Penyelidikan akan dilakukan malam hari, masih ada satu siang untuk Ryou mempersiapkan diri. Pistol sudah siap, amunisi sudah dikantungi. Belati dan pakaian serba hitam sudah disimpan di kotak sampah tak jauh dari pabrik Mur Metal. Pikirannya terganggu kali ini, dia takut dengan hal yang dia tak ketahui di dalam sana. Peter akan menghentikan cara liciknya, David menekannya, dan Tenacity meragukannya. Suara kereta dari arah Chang’an seharusnya terdengar di lorong sekitar jam delapan. Namun hingga lima belas menit kereta itu belum juga sampai di Hulao. Ryou pergi menuju stasiun untuk melihat sudah sebanyak apa antrean. Dia melihat orang-orang duduk menunggu kedatangan kereta yang tak pasti. Dia jadi teringat lagi akan keraguannya. Setelah membeli sekaleng kola di vending machine, Ryou bersandar di tiang sambil menatap ke arah lorong menuju Chang’an.
Selimut kebimbangan menahan Ryou untuk bangkit, dia bahkan meragukan Dark Ryou. Lima belas menit telah berlalu, Ryou memutuskan untuk pergi ke luar mencari udara segar di pagi hari. Saat itu ponselnya bergetar, dia lihat Sastry meneleponnya.
“Hmm?” tanya Ryou.
“Hai Ryou, kau sedang apa?”
“Jalan-jalan, biasa.”
“Maaf aku belum sempat meminta maaf waktu itu.”
Ryou mengingat sejenak, “Ohh... ya.”
“Hmm kau tidak marah kan? Halo? Ryou?” Ryou terdiam tak membalas pertanyaan Sastry.
“Maaf, tadi aku melihat... tidak, maksudku tadi sedang ramai di jalan-”
“Ryou?” tegas Sastry memanggil namanya, “Apa pun yang kau lakukan, semoga beruntung.”
Ryou terdiam lagi sejenak, “Terima kasih.”
“Semangat! Aku tahu kau pasti berhasil-”
Ryou langsung mematikan ponselnya, dia tahu Sastry menelepon untuk menyemangati tetapi rasanya hal itu tidak berguna.
Sastry meminta maaf pada Tenacity karena hanya itu yang sanggup dia lakukan untuk Ryou. Dia sudah mendengar cerita dari Tenacity betapa ragu Ryou untuk hari ini. Tenacity merasa hal itu cukup membantu, “Hanya dirimu yang dekat dengannya saat ini.” Senyum di bibir Sastry bersemi, dia langsung bertanya kenapa hati Tenacity berubah terhadap Ryou. “Aku telah melihatnya dari sudut pandang yang lain. Dia benar seorang yang menakjubkan,” sedikit senyum dan tawa kecil mengikuti perkataan Tenacity. “Aku tahu akhirnya kau bisa memahami,” Sastry lega Tenacity kini sudah tak memandang Ryou negatif.
Truk Sastry melesat cepat menuju rumah Karin. Tenacity dari kursi penumpang tampak tak nyaman, beberapa kali dia melihat sekujur tubuh. Sastry spontan berkata kalau Ryou akan baik-baik saja, “Kau tak perlu takut, dia pasti bisa.”
Tenacity tersenyum lagi, dia senang dengan perhatian yang diberikan Sastry padanya. Sebab Tenacity sendiri sedang gundah karena dia merasakan pertarungan yang sangat berbahaya menantinya nanti malam. Berada di dekat Sastry sungguh menyenangkan, gadis periang itu tak kenal lelah untuk menghibur seseorang. Tenacity jadi teringat banyak hal ketika mereka masih menjadi satu tim teater. Banyak hal lucu kembali terkenang, Tenacity jadi lebih tenang.
Tak disangka Sastry bertanya, “Kau masih memegang janji itu kan?”
Tenacity ingat, “Janjiku janji pelaut!”
“Berjanjilah untukku, kalian harus berhasil nanti malam.”
“Pasti.”
Truk sudah diparkir di depan rumah Karin. Alesha dan Picilla ada di ruang tamu sedang membicarakan kesalahan antara mereka yang dulu terjadi. Tetapi kini Picilla sudah memaafkan meski dulu dirinya digiring perlahan menuju lingkaran setan. Dia tak mau berlarut memikirkan kesalahan yang telah lalu dan fokus ke depan.
Alesha pun senang, dia jadi tak enak hati karena semua bayaran dan fasilitas yang kini Sastry miliki mungkin belum sepadan dengan rasa sakit yang Picilla terima. Tetapi sebagai seorang kakak, Picilla tidak mau bersedih. Dia akan menjadi kakak terbaik sekaligus menjadi ibu dan bapak untuk adiknya. Sastry mendengar sedikit percakapan itu, dia penasaran dan ingin tahu tetapi Alesha dan Picilla mengalihkan perhatian dengan mengatakan kalau mereka sudah memasang iklan untuk teater Sastry. Semringah hingga melompat Sastry mendengar kabar tersebut, dia jadi semangat menunggu malam hari. Dia bisa membayangkan ribuan orang datang menonton teaternya. Tenacity ikut bahagia melihat kegirangan Sastry, rasa takutnya seketika hilang.
Suara berisik di lantai satu terdengar sampai ke lantai dua. Karin tergerak ingin tahu tetapi Asha melarangnya untuk turun ke bawah. Karin harus banyak istirahat untuk bisa beraktivitas. Suntikan ramuan tradisional tiap empat jam menenangkan Karin dari semua amarah dan kebenciannya. Obat itu membuka sisi lain Karin yang tidak semua orang tahu. Dia adalah gadis kecil yang tersesat mencari arti cinta. Melihat betapa mesra Asha dan Peter, Karin bertanya banyak hal padanya. Dia ingin tahu apa rahasia supaya orang mencintainya, kenapa cinta Asha dan Peter membuat ratusan pengunjung di taman hiburan bergerombol mengikuti, dan apa yang salah darinya sehingga tak pernah bisa menemukan arti cinta.
Ada banyak orang yang Karin cintai. Orang tuanya adalah yang pertama. Tetapi hingga saat ini Karin masih belum bisa mencintai ibunya dengan benar. Alesha selalu bermuka dua di hadapan Karin sehingga Karin bingung. Lalu Karin dicintai oleh seorang guru saat masih duduk di bangku sekolah, namun kenapa karena cinta dia malah mengakhiri hidupnya sendiri. Kemudian dia diselamatkan oleh seorang yang akhirnya dia cintai, tetapi tanpa hati dia mencampakkan Karin setelah memanfaatkannya. Lalu Karin sempat menemukan cinta yang dikira akan bertahan selamanya. Dia hidup bahagia di balik semua rasa sakit, tetapi pada akhirnya cinta itu pergi lebih dulu menuju dimensi Prana.
Hati Asha tersentuh dengan cerita Karin. Dia tak tahu ada gadis yang mampu hidup dengan semua kepedihan itu. Mendengar perkataan itu Karin langsung berkata kalau sebenarnya dia ingin menyudahi hidupnya namun tak bisa karena sihirnya tak mengizinkan dirinya untuk mati. Semua kerusakan di tubuh Karin akan beregenerasi berkat bulir pasir yang mampu menyusun struktur organ secara cepat ke kondisi prima. Karin sudah mencoba berbagai cara untuk mengakhiri hidupnya, tetapi dia tidak berhasil hingga suatu ketika semua rasa sakit yang dia terima malah menjadi candu. Membuatnya semakin tersesat mencari arti cinta. Dia cinta dengan rasa sakit, dia suka menyakiti dan menerima semua rasa sakit dari orang lain.
Dari semua orang yang dicintai Karin, tersisa Ryou seorang. Hati Asha bergejolak ingin membalaskan semua perbuatan Ryou. Tetapi dia harus menahan diri kali ini karena Peter mengajarkan dirinya untuk selalu memaafkan. Asha bertanya kenapa Karin mau memaafkan Ryou. Karin tak punya banyak pilihan, dia takut untuk melangkah dan memilih untuk memeluk semua masa lalunya yang tersisa. Karena semua langkah yang Karin perbuat selalu berujung pada kehancuran.
Sastry dan Tenacity sampai di kamar Karin. Senyum cerah Sastry membuka segudang pertanyaan di hati Karin. Kenapa Sastry selalu ceria. Melihat kedua orang itu Asha jadi teringat akan janjinya. Dia meminta Sastry dan Tenacity untuk tidak mengganggu Karin terlebih dahulu. Saat ini Karin belum mampu memproses banyak informasi, dia harus dibimbing pelan-pelan agar apa yang disampaikan bisa dimengerti olehnya. Asha meminta Karin untuk melupakan senyum Sastry sejenak dan fokus pada rasa cintanya di masa lalu. Karin kembali bercerita tak henti. Sambil mendengarkan, Asha menelepon Peter.
“Selamat siang, Rajaku. Apa kabarmu hari ini? Sudah makan?”
“Selamat siang, Asha. Aku baik hari ini, dan sudah makan. Bagaimana denganmu?”
“Hari ini sungguh fantastis, Karin mendapat banyak kemajuan!”
“Syukurlah, aku jadi ikut senang.”
“Boleh aku mengutarakan isi hatiku?”
“Silakan.”
“Aku mau dirimu menjaga Ryou baik-baik hari ini, Karin sedang menunggunya di sini. Jadi aku mau kau jadi pahlawan untukku, untuk Karin, dan untuk semua orang. Tunjukkan bahwa kau adalah seorang raja, ya?”
Asha mengeraskan suara teleponnya agar Karin bisa mendengar perkataan Peter. Sesuai harapan, Peter menjawab dengan antusias dan berjanji untuk berjuang sekuat tenaga untuk menjaga Ryou supaya Karin tak perlu khawatir atas kekurangan yang Ryou hadapi saat ini.
Di tengah perbincangan ketika Alesha dan Picilla sendang membuat konsep pembukaan teater Sastry, Tenacity undur diri berdalih mendapat telepon darurat. Dia segera pergi ke luar lalu membuka portal dan pergi. Sejak tadi ada yang tidak beres dengan tubuhnya, seperti ada yang sedang mengendalikannya dari jarak jauh.
Sudah jam sepuluh malam, sejam dari keberangkatan Ryou, Peter, dan Tenacity dari kantor Anita. Ketika hendak pulang, Anita melihat petugas dari divisi penyidik berlari menuju kantor Julian. Terdengar suara terikan perempuan di dalam sana, lekas Anita lari mencari tahu. Julian sedang sibuk merapikan baju, dia berteriak pada petugas penyidik dan Anita untuk tidak sembarangan mengintip. Tiga menit kemudian Anita melihat video seorang menyelinap di pabrik Mur Metal. Sekejap dia bangga karena timnya sedang beraksi malam ini tetapi dia langsung terkejut ketika Julian meminta petugas penyidik pergi ke sana. Pabrik itu memang sengaja dijadikan produsen organ sintetis kualitas rendah oleh Julian supaya warga kelas menengah ke bawah mampu memiliki kehidupan lebih baik. Anita kaget sejenak kenapa Julian bisa berpikir seperti itu, bukan wewenangnya untuk menyejahterakan warga. Malah hal itu sangat berisiko memunculkan kekerasan skala kecil karena mudahnya akses organ sintetis. Lantang Julian membentak agar mereka segera menghentikan penyusup itu. Petugas penyidik sigap langsung pergi. Anita meminta penjelasan kenapa Julian mengambil langkah itu. Dia berkata dengan organ tubuh sintetis yang tidak legal, pemerintah bisa secara legal memonitor warga yang menggunakannya. “Ini trik supaya pekerjaan kita mudah!” dengan meminimalkan jumlah penduduk yang tak dapat di kontrol, Julian akan lebih cepat menyeleksi orang-orang yang ada hubungannya dengan Evriza.
Saluran komunikasi tak dapat menghubungi tim Liga Pahlawan. Anita terpaksa pergi ke pabrik Mur Metal secepatnya sebelum tim penyidik berhasil menangkap mereka. Di perjalanan seseorang meneleponnya, ketika Anita melihat layar dia terkejut karena dia mendapat panggilan dari Elementalist. Anita tak pernah menyimpan nomornya, dia jadi waspada dan langsung menutup teleponnya. Laju mobil sedan Anita makin cepat, sial dia terjebak dalam kemacetan akibat kecelakaan lalu lintas di perempatan jalan karena lampu lalu lintas menyala hijau secara bersamaan. Tiba-tiba ponsel Anita kembali berdering, kali ini tanpa diangkat suara Elementalist langsung terdengar. Dia mengancam akan membunuh Asha jika Anita pergi ke Chang’an. Anita merasa tertantang, dia langsung melacak nomor yang meneleponnya dan menemukan bahwa ponsel Elementalist tak jauh. Anita membuka bagasi lalu mengambil sniper rifle dan lekas berlari meninggalkan ponsel dan mobilnya untuk mencari posisi. Ketika sudah berada di atas gedung, dengan senapannya Anita menemukan orang yang menerornya dengan nama Elementalist. Seorang wanita pirang berkaca mata dengan bintik-bintik merah di bawah mata sedang mondar-mandir di sebuah gang sepit. Melihatnya begitu lemah dan tak punya senjata berbahaya, Anita memutuskan untuk turun menemui dan menangkapnya. Cepat Anita menarik tangan wanita itu dan memborgolnya ke tiang lampu jalan.
Wanita itu tertawa, “Aku berhasil menghentikanmu! Penyidikan itu harus tetap dilakukan!”
“Apa maksud perkataanmu?” Anita marah.
“Lepaskan aku, nanti aku tunjukkan apa yang ku bisa dengan laptop yang ada di dalam tas ku di seberang jalan.”