Bab 1 Prolog
"ADITYA BENAR-BENAR KAU YA!" teriak Diva yang menggema di mension.
Adit yang mendengar teriakan Diva dia berlari terbirit-b***t keluar, wajah Diva terlihat sangat merah padam, hingga dirinya kabur dari Diva daripada mendapat amukan. Sesampainya di luar, dirinya mengelus dadanya sambil mengatur nafasnya.
"Busseet... kakak Diva kalo udah marah singa pun kalah," ucapnya yang masih mengatur nafasnya.
la celingukan ke sana ke mari melihat Diva sedang mengejarnya apa tidak, ia berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan dengan Diva. "Mau ke mana kau, hah?" sengal Diva dari samping lalu menjewer telinga Adit.
"Aduh duh duh... sakit tau, kak?" rengek Adit memegangi telinganya yang di jewer Diva.
"Siapa yang suruh kau berbuat jahil, hah?" bentak Diva padanya. Adit hanya menunjukkan wajah tanpa dosanya.
"Apa kau tidak bosan selalu jahil. Dari kecil kau itu sangat jahil, gede-gedenya petakilan kayak begini pula," cerocos Diva pada Adit.
Twin A dan Diva, mereka semua sudah bertumbuh besar. Diva yang duduk di bangku perkuliahan, sedangkan Twin A, Twin A dan Diva, mereka semua sudah bertumbuh besar. Diva yang duduk di bangku perkuliahan, sedangkan Twin A, mereka sudah menempuh kelas College.
Di mension sana hanya ada Diva dan Adit, karena Asry ikut tinggal bersama grandma dan grandpa-nya. la menginginkan menghabiskan waktu bersama kedua orang tua Sean.
Hari ini, Diva sedang geram dengan tingkah Adit yang memang sedari kecil jahil tidak pernah ada habisnya. Entah siapa yang ia tiru, Sean dan Ana pun tidak memiliki sifat jahil seperti yang di miliki Adit. Waktu kecil memang Sean jahil, setelah bertumbuh besar, sifat jahil Sean itu berubah menjadi dingin. Tapi, tidak untuk Adit.
Kali ini Adit mengagetkan Diva yang sedang bersantai di sofa hingga dirinya terjerembab jatuh ke lantai karena kaget dengan ulah Adit. "Kakak cantik, ampun yaah... Adit khilaf," ucapnya dengan jarinya membentuk tanda peace.
"Khilaf atau sengaja khilaf, hah?" sengal Diva berkacak pinggang.
"Kalo bukan anak papimu sudah aku buang kau ke kandang leopard sana," sambungnya memarahi Adit. la berjalan pergi dengan perasaan kesalnya meninggalkan Adit di sana sendirian.
la tidak habis pikir kenapa bisa adik sepupunya mempunyai kejahilan tingkat tinggi, sampai-sampai Diva tidak bisa berkata-kata lagi dengan ulah Adit yang begitu jahilnya.
"Pantas saja kau tidak mempunyai pacar, kau sangat galak sekali," gerutu Adit yang masih bisa di dengar oleh Diva.
Diva yang mendengar Adit itu pun kembali menoleh ke arahnya dengan menunjukkan tatapan horornya, "Apa kau bilang?"
"Tidak ada... aku hanya mengatakan kalau kakak baik hati dan tidak sombong," elak Adit memuji Diva.
"Aku tidak tuli," sengal Diva lalu kembali melangkahkan kakinya pergi. Bibir Adit terlihat menyebalkan setelah kepergian Diva. Adit pun melangkahkan kakinya pergi keluar untuk nongkrong bersama teman-temannya.
Sean dan Ana tidak berada di mension saat ini, mereka tengah berlibur ke luar negeri menghabiskan waktu berdua.
Adit memakai helm miliknya lalu mengendarai motor sportnya pemberian dari sang papi. Adit menyalakan motornya lalu melajukan dengan kencang.
Beberapa menit kemudian dirinya sampai di cafe tempat biasa mereka berkumpul. Adit melepas helm miliknya lalu berjalan masuk ke dalam. Semua pengunjung wanita yang ada di sana menatap dirinya takjub karena ketampanannya dengan perawakannya yang tinggi. Semua yang ada pada dirinya merupakan idaman dari para kaum wanita.
Adit langsung saja duduk di tempat yang sudah ada beberapa teman-temannya. "Big boss... di mana tuan putriku. Kenapa kau tidak mengajaknya kemari?" tanyanya melihat Adit datang seorang diri, biasanya Asry ikut bersamanya.
"Aku langsung saja ke sini tadi. Aku lupa tidak menghubungi dirinya," jawab Adit enteng.
Mereka hanya bertiga di sana, karena Asry tidak ada di sana kali ini. seperti biasa, Adit pasti akan berkumpul dengan Angela dan Nathan. Ada yang tahu siapa kedua orang itu?
Mereka berdua juga sudah memasuki bangku College, hanya saja mereka berbeda kelas dengan Adit. Angela dan Nathan masih satu tahun di bawah Adit.
Beda lagi dengan Adit dan Asry yang memang tidak mau terburu-buru. Kata mereka ingin menikmati masa-masa sekolah. Mereka bertiga di satu sekolahan yang sama, tapi tidak dengan Asry. Dia memilih untuk berada di sekolah lain.
"Adit Copers, kenapa tuan putri tidak bersekolah di tempat yang sama dengan kita saja. Kan enak nanti kalau kita bisa kumpul bareng-bareng," ujar Angela.
Angela yang menyebutkan namanya nyeleneh itu pun cengoh, "sejak kapan namaku menjadi Adit Copers?" Adit tidak terima jika namanya berubah di mulut Angela.
"Sudah sama aja," Jawab Angela dengan sedikit ketus. Dia menuruni sifat Rika.
"Jelas saja berbeda Angel, namaku Aditya William. Bukan Adit Copers," jawab Adit dengan menekankan nama William pada dirinya.
"Iya aku tau, kau tidak perlu memperkenalkan dirimu padaku," jawab Angela dengan muka sensinya.
"Aku tidak memperkenalkan diri, aku membenahi nama yang kau berikan padaku," sengal Adit. Nathan di sana jengah melihat perdebatan mereka berdua jika sudah berkumpul tidak pernah ada akurnya.
"Itu nama dariku, tidak kalah bagusnya dengan nama panjang mu kan?" ucap Angela dengan sangat bangga bisa memberikan nama bagus pada Adit menurutnya.
"Tidak ada bagus-bagusnya, nama yang kau berikan itu buruk sekali," ketus Adit di sana.
"Nama itu sangat cocok dengan dirimu yang suka jahil dan petakilan," ujar Angela. Adit mengangkat tangannya seperti ingin menjitak Angela dengan wajahnya yang sedikit kesal.
"Aku doakan kalian berjodoh nanti," Nathan akhirnya membuka suara agar perdebatan Adit dan Angela berakhir.
"Hah... Aku? Berjodoh dengan cecunguk ini?" ujar Angela sedikit ngegas sambil menunjuk ke arah Adit yang ada di depannya.
"OGAH," jawab Angela dan Adit bersamaan.
"Naahh... bicara saja bisa bersamaan. Sepertinya kalian punya ikatan batin, tidak salah lagi jika kalian berjodoh," ucap Nathan yang menggoda kedua orang di depannya.
"Jangan menolak seperti itu, biasanya orang yang ogah-ogah itu nanti akan berjodoh loooohhh," sambung Nathan mengenai keduanya.
Angela bergidik membayangkan ucapan Nathan jika dirinya nanti akan berjodoh dengan Adit. Dia tidak bisa menayangkan, bagaimana ramai dan pusingnya hari-harinya karena tingkah Adit yang sangat suka membuat orang darah tinggi.
"Kenapa kau begitu? Kau pasti membayangkan sesuatu kaan?" Nathan kembali menggoda Angela.
"Eheemm," Angela berdehem sebelum menjawab Nathan.
"Nathan... Bagaimana jika nanti jodohku adalah dirimu?" Angela mengedipkan matanya genit padanya. la ingin membalas ucapan Nathan yang sudah mendoakan dirinya berjodoh dengan Adit.
"Mana mau ibuku mempunyai menantu yang bar-bar sepertimu," celetuk Nathan di sana.
Nathan pun mencebikkan mulutnya karena Angela yang terlihat sangat centil dan genit, sedangkan Adit menggerutu tidak karuan melihat tingkah Angela yang sangat genit dan centil itu.
Mereka bertiga jika sudah di gabungkan menjadi satu, dunia tidak akan bisa damai. Adit yang terkenal dengan jahilnya, Angela yang berbicara suka ngegas dan suka nyeplos, dan untuk Nathan, dia terkadang anteng terkadang juga bisa menjadi kedua orang itu.
Sepertinya, mereka memang sudah menjadi sepaket. Mempunyai circle pertemanan yang random dan menghebohkan.
Mension utama...
"Asry, bagaimana sekolahmu, nak? Apa kau jadi pindah ke sekolah tempat adikmu?" tanya sang grandma padanya.
"Yes, grandma. Asry mau pindah ke sana, Grandma jangan bilang pada Adit, oke," jawabnya dengan ramah.
"Apa barang-barangmu sudah kau rapikan," tanya sang grandpa.
"Sudah. Besok Asry tinggal membawanya ke mension. Grandma dan grandpa jangan sedih ya, Asry pasti akan mengunjungi kalian sesering mungkin," bujuknya pada grandma dan grandpa-nya agar mereka tidak sedih saat Asry kembali lagi ke mension milik sang papi.
"Grandma dan grandpa pasti akan merindukanmu, Asry," ucap grandma memeluk sang cucu. Asry membalas pelukan hangat sang grandma yang sepertinya sangat berat untuk Asry tinggal kembali.
Keesokan paginya...
Asry sudah bersiap untuk pergi sekolah, ia sudah rapi dengan memakai pakaian rapi untuk pergi ke sekolah barunya. Sekolah di sana memang berbeda di negara lain yang harus mengenakan seragam, untuk di sana, pakaian seragam tidak ada. Jadi, Asry memakai pakaian yang rapi dan sopan.
Setelah di rasa cukup, Asry segera turun dan menenteng tas sekolahnya.
Sebelum berangkat, Asry sarapan bersama grandma dan grandpanya di sana. Mereka semua makan pagi dengan sangat khitmad.
"Grandma, grandpa, Asry berangkat dulu, ya. Byee," pamit Asry melambaikan tangannya lalu melakukan kiss jauh untuk grandma dan grandpanya.
Asry segera berangkat menuju sekolah barunya di antarkan supir dari sang grandma. Semua barang miliknya pun juga berada di mobil, setelah supir itu mengantarkan Asry ke sekolah, dia datang ke mension untuk mengantarkan barang nona mudanya.
Sesampainya di depan sekolah, Asry langsung turun saja dari sana dan menuju keruang kepala sekolah. la menggunakan masker agar tidak di ketahui oleh Adit kalau dirinya pindah ke sana.
Asry berjalan dengan santainya tidak menghiraukan ucapan-ucapan orang-orang yang ada di sana. sesampainya di depan ruang kepala sekolah, dirinya masuk dengan sopan.
"Apa kau yang bernama, Asry?" ucap kepala sekolah di sana.
"Iya, Pak," jawab Asry singkat. Tidak berselang lama, jam masuk pelajaran sudah tiba. Asry di bawa ke ruang kelas yang akan ia tempati di sana. Asry mengikuti guru dari belakang. Ia melihat kanan dan kiri suasana yang ada di sana.
"Halo semua.... Hari ini kita akan kedatangan teman baru," ujar guru pengajar di sana.
Tap love ya Readers ?