✉ 7 || Titania Raya

1025 Kata
Jam istirahat kedua ini kugunakan untuk menanya-nanyai Melodi. Aku memaksa cewek itu untuk mengikutiku ke bagian belakang gedung kelas, tempat di mana meja dan kursi rusak disimpan. "Lo kenapa dibully?" tanyaku. Padahal sebenarnya aku sudah mengetahui jawabannya. Tapi aku perlu pertanyaan pengantar agar bisa bertanya hingga ke inti permasalahan. Melodi mendongak. Ia hanya mengulas senyum, "Gue udah nggak kenapa-napa, kok." Aku mendengkus dan lanjut mencecarnya, "Gue nggak peduli lo mau kenapa-napa atau nggak kenapa-napa. Gue cuma mau tau siapa yang bully lo dan apa alasan mereka bully lo." Melodi terdiam dan menunduk dalam. Ia berujar lirih, "Ini semua karena video gue yang lagi ciuman sama Kak Iko tersebar di grup siswa SMA Putra Bangsa. Gue jadi diincer sama fansnya Kak Iko." Aku ber-oh-ria. Aku lalu teringat sesuatu, "Lo kenapa tadi bilang kalau gue harus hati-hati?" "Gue pernah liat lo jalan sama Kak Agas. Dia kapten club renang, kan?" Melodi mendongak dan kelihatan cemas. Aku mengangguk ragu. Tapi memangnya kenapa kalau Kak Agas kapten di club renang? "Mungkin lo juga bakalan diamati sama si pengambil video. Kalau lo kebetulan bermesraan sama dia, bisa jadi bakal ada video serupa yang melibatkan lo dan Kak Agas," ujar Melodi serius. Aku menyandarkan tubuhku ke dinding kelas. Aku lalu berpikir kapan terakhir kali aku bermesraan dengan Kak Agas. Rasanya, hal seperti itu tidak pernah terjadi. Ingat kan kalian kalau gaya berpacaranku dengan Kak Agas itu lumayan kaku? Jadi tidak ada hal-hal romantis di antara kami. Aku berniat mengalihkan pembicaraan. "Lo tau siapa yang ngambil video itu?" tanyaku kemudian. Melodi menggeleng, "Gue nggak tau." "Itu kapan kejadiannya?" cecarku. Melodi berusaha mengingat-ingat. Ia lalu buka suara, "Sebelum liburan. Pas gue habis bantuin Kak Iko beresin ruang club taekwondo." "Tapi itu video beneran atau ada bagian yang editan?" Aku kembali bertanya. Melodi menundukkan kepalanya. Sepertinya dia cukup malu. Ia lalu membalas ucapanku lirih, "Beneran." Aku ber-oh-ria. Oke, sepertinya sudah tidak ada yang bisa kucari tahu lagi dari Melodi. Aku menegakkan tubuhku yang semula bersandar pada dinding kelas. Aku berbalik keluar dari sana. Tapi baru berjalan beberapa langkah, aku teringat sesuatu. "Lo punya musuh atau ada orang yang lo curigai terlibat dalam perekaman video itu?" tanyaku sembari menaikkan sebelah alisku. "Gue nggak tau," gumam Melodi membuatku menghela napas panjang. Ternyata dia tidak bisa diandalkan. Atau sebenarnya dia mencurigai seseorang tapi enggan mengakuinya padaku? Entahlah. Aku memilih melanjutkan jalanku untuk kembali ke kelas. Barusan aku mendengar bel tanda jam istirahat telah usai. oOo Sore ini, aku ada pertemuan dengan club renang. Sepertinya penyambutan anggota baru akan menjadi fokus hari ini. Aku mengemasi barang-barangku yang berserakan di meja dan memasukkannya ke dalam ransel. Aku melirik Melodi yang sepertinya sudah selesai beres-beres. "Raya, gue duluan ya." Melodi bangkit dari kursinya, menyambar tasnya, dan segera hengkang dari kelas ini. Aku mengedikkan bahu tidak peduli. Aku sudah selesai mengemasi isi tasku. Aku mulai berjalan meninggalkan kelas. Saat aku berjalan di koridor, aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memperhatikan aktivitas siswa yang berlalu lalang di sana. Sebenarnya aku berharap bertemu Kak Agas dan kami bisa berjalan bersama menuju ke kolam renang indoor milik SMA ku ini. Tapi sejauh ini apa yang kuinginkan tidak terkabulkan. Aku memilih mempercepat langkahku saja. Aku harus berganti baju renang terlebih dulu. Sesampainya di kolam renang indoor milik SMA ku ini, aku segera berjalan ke ruang ganti putri. Di sana aku mengganti seragam sekolah dengan baju renang. "Eh, Ray, makin seksi aja lo," seloroh Arisa yang merupakan teman satu clubku. Aku hanya membalasnya dengan senyum malas. Arisa menggamit lenganku dan kami pun berjalan keluar dari ruang ganti. Di pinggiran kolam renang, kami menyapa anggota baru di club ini. Hmm, sebenarnya yang menyapa mereka itu Arisa. Sementara aku hanya ikut duduk di sana. Aku menoleh kala melihat Kak Agas yang baru saja keluar dari ruang ganti putra. Ia hanya menggunakan celana renang dan memamerkan perutnya yang six pack serta lengannya yang berotot. "Kak Agas makin oke aja," bisik Arisa yang kini duduk di sebelahku. Aku menghela napas. Rasanya kesal melihat cewek-cewek di sini memperhatikan Kak Agas sedemikian rupa. Seandainya mereka tahu kalau aku adalah pacar Kak Agas, mereka pasti segan untuk bertindak demikian. Aku membuang muka dan memilih menatap ke bagian luar kolam renang indoor melalui sela-sela gerbang yang tidak tertutup rapat. Sesaat, aku mengernyit heran. Apa aku tidak salah lihat? Benarkah ada Riga dan Vienna yang berdiri di luar indoor ini? Tapi setelah beberapa saat kuperhatikan, itu sungguhan mereka karena sekarang kedua orang itu melambaikan tangan. Aku menghela napas dan bangkit dari dudukku. Aku berjalan kembali ke ruang ganti, tak peduli pada Arisa yang memanggil-manggil diriku. Saat aku berpapasan dengan Kak Agas, ia tidak kelihatan berniat menyapaku. Maka aku juga melanjutkan jalanku tanpa memberi atensi pada keberadaannya. Aku memasuki ruang ganti putri dan menuju ke lokerku. Aku membalut tubuhku dengan handuk model kimono lalu berjalan keluar untuk menemui Riga dan Vienna. Aku tidak mengacuhkan beberapa anggota club renang yang sepertinya tengah melakukan perkenalan. "Kak Raya," panggil Vienna kelihatan girang. Aku mengernyit melihat keanehan Vienna. Tumben-tumbennya dia kelihatan begitu ekspresif. "Kak, lo harus hati-hati," ucap Riga serius. "Kenapa emang?" tanyaku curiga. "Karena lo mungkin bakalan jadi objek video pencemaran nama baik itu," tambahnya. Aku menelengkan kepala dan menaikkan sebelah alis, "Kok lo bisa mikir gitu?" "Kak Raya pacarnya Kak Agas, kan? Sedangkan Kak Agas adalah kapten club renang. Video-video sebelumnya juga melibatkan kapten-kapten club olahraga." Kali ini Vienna yang bicara. Aku memelototinya. Dari mana dia tau soal Kak Agas? Ah s**l, ini pasti karena mulut Tino yang bocor! "Gue bisa jaga diri. Kalian nggak perlu panik," ujarku sebelum berbalik untuk memasuki kolam renang indoor. "Kak, jangan ciuman di tempat umum," teriak Riga dengan kurang ajar. Aku menoleh menatapnya dengan jengkel. Aku lalu menggerakkan ibu jariku dengan gaya memotong leher untuk menggertak Riga. Aku mempercepat langkahku bergabung dengan anggota club renangku. Tapi saat aku sampai, mereka sudah berkemas. Baru kusadari kalau mereka tidak menggunakan baju renang. Jadi mereka hanya perkenalan lalu pulang? "Kok udah bubar?" tanyaku pada Arisa. "Kumpul pertama jadi perkenalan aja. Gue juga balik aja, males latihan," balas Arisa sembari menepuk bahuku dan berlalu ke ruang ganti. Aku menghela napas. Aku sudah terlanjur menggunakan baju renang. Jadi tidak ada salahnya untuk berlatih sebentar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN