Hari pertama sekolah, aku dan Riga sudah membolos di jam pelajaran setelah istirahat. Itu terjadi karena aku dan Riga termakan hasutan Kak Langit.
Kami diminta tinggal di markas sembari membantu Kak Langit mengumpulkan video. Kalau dipikir-pikir, itu juga meringankan tugasku dan Riga yang mana tadi pagi kami diminta Kak Raya untuk mengumpulkan video terkait pencemaran nama baik itu.
"Video ketiganya udah ada?" tanya Kak Langit yang mampu menyadarkanku.
"Ini kak," ucapku sembari menyerahkan ponselku.
Kak Langit memindahkan video itu ke laptopnya. Setelah menunggu beberapa saat, video itu bisa diputar di laptop Kak Langit. Tak membuang waktu lagi, Kak Langit langsung memutar video itu.
Aku turut memperhatikan video itu dengan saksama. Kali ini aku bisa mendapati dua orang yang menjadi objek video itu adalah seorang cewek dan seorang cowok yang tengah berada dalam ruang penuh bola. Sepertinya itu di gudang penyimpanan bola.
"Coba kalian cek siapa mereka," pinta Kak Langit lagi.
Aku dan Riga kembali bergegas mengecek kolom komentar. Sementara Kak Langit masih lanjut mengamati video itu.
"Nama ceweknya Anka," ucapku saat berhasil menemukan informasi itu.
"Cowoknya Daris. Dia kapten club sepakbola," jelas Riga.
"Kayanya gue tau apa yang jadi dasar pemilihan objek dalam video ini," ujar Kak Langit. Ia kelihatannya sudah bisa menyimpulkan sesuatu.
Aku juga sudah memiliki dugaan. Bukankah ini berkaitan dengan kehidupan para kapten club olahraga?
"Asumsi gue, ini semua berkaitan sama anak-anak club olahraga di SMA ini beserta pacar mereka." Kak Langit memaparkan.
Hal itu sangat sesuai dugaanku. Tapi untuk apa video ini disebar luaskan? Bukankah tidak ada salahnya kalau para anggota club olahraga itu memiliki pacar? Atau jangan-jangan hubungan di antara mereka tidak dipublikasikan?
"Emang kenapa sih hal kaya gini dijadiin masalah?" tanyaku ingin tahu. Barangkali Kak Langit yang sudah lama mengenal sekolah ini mengetahui sesuatu.
Kak Langit terdiam. Mungkin ia tengah berpikir.
Setelah beberapa lamanya terdiam, Kak Langit buka suara, "Mungkin ini karena para kapten itu punya banyak penggemar. Kebanyakan dari mereka memilih menjomblo untuk mendapatkan banyak penggemar."
Aku ber-oh-ria. Jadi mungkin para kapten club olahraga itu merahasiakan hubungan mereka agar penggemar mereka tidak kecewa. Bahkan mereka kemungkinan mengaku masih jomblo dan tidak terikat hubungan dengan cewek manapun. Lucu juga!
Kak Langit menutup video itu. Ia lalu menatap aku dan Riga secara bergantian.
"Kalian tau siapa pacarnya Raya?" tanya Kak Langit serius.
Aku menggeleng. Riga juga demikian. Kami memang tidak tahu menahu soal Kak Raya.
"Sepertinya Kak Tino tau soal itu," jawab Riga kemudian.
Ah, benar. Mungkin Kak Tino yang sudah bekerja sama dengan Kak Raya setahun terakhir ini mengetahui sesuatu. Tapi kenapa tiba-tiba Kak Langit mempersoalkan pacar Kak Raya?
"Gue curiga kalau Raya lagi deket sama salah satu anak club olahraga. Apalagi dia kan anak club renang. Mungkin dia memang sedang menjalin hubungan dengan salah satu kapten atau anggota club olahraga," tutur Kak Langit yang membuatku tercengang. Seolah-olah ia menjelaskan hal itu karena mengetahui aku mempertanyakan hal itu dalam hati.
Lalu kalau benar Kak Raya tengah menjalin hubungan dengan salah satu kapten atau anggota club olahraga, akankah Kak Raya berada dalam bahaya?
"Terus kami harus gimana?" tanyaku pada Kak Langit.
Kak Langit kembali menatap aku dan Riga secara bergantian. Ia memberi perintah, "Lo sama Riga coba tanya ke Tino soal kepastian siapa pacar Raya. Kalau emang Raya ada hubungan sama anggota club olahraga, kalian juga peringatkan Raya untuk berhati-hati."
Aku dan Riga sama-sama mengangguk. Kami lalu pamit pergi dari markas karena sepertinya tidak ada lagi yang bisa kami kerjakan di sini.
Aku dan Riga berjalan keluar dari markas. Baru saja muncul di permukaan, kami justru melihat adegan perundungan.
Aku bisa melihat seorang cewek tengah dijambak dan diseret oleh tiga cewek lainnya ke bagian belakang sekolah. Aku tidak bisa mengenali siapa cewek yang menjadi korban perundungan itu.
"Ayo, kita nggak boleh sembarangan ikut campur." Riga menarik tanganku menjauh dari sana.
Jujur saja, aku ingin menolong cewek yang dijambak dan diseret itu. Dia pasti kesakitan dan tidak mempunyai kuasa untuk melawan ketiga cewek pelaku perundungan itu. Tapi Riga mencengkeram pergelangan tanganku dengan keras.
Mau tak mau, aku harus mengikuti langkah Riga yang gegas dan lebar-lebar. Tak butuh waktu lama hingga kami sampai di kelas. Ternyata kondisi kelasku ini sangat ribut. Sepertinya tidak ada guru yang mengajar sejak tadi.
"Jam kos, ya?" tanya Riga pada seorang cewek yang duduk di barisan depan dekat dengan pintu.
Cewek itu mengangguk, "Gurunya nggak masuk hari ini."
Riga mengangguk-angguk dan kembali menyeretku ke bagian meja kami yang ada di pojok belakang.
"Kapan kita nemuin Kak Tino?" tanya Riga saat ia sudah duduk di bangkunya.
Aku menerawang. Tidak mungkin kan kami akan bertanya pada Kak Tino sekarang?
"Nanti saat jam istirahat kedua gimana?" tanyaku meminta pendapat Riga.
Riga mengangguk. Ia lalu mulai sibuk dengan ponselnya. Kulirik layar ponselnya yang ternyata memperlihatkan kalau Riga tengah bermain game. Di mana-mana cowok sama saja. Hobi menghabiskan waktu dengan bermain game.
oOo
Jam istirahat yang kunantikan akhirnya tiba juga. Dengan tergesa, aku membereskan mejaku dan setelah itu menarik Riga keluar kelas.
Kami berjalan menuju ke kelas Kak Tino. Tadi Riga berusaha mengirim pesan, tapi rupanya Kak Tino mematikan ponselnya sehingga pesan itu tidak mendapat perhatian dari Kak Tino. Jadi kami mencoba peruntungan untuk menemuinya secara langsung. Semoga Kak Tino ada di kelas dan kami tidak perlu susah-susah mencarinya.
Baru akan menaiki tangga ke lantai dua, kami sudah berpapasan dengan Kak Tino. Kak Tino kelihatannya akan pergi bersama teman-temannya. Ia membawa serta bola basket di tangan kirinya.
Kak Tino kelihatan kaget mendapati keberadaan aku dan Riga di sana. Ia memberi kode pada teman-temannya agar berlalu terlebih dahulu.
"Kalian mau cari gue?" tanya Kak Tino cepat-cepat.
Riga mengangguk, "Ada yang perlu kami tanyakan."
Kak Tino mengerutkan dahinya, "Soal apa?"
"Lo tau pacarnya Raya?" tanya Riga penuh selidik.
Tino kelihatan menyipitkan matanya curiga. "Gue nggak tau kenapa tiba-tiba lo penasaran soal ini. Tapi gue nggak berhak beberin masalah itu. Kalau kalian penasaran, tanyain langsung aja ke orangnya."
Sial, kupikir Kak Tino akan menjawab pertanyaan kami. Eh, ternyata ia menyuruh Riga dan aku bertanya langsung pada Kak Raya.
Aku menghela napas. Terlalu cari mati kalau tanya langsung pada cewek judes itu.
Aku berdeham kecil sambil berujar pelan, "Kami cuma khawatir kalau Kak Raya jadi target video selanjutnya."
***