2. Tanpa Status

1532 Kata
Tony masih duduk di kursi pantry saat Alicia ke luar dari dalam kamar, wanita itu mengenakan hot pant berwarna putih yang mengekspos kaki jenjang dan mulus miliknya. Berpadu dengan atasan model Sabrina yang juga memamerkan bahu seksi dengan model d**a rendah. Tony menggeram kesal karena tak rela jika tubuh seksi Alicia bisa dinikmati oleh pria lain. Hanya dirinya lah yang berhak atas semua yang ada pada diri wanita itu. Masih memperhatikan aktivitas Alicia yang tengah memasukkan dompet ke dalam tas selempang miliknya, Tony berdiri lalu mendekati Alicia. "Apa nggak ada pakaian lain yang bisa kamu pakai?" tegur Tony dengan nada sedikit kesal. Tatapan pria itu tajam menghujam manik kebiruan milik Alicia yang baru saja menengadahkan wajahnya. "Please baby jangan merusak suasana hatiku hari ini. Kamu kan tahu sebelum bersamamu pun aku sudah biasa memakai pakaian seperti ini. Klo kamu nggak suka nggak udah dilihat. Gampang kan!" jawab Alicia tak acuh. Setelah menjawab ucapan Tony, Alicia segera beranjak menuju tempat kulkas berada lalu meneguk air dingin untuk membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa kering. Alicia mulai kesal dengan sikap posesif Tony yang ia rasakan akhir-akhir ini. Pria itu mulai berani mengatur kehidupan pribadinya. Sejak kecil Alicia sudah terbiasa hidup dalam kebebasan tanpa perhatian sedikit pun dari kedua orang tuanya, bagi mereka kehadiran Alicia hanya lah sebagai pelengkap keluarga saja. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan Alicia menjadi daftar terakhir dalam kehidupan mereka. Semasa kecil hingga remaja Alicia hanya dekat dengan Asih pengasuh dirinya sejak ia masih bayi, dan keberadaan wanita itu kini entah di mana. Alicia sudah berusaha sekuat tenaga mencari keberadaan Asih tapi belum juga ketemu. Asih dipecat kedua orang tua Alicia karena selalu berusaha menutupi kenakalan Alicia semasa masih duduk di bangku SMA. Dan saat Alicia telah memiliki penghasilan dari jerih payahnya sendiri ia ingin mencari kembali keberadaan Asih. Dulu hanya kepada Asih lah Alicia bisa menceritakan apa pun yang sedang dirasakannya. Agar bisa terbebas dari aturan kedua orang tuanya setelah lulus SMA ia langsung terjun ke dunia modeling sesuai minat dan bakat yang tidak pernah diketahui kedua orang tuanya. Kini setelah ia memilih tinggal di unit apartemen yang ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya ia justru merasa hidupnya semakin sepi dan kosong tanpa arah. Lalu tanpa sengaja ia bertemu dengan putra dari salah satu anggota arisan mamanya bernama Nevan. Alicia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Lalu Alicia menyampaikan keinginannya pada sang mama untuk menjodohkan dirinya dengan Nevan. Dan untuk pertama kalinya mamanya merasa bangga saat mama Nevan menyetujui permintaan mamanya. Tapi tidak dengan Nevan, pria itu begitu dingin dan tak tersentuh oleh dirinya. Alhasil ia harus merasakan patah hati yang teramat dalam. Selain patah hati Alicia juga harus menerima kemurkaan kedua orang tuanya lantaran Alicia gagal meluluhkan Nevan yang ternyata adalah seorang CEO di salah satu perusahaan ternama di Indonesia. Sejak saat itu hidup Alicia semakin terpuruk. Lalu bertemu pria b******k yang memanfaatkan dirinya saat dalam kondisi mabuk berat. Pria itu Anthony Salim, asisten pribadi Nevan yang dengan tega merenggut kesuciannya. Lalu sekarang Alicia terjebak dalam ikatan tanpa status yang ia buat sendiri. Parahnya Alicia mulai tergantung kepada pria penakluk wanita itu. Hanya Tony satu-satunya orang yang selama ini memberikan perhatian dan menghibur dalam kesepiannya. "Ok." Tony mengedikkan kedua bahu lantas beranjak mengambil kunci mobil miliknya lalu melangkahkan kaki menuju pintu ke luar apartemen. Meninggalkan Alicia yang tengah menahan rasa kesal. Jauh di dasar hati Tony lebih kesal lagi, pria itu ingin marah tapi ia sadar diri jika dirinya tidak memiliki hak atas diri Alicia sedikit pun. Kini ia merasa menjadi pria paling bodoh sedunia yang dengan mudahnya menerima kesepakatan gila yang telah dibuat Alicia. Untuk tidak pernah membawa perasaan dan mencampuri urusan pribadi masing-masing selama mereka bersama. Hanya sepi yang menemani perjalanan mereka menuju butik langganan Alicia. Alicia mana peduli dengan kemarahan Tony, wanita itu justru asyik bermain dengan gadget miliknya, menyambangi akun media sosial sembari membaca komentar para followers_nya di **. Berbagai barang yang ia endorse lumayan laris di kalangan remaja. Sejak banyak tawaran endorse yang setiap bulan menambah pundi-pundi rupiah di rekeningnya Alicia sedikit mengurangi kesibukannya menjadi model catwalk. Ia lebih santai dan bisa menikmati hidup dengan caranya sendiri. Tony hanya bisa melirik sekilas ke arah Alicia yang masih juga tak acuh padanya. Ia hela napas panjang lalu menahan di d**a sebentar, menghembuskan perlahan hingga terulang tiga kali. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk meredam emosi. Tinggal bersama Alicia selama beberapa bulan tak sulit bagi pria itu mengetahui pribadi Alicia. Jadi sebisa mungkin Tony bersikap sabar karena biar bagaimana pun dirinya lah yang memulai semuanya. Setelah mobil yang dikendarai Tony berhenti di sebuah halaman butik ternama di Jakarta Alicia langsung turun dari mobil tanpa menghiraukan Tony, lalu melenggang masuk ke dalam butik setelah memakai masker untuk menyamarkan wajahnya agar tak terlihat oleh para pencari berita. Dan seperti biasa Tony berlagak seperti bodyguard bagi supermodel cantik berusia 23 tahun tersebut. Mesra di depan umum jelas tidak mungkin mereka lakukan karena selain syarat tidak boleh berhubungan dengan wanita atau pria lain mereka juga membuat kesepakatan untuk tidak mengumbar hubungan mereka ke ranah publik. Bagi Tony memang tidak menjadi masalah tetapi bagi Alicia jelas berbeda. Wanita itu gengsi jika mengakui Tony sebagai kekasihnya apalagi pembatalan pertunangan dirinya dengan Nevan beberapa waktu lalu telah menjadi konsumsi publik. Tak menutup kemungkinan jika publik tahu siapa Tony di sisi Nevan. Alicia tidak ingin di cap menurunkan level pria idamannya setelah kegagalan pertunangannya dengan Nevan, bos Tony. Dengan santai Tony menyusul langkah Alicia yang sudah berada di dalam butik. Tampak dari pintu kaca itu seorang wanita cantik nan anggun dengan dress berwarna putih menyambut kedatangan Alicia dengan ramah. Dua wanita itu saling berpelukan lalu berciuman pipi seraya tersenyum bersama. Tony menilai hubungan Alicia dan wanita itu pastilah lebih dari sekadar hubungan antara customer dengan pemilik butik. Tony juga yakin jika usia wanita itu tak terpaut jauh dengan Alicia. "Selamat pagi!" sapa Tony ramah pada wanita cantik tersebut. "Selamat pagi juga!" balas wanita itu seraya melempar pandangan ke arah Tony lalu beralih kembali menatap Alicia dengan penuh tanda tanya saat Tony berdiri di sisi Alicia. Ehem.. Alicia berdeham sebelum menjawab rasa penasaran wanita itu. Seraya berusaha mempertahankan ekspresi biasa Alicia memperkenalkan status Tony pada wanita tersebut. "Perkenalkan, ini Tony saudara sepupu aku," terang Alicia sedikit canggung. "Mayang!" Wanita itu mengulurkan tangan ke arah Tony tanpa ingin melepaskan tatapan mereka. Mayang terpesona melihat pria macho dan seksi yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan senyuman lembut. "Sejak kapan loe punya sepupu seganteng gini?" bisik Mayang di telinga Alicia. Sedangkan Tony yang menjadi objek perbincangan dua wanita itu terlihat biasa saja. Pasalnya pria itu sudah terbiasa mendapatkan tatapan memuja ataupun penuh minat dari seorang wanita. "Gue nanya serius," lanjut Mayang seraya menarik lengan Alicia sedikit menjauh. "Kita bersahabat sejak SMA Alicia dan dia pria pertama yang loe ajak ke butik gue," sambung Mayang yang seketika membuat kedua bola mata Alicia memutar karena malas. Bibir Alicia berdecak sebal. "Klo kalian ingin mengobrol silahkan, aku pilih-pilih barang dulu ya?" ucap Alicia datar setelah menyeret ganti lengan Mayang kembali mendekati tempat Tony berdiri lalu segera pergi menuju tempat pakaian yang diinginkannya tanpa mengindahkan panggilan Mayang. Melihat ekspresi kesal Alicia membuat senyuman tipis terukir di bibir Tony. Sebuah ide menarik tiba-tiba muncul di benaknya. Dan kali ini Tony ingin memberikan pelajaran berharga untuk Alicia. Selain itu ia juga ingin mengetahui perasaan Alicia yang sebenarnya. Seberapa penting kehadiran dirinya bagi wanita itu. Tony menyambut tawaran Mayang untuk minum teh bersama di ruang tunggu sembari menunggu Alicia memilih barang yang diinginkannya. Mayang dan Tony terlarut dalam obrolan hangat ditemani secangkir teh panas. Tapi dari jauh, dari kaca yang menghubungkan tempat Alicia dan mereka berada Tony tak lepas memperhatikan wanita itu. "Tony, sepertinya wajahmu begitu familiar ya?" jujur Mayang karena tiba-tiba merasa mengenali wajah Tony. Wajah itu terasa familiar di dalam ingatannya. "Mungkin hanya perasaan kamu saja atau mungkin tanpa sengaja kita pernah bertemu saat di jalan. Yah kamu tahu sendiri kan bagaimana sesaknya penduduk kota metropolitan ini. Bisa juga kan kita pernah bertemu di jalan raya kota yang terkenal dengan kemacetannya ini," kekeh Tony yang seketika membuat Mayang tergelak. Wanita itu membenarkan ucapan Tony. "Oya ini nomor kontakku. Jika membutuhkan teman ngobrol atau sekedar teman bicara kamu bisa menghubungi aku." Mayang membuka kunci layar ponselnya lalu menunjukkan nomor kontaknya yang langsung di simpan oleh Tony dalam ponselnya. "Ayo kita pulang!" ajak Alicia seraya duduk di kursi yang telah Tony tarik untuknya. "Sudah dapat semua?" tanya Tony lembut. Mayang terlihat terkejut melihat sikap lembut Tony pada sahabatnya tersebut. Berbagai spekulasi mulai menyerang benaknya. Namun, detik berikutnya Mayang segera mengabaikan prasangka buruknya itu. Sudah menjadi suatu kewajaran jika Tony memberikan perhatian dan bersikap lembut pada Alicia. Mengingat mereka adalah saudara. "Sudah," balas Alicia singkat seraya menunjuk beberapa paper bag di atas meja kasir. "Ok. Kami permisi dulu," pamit Tony ramah pada Mayang. Lalu pria itu berdiri dan berjalan menuju kasir untuk membayar semua tagihan belanja Alicia. "Loe beneran cuma saudara kan?" ujar Mayang seraya menahan lengan Alicia yang hendak menyusul Tony. "Iya," balas Alicia seraya menatap tajam ke arah Mayang yang tak lepas dari mengagumi sosok Tony. "Dia laki gue," aku Alicia dengan kesal. Tapi sayang ucapan itu hanya mampu menggaung dalam hati Alicia. Seolah otomatis bibirnya terkunci rapat saat ego memperingatkan dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN