✉ 16 || Bentang Langit

1019 Kata
Barusan bel istirahat berbunyi. Aku menghubungi Riga dan Vienna untuk mengecek ke lokasi pengambilan masing-masing video. Dimulai dari video terbaru yang mana melibatkan Raya. Aku menunggu mereka di depan indoor. Kali ini kami akan menggeledah ruangan ini. Semoga saja ada bukti yang bisa kami temukan. Misalnya saja ada barang milik perekam video ini yang tertinggal atau barangkali sehelai rambutnya yang rontok dan bisa kami amankan. "Kak Langit," panggil seorang cewek yang tak lain adalah Vienna. Aku menoleh dan mendapati Vienna serta Riga tengah berjalan mendekat. Ada yang sedikit berubah dari Vienna. Cewek itu mengikat rambutnya. Hal yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah kulihat. "Kok tumben rambut lo diikat?" tanyaku basa-basi. Vienna tersenyum malu, "Tadi ditegur guru soalnya rambutku berantakan." "Atau sebenernya ibu itu takut lagi ngeliat tampilan lo yang pucat, rambut panjang berantakan, ," imbuh Riga membuat Vienna menurunkan kedua sudut bibirnya. Aku hanya geleng-geleng kepala. Kami tidak bisa membuang waktu terlalu lama. Jadi kuputuskan untuk mengajak mereka segera masuk. Tujuan kami langsung ke ruang ganti. Vienna akan mengecek ruang ganti putri. Sementara aku dan Riga akan mengecek ruang ganti putra. Di ruang ganti putra, sepertinya ada beberapa cowok yang sedang berganti pakaian atau sekadar mengambil barang. Aku dan Riga memutuskan untuk menunggu mereka selesai dengan urusan mereka. Pasalnya kalau kami masuk sekarang dan mengecek ke sana kemari, pasti mereka akan bertanya-tanya dan menganggap kami orang aneh. Akhirnya, cowok-cowok itu hengkang juga dari ruang ganti putra. Mereka sepertinya anak-anak club renang. Mereka menyapa kami meski hanya sambil lalu. Setelah memastikan mereka tidak akan kembali ke sini, aku dan Riga masuk ke ruang ganti. Baru saja melangkah memasuki koridor ruang ganti, aku berhasil dikejutkan oleh keberadaan Raya. Raya juga kelihatan cukup kaget dan malu karena kepergok berada di ruang ganti putra. "Ini nggak seperti yang kalian bayangkan," ucapnya cepat-cepat. Tapi Riga justru membalas, "Gue baru tau kalau lo hobi ngintipin cowok-cowok ganti baju." Aku terkekeh. Riga ini benar-benar hobi iseng pada orang. Lalu terlintas di pikiranku untuk makin memperkeruh suasana, "Ah, mungkin alasan utama Raya gabung di club renang biar dapet akses mondar-mandir ke indoor ini dan sembunyi di ruang ganti putra." Raya bersungut-sungut kesal. Wajahnya kusut dan matanya menyipit dengan alis menyatu dan dahi berkerut. Ia lalu berseru, "Terserah kalian mau mikir apa!" "Dasar cewek pemarah," gumamku saat Raya berjalan keluar dari ruang ganti ini. Aku menoleh pada Riga dan kami meneruskan langkah untuk menggeledah ruang ganti. "Kayanya barusan Raya udah ngecek ruangan ini," gumamku yang diangguki Riga. "Tapi kayanya dia nggak dapet apa-apa," tambah Riga yang juga kuangguki. Kami lalu berhenti bicara dan fokus mencari. Aku membuka setiap bilik ganti dan mengecek hingga ke sudut-sudut dan langit-langit. Tapi bilik ganti ini terlalu bersih. Apa mungkin bilik ini baru saja dibersihkan? Kalau begitu sudah jelas tidak ada petunjuk yang mungkin tertinggal dan dapat mengungkapkan siapa pelaku perekam video itu. "Kak Langit," panggil Riga dari bagian loker-loker penyimpanan barang. Aku keluar dari bilik ganti dan berjalan ke sebelah. Aku mendekati Riga yang berdiri di salah satu loker yang tidak terkunci dan sekarang posisinya terbuka. Ia menunjukkan sesuatu, "Gue nemu ini." Aku mengernyit mendapati ada sebuah lens cap dari merek kamera ternama. Lens cap itu ditinggalkan atau tidak sengaja tertinggal di loker ini? "Loker ini kayanya nggak ada yang punya. Makanya buat nyimpen barang sementara," gumamku setelah berpikir beberapa saat. Riga berdecak, "Berarti kita nggak bisa ngelacak siapa aja yang pernah naruh barang di sini." Ya, itu benar. Kami tidak bisa mencari tahu soal itu. Terlebih, belum tentu juga lens cap itu milik si perekam video. Meski perasaanku mengatakan kalau ini pasti barang milik si perekam video yang tidak sengaja tertinggal. "Gimana kalau kita bawa dulu lens cap ini?" tanya Riga meminta persetujuanku. Aku mengangguk, "Oke, bawa dulu aja. Siapa tau kita bakal nemuin orang yang kehilangan lens cap itu." Riga mengantongi benda itu. Setelahnya, kami kembali bergerak mencari-cari. Tapi belum lama mencari, aktivitas kami harus berhenti. Raya berdiri di ambang pintu dan menatapi kami serius. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. "Kalian buruan cabut dari sini. Ini bukan jam olahraga dan kalian bukan anak club renang. Di depan ada pelatih yang kayanya bakal nyamper ke sini." Raya bicara dengan tergesa seperti dikejar setan. Aku dan Riga saling tatap. Aku mengambil inisiatif, "Oke, kita cabut sekarang." Raya mengangguk. Ia memberi perintah pada kami, "Lewat pintu samping. Cepat!" Sesuai arahan Raya, aku dan Riga melipir dan mengendap-endap menuju pintu samping indoor. Untunglah kami tidak terpergok pelatih club ini. Setelah sampai di luar, Vienna yang sudah menunggu kami segera berlari-lari kecil menghampiri aku dan Riga. Ia bertanya, "Kalian dapat petunjuk apa?" "Kami nemuin lens cap di loker yang nggak ada nama pemiliknya dan bisa dipakai siapa aja." Riga yang menjawab. Vienna bertanya lagi, "Terus kalian tau itu punya siapa?" Aku dan Riga kompak menggeleng. Vienna tersenyum kecut. "Kalian balik kelas aja sana. Nanti kita lanjut nyelidikin ini sepulang sekolah," titahku pada Riga dan Vienna. Mereka sudah terlalu sering skip kelas. Riga dan Vienna setuju. Mereka pamit kembali ke kelas. Sementara aku masih tetap tinggal di sini. Aku mengamati Raya yang sibuk berbincang dengan pelatih club renang. Sepertinya mereka terlibat pembicaraan serius. Aku akan menunggu hingga Raya selesai berbicara dengan pelatihnya. Baru setelah itu, aku lah yang akan mengajaknya bicara berdua saja. Ternyata pembicaraan antara Raya dan pelatihnya tidak memakan banyak waktu. Raya sekarang sudah berjalan keluar dari indoor dan aku langsung menghadangnya. "Kenapa Kak?" tanyanya cepat saat menyadari aku lah yang menghalangi jalannya. "Gue mau ngomong sama lo. Berdua aja," jawabku. Raya menyipitkan matanya. Ia menatapku dengan curiga. Aku segera meluruskan duduk perkaranya, "Gini ya. Gue kan bakalan bantuin lo buat ngecek respon Kak Agas dan lo bakalan nemenin gue akhir pekan besok. Jadi gue minta, lo jangan kaku-kaku banget deh ke gue. Gue orangnya santai kok." Raya menaikkan sebelah alisnya, "Gue udah putus sama Kak Agas. Jadi kayanya nggak perlu lagi kita jalanin rencana pura-pura deket biar bikin Kak Agas panas. Mending kita fokus mecahin masalah video ini." Mendengar penuturan Raya, aku sedikit kaget. Secepat itu Raya dan Agas putus? Perasaan baru kemarin malam video itu menyebar dan baru tadi pagi mereka bertengkar. Lalu sekarang hubungan mereka sudah tamat? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN