatap aku dan Vienna dengan alis yang diangkat sebelah. Ia mencecar, "Kok lo bisa mikir gitu?" "Kak Raya pacarnya Kak Agas, kan? Sedangkan Kak Agas adalah kapten club renang. Video-video sebelumnya juga melibatkan kapten-kapten club olahraga." Kali ini Vienna yang menjelaskan. Sepertinya beberapa menit ini ia diam karena tengah mengumpulkan keberanian. Raya melotot pada Vienna. Mungkin dia bertanya-tanya dari mana Vienna mengetahui hal itu. Ya, aku dan Vienna berhasil meyakinkan Tino untuk membeberkan siapa pacar Raya. Toh ini juga demi kebaikan Raya. "Gue bisa jaga diri. Kalian nggak perlu panik," ujar Raya lalu berbalik memasuki kolam renang indoor. "Kak, jangan ciuman di tempat umum," teriakku dengan cukup nekat. Raya kelihatan geram. Ia menoleh dan menatapku dengan jengkel. Ia menggerakkan ibu jarinya dengan gaya memotong leher untuk menakut-nakutiku. Aku hanya terkekeh. Sementara Raya mempercepat langkah untuk bergabung dengan anggota club renang. Tapi saat Raya bergabung dengan mereka, anggota club itu justru membubarkan diri. Apa mereka tidak jadi latihan? "Yuk balik," ujarku mengajak Vienna pulang. Vienna menggeleng. Ia sepertinya masih mau mengawasi di sini. "Mau sampai kapan?" tanyaku membuat Vienna menoleh. "Liat deh, Kak Raya latihan sendirian. Terus cowok yang kayanya Kak Agas itu masih ada di sana. Kamu nggak penasaran sama interaksi mereka?" Vienna memancing rasa penasaranku. Itu berhasil. Kini aku justru kepo maksimal pada apa yang akan Raya dan cowok itu lakukan. Seperti kata Vienna, Kak Raya sibuk latihan dan cowok itu sibuk memperhatikan Raya. Cowok itu kelihatan enggan untuk ikut turun ke kolam. Jadi mungkin dia tidak berniat latihan dan hanya ingin menyaksikan kegiatan Raya. Aku kini ganti memperhatikan Raya yang terus menerus berenang bolak-balik tanpa henti. Apa dia memang seorang atlet? Kelihatan sekali kalau Raya mumpuni dalam bidang ini. "Eh, Kak Raya kenapa?" tanya Vienna panik. Ia hendak berjalan memasuki area kolam renang indoor ini, tapi berhasil kucegah. Vienna akan protes tapi aku menggeleng. Toh sekarang cowok yang kuduga sebagai Kak Agas itu sudah bergerak menolong Raya. Kak Agas kelihatan membantu Raya bergerak ke pinggir kolam. Kak Agas kelihatan membantu Raya naik ke pinggiran kolam. Ia lalu menanya-nanyai Raya. Kak Agas juga kelihatan memijat kaki Raya. Oh, mungkin barusan Raya mengalami kram. Aku tadi juga tidak melihat Raya pemanasan. Dia langsung berlatih dengan intensitas tinggi. Dasar mak lampir ceroboh. "Kita nggak bisa biarin mereka berdua-duaan, Rig," gumam Vienna dengan gusar. Dia kenapa? Cemburu? Oh atau dia khawatir kalau terjadi sesuatu antara Raya dengan cowok itu? "Terus kita kudu gimana? Tiba-tiba dateng ke sana?" tanyaku yang juga bingung. Vienna menggeleng karena menyadari ide yang kulontarkan sangat tidak oke. Tapi belum terpikirkan cara apa yang tepat untuk memisahkan kedua orang itu, aku justru bisa mendapati sekarang Raya dan cowok yang kuduga pacarnya itu tengah berciuman. Jujur saja, aku agak syok melihat hal itu. Meski durasi ciuman mereka cuma sebentar, tapi tetap saja itu membuatku kaget. "Terlambat," gumam Vienna lagi. Sekarang ia kelihatan sudah pasrah. "Gimana kalau kita cek kemungkinan ada orang yang ngerekam atau enggak?" tawarku agar Vienna tidak kecewa. Vienna mengangguk. Kami lalu berpencar dan memutari kolam renang indoor ini. Berusaha menemukan orang yang kemungkinan berniat mengambil video ciuman Raya dengan Kak Agas. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN