Part 7: Bambu dan panah

1828 Kata
Seorang hacker muda dari negara Neurderladen bernama Emillia Hoitink menunjukkan kepada Anita kalau dia sudah membobol sistem keamanan di pabrik Mur Metal. Dia menampilkan seluruh kamera CCTV di dalam pabrik tersebut di laptopnya. Anita meminta Emillia untuk membuka akses mikrofon tetapi dia menolak, “Apa kau gila?” Jika Anita berbicara di sana, Liga Pahlawan akan terekspos dan Anita akan dapat masalah besar. Anita mencoba menghubungi Peter melalui ponsel tetapi sinyalnya tak bisa menembus ke dalam pabrik. “Sinyal apa pun pasti rusak kalau di dalam pabrik,” Kata Emillia. Sekejap Anita menyetrum Emillia dengan taser agar dia mencari cara menyelamatkan Liga Pahlawan. Air mata Emillia mengalir, Anita jadi tak enak hati menyiksa seorang gadis remaja yang lemah, “Lakukan sesuatu!” Emillia menarik bajunya ke atas, dia lihat pinggangnya merah kena taser Anita. Dia elus kulitnya pelan-pelan, matanya mejam takut sakitnya makin menjadi. “Cengeng sekali!” gerutu Anita dalam hati. Anita membantunya dengan mengoleskan air liurnya di pinggang Emillia, “Sudah! Jangan seperti anak kecil!”   Rombongan penyidik yang sedang menuju ke arah Chang’an disibukkan dengan panggilan palsu. Emillia membajak jaringan komunikasi dan memerintahkan mereka untuk mengejar mobil sedan kuning yang melaju cepat ke arah Rozhorg menggunakan suara Peter. Tipuannya berhasil, rombongan penyidik berbalik arah dari Chang’an menuju Rozhorg. Anita tak menyangka gadis itu mampu mengambil keputusan cepat akurat. Sambil memeriksa KTP Emillia, Anita bertanya kenapa dia membantunya. “Aku ingin menemui Evriza,” jawab Emillia. Setahun yang lalu Emillia diselamatkan oleh Evriza saat dirinya nyaris ditangkap oleh kepolisian Neurderladen karena alamat komputernya ketahuan mengubah sudut satelit nasional secara tak sengaja. Beruntung Evriza bisa menukar alamat komputer dan seluruh transaksi ke komputer orang lain sehingga rekor Emillia sebagai hacker yang tak pernah terdeteksi terjaga. “Dia memujiku dengan metode yang kupilih,” Evriza membantunya memutakhirkan teknik pembobolan digital Emillia ketika masih kelas 12. “Kalau bukan karenanya, mungkin orang tuaku tidak membolehkanku menyentuh komputer lagi.” Cerita Emillia membuat Anita tercengang, dia tak habis pikir gadis itu pergi ke Kuzech untuk membobol keamanan Kementerian Ketertiban Umum hanya untuk rekreasi sambil menunggu kuliah pertamanya dimulai. “Kau kesini hanya ingin mencari Evriza?” kantung mata Anita tampak besar akibat pusing menyelidiki kasus hilangnya Evriza, “Kau pikir siapa dirimu?” Nada bicara Anita membuat Emillia takut, “Maaf Bu kalau kemampuanku meresahkanmu.” Anita menelan ludahnya karena gereget ingin memukul wajah Emillia, “Dengar ya, kau mengganggu orang yang salah. Pulang atau aku akan memenjarakanmu.”   Sepotong misteri telah dipecahkan di kedalaman 500 meter dari permukaan. Elementalist di produksi di bawah pabrik Mur Metal. Ada banyak sekali Elementalist dalam kondisi mati. Tubuh itu siap dihidupkan kapan saja. Mengikuti penyidikan itu membuka cara pandang baru bagi Peter, dia takjub dengan kemajuan teknologi bisa membuat tiruan manusia tampak nyata. Satu misi mereka selesai, Dark Ryou berhasil mendapatkan program yang ditanam di kepala Elementalist. Tugas selanjutnya mencari topeng hitam dan topeng coklat yang dicuri. Menggunakan peta yang didapat secara misterius, Tenacity dan Peter cepat sampai di suatu lab yang menguji energi kedua topeng itu. Seorang peneliti menjelaskan pada Peter kalau topeng itu adalah benda yang hebat. Seperti bintang, topeng itu menyimpan miliaran energi yang tidak mungkin padam hingga jutaan tahun ke depan. Tetapi Elementalist belum bisa diprogram untuk menyesuaikan energi topeng hitam karena sifat energi topeng hitam yang tidak stabil. Peter dan Tenacity kemudian melihat ke ruang uji coba. Elementalist bisa melontarkan batu dan mengendalikan tanah selayaknya Karin. Peneliti itu bangga menjadi salah satu bagian dari proyek besar rahasia negara. Tenacity dan Peter mengajak peneliti itu ke suatu sudut gelap, Tenacity langsung menodongkan pistol ke kepala peneliti itu meminta kunci tabung yang menyimpan topeng Ryou dan Karin. Dia menolak tanpa rasa takut. Gertakan Tenacity tak berhasil, seperti peneliti itu tak memiliki emosi. Dark Ryou keluar dari balik pintu langsung menusuk leher ilmuan itu sambil menutup mulutnya. “Jangan berlama-lam-” lincah Dark Ryou menusuk pisaunya ke leher peneliti itu lebih dalam lalu menggoroknya hingga kepalanya putus. Tenacity dan Peter kaget karena peneliti itu juga robot. “Mereka tak punya emosi,” kata Dark Ryou. Elementalist yang ada di ruang uji coba langsung datang menghadang mereka. Tenacity lekas keluar dan mengunci pintu, dia segera pergi mengambil topeng. Peter menjaga pintu agar keributan tidak menyebar ke tempat lain, dan Dark Ryou menghadapi Elementalist. Sambil memperhatikan, Peter merasa telah melihat Ryou yang dulu saat masih di Batul. Legenda pahlawan api, Flanagan, terlintas di kepala Peter saat Ryou menebaskan pedang apinya ke arah Elementalist. Meski secara teori Ryou bisa dikalahkan namun cara Ryou menggunakan pedang patut diacungi jempol. Langkahnya begitu halus, tangannya mengayun lembut menyerang Elementalist dari sisi seperti mudah sekali. Gerakannya selaras tak menyia-nyiakan momentum, tak ada ledakan energi terbuang sia-sia ketika melihat Ryou bertarung. Peter ingin teknik seperti itu, dia merasa belum cukup kuat meski kekuatan fisik Peter jauh melebihi Ryou. Topeng angin sudah terpasang, Peter melangkah pelan seperti daun menerjang Elementalist dengan cepat. “Senang bisa bertarung bersama kembali,” Peter berhasil mengalahkan Elementalist. Pintu dibuka dari luar, Tenacity kembali bersama Jin, Bao, dan Rexxar. Dark Ryou seketika marah dan bersiaga. Peter tak mengerti siapa mereka, tetapi dari gelagat Ryou sesuatu yang buruk akan terjadi. Rexxar meminta Peter untuk pergi, “Target kami adalah dia,” katanya sambil menunjuk Ryou. “Ryou, Siapa mereka?” Peter menoleh. Dark Ryou tak menjawab, dia tersudut tanpa kekuatan penuh. “Kami akan melenyapkan raja iblis dari dalam hati Ryou,” kata Rexxar. Tenacity menjelaskan pada Peter, “Mungkin kau tidak akan percaya, tetapi setidaknya tolong jangan mengganggu. Ini untuk kebaikan kita semua.” Hati Peter membara, dia tak tega melihat Ryou dijebak. “Aku tidak akan membiarkan temanku berjuang sendiri!” “Pergilah.” Dark Ryou tak mau Peter ikut campur. “Takdir ini tak bisa dielakkan lagi.” Peter melihat Tenacity memegang topeng hitam dan coklat, dia meminta Tenacity untuk segera memberikannya ke Ryou tetapi Jin dan Bao menghadangnya. Tenacity menggeleng, dia mengunci pintu dari luar. Peter tak boleh mengganggu sehingga dia melepas topeng cahaya dan angin lalu melemparkannya ke arah Ryou, “Gunakan kekuatanku!” Dark Ryou melirik dua topeng di sebelah kiri kakinya, dia mengangguk dan percaya pada Peter. Rexxar membantu Jin dan Bao untuk menciptakan Zero yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Mata kanan Peter bersinar terang sedangkan mata kirinya menghitam tak kena cahaya karena melihat iblis dan malaikat tiba-tiba bersatu menjadi Zero. Tiba-tiba Peter merasa sedikit pusing, denging di telinganya kencang. Dark Ryou memejamkan mata sebab itu adalah gelombang zonosphere yang ditembakkan dari segala sudut ruang. Rexxar benar-benar ingin mengunci kemampuan penuh Dark Ryou. Gada Zero terbang menghantam Dark Ryou tanpa kesulitan. Serangan api Dark Ryou tak berarti sama sekali. Dark Ryou lekas meraih topeng cahaya namun ketika dia memakainya tidak ada reaksi apa pun. Spirit cahaya di dalam topeng itu tak menjawab panggilan Dark Ryou. Dia beralih menggunakan topeng angin, berharap topeng itu akan bersatu dengan topeng api, malah topeng apinya lepas. Dark Ryou tak bisa menggabungkan kekuatan topeng api dan angin tanpa topeng kegelapan. Zero mengayunkan gada, Dark Ryou mental membentur tembok. Zero membelah diri menjadi malaikat dan iblis. Kaki dan tangan Dark Ryou langsung ditusuk dengan bambu hitam yang muncul dari dalam tanah lalu di panah dengan panah putih. Iblis dan malaikat itu bersatu menjadi Zero, siap menghantam roh Dark Ryou keluar dari tubuhnya. Peter lari menghadang Zero, “Jangan bunuh dia!” “Seperti yang dikatakan tabib misterius itu, kau benar-benar tak bisa membiarkan seseorang terluka,” jawab Rexxar. “Ryou memang punya banyak salah, tetapi kita harus memberinya kesempatan untuk berubah! Kasihanilah dia!” “Jangan terlalu percaya dengan orang lain.” “Apa salahnya? Semua orang pantas mendapatkan kesempatan.” Rexxar berpikir sebentar, “Kalau kau bilang begitu, kau pantas mengetahui satu hal. Tabib pirang itu punya energi luar biasa, kau tidak tahu kapan dia berhenti berlagak lemah.” “Asha?” “Ya, sebelumnya dia setuju untuk menahanmu pergi ke sini supaya tidak menyulitkan kami. Tetapi sepertinya dia gagal.” “Apa maksudmu? Dia adalah orang yang menyemangatiku untuk berangkat. Dia juga peduli pada Ryou dan menyampaikan pesan kalau aku harus bisa melindunginya.” “Berarti dia berbohong pada kami. Dan mungkin dia akan berbohong padamu suatu hari.” “Aku akan memaafkannya jika hal itu terjadi.” “Baiklah, kurasa sudah tidak ada cara lain.” Zero mengambil ancang-ancang, dia mengangkat tangannya tinggi. Gada berayun pelan, Peter merasakan sesuatu yang janggal dengan gada itu. Gada Zero menembus tubuh Peter lalu mendarat di roh Dark Ryou hingga terlepas dari tubuhnya. “Jadi...” Peter membatu melihatnya. Tenacity membuka pintu, “Kau paham akhirnya.” Peter langsung melepas panah di d**a Ryou, Tenacity datang membantu memotong bambu yang menancap. Ryou berhasil diselamatkan tetapi dia sudah kehilangan banyak darah tak mampu lagi menggerakkan kaki dan tangannya. Tenacity mengembalikan topeng kegelapan Ryou, “Dengan ini kau pasti bisa bertahan!” Zero kini bertarung dengan roh Dark Ryou yang sudah keluar dari tubuhnya. Roh Dark Ryou kewalahan mengalahkan Zero tanpa kekuatan topeng hitam. Energi yang dimilikinya tak cukup kuat untuk melawan tiga ahli tenaga dalam dari negara sihir kuno. Dark Ryou harus kabur namun tampaknya dia tak punya cara lain kecuali membunuh semua yang menghadang. Cakar di tangannya memanjang, dia menyabet Zero berkali-kali tetapi pelindung Zero mampu menahan semua serangan Dark Ryou. Mata kiri Zero menghitam dan mata kanannya bersinar, kedua energi itu bersatu membentuk aliran energi kosong yang meluncur ke arah Dark Ryou. Dark Ryou menghilang dalam gelap, energi kosong menghapus tanah seperti penghapus. Zero bisa melihat Dark Ryou dengan jelas di mata kanannya, gadanya melayang keras hingga sayap di kepala Dark Ryou patah. Amarah memanas, Dark Ryou tak mau kalah, dia menghilang lalu menyerang Zero secara acak dari kiri dan kanan. Dari dalam tanah puluhan bambu hitam menancap di tubuh Dark Ryou, Zero melesat mundur lalu menembakkan anak panah cahaya ke d**a Dark Ryou berkali-kali. Dark Ryou tumbang, dia tak bisa bergerak. “Saatnya mengakhiri pertarungan ini,” Rexxar berkonsentrasi menyalurkan energinya ke gada Zero. Energi gada itu mulai menghisap apa pun yang ada di dekatnya. Rantai yang menyatukan antara Ryou dan Dark Ryou ingin dipotong oleh Zero, ketika hendak menghancurkan rantai itu dengan gadanya, The Apocalypse – 2, Conquest muncul untuk melindungi rantai itu dengan tangan kirinya yang besar. Gada Zero hampir memutuskan tangan Conquest, “Haha boleh juga!” Conquest memukul telapak kanannya dengan tangan kirinya yang hampir putus. Seketika tangannya kembali utuh seperti semula. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Tenacity yakin ini diluar rencana Rexxar.  “Siaga!” Rexxar tegang. Conquest menoleh ke belakang melihat Dark Ryou, “Lama tak jumpa, Peepsqueak!” dia kemudian melihat ke arah Ryou, “Oh halo juga roh imitasi.” Matanya kembali ke Dark Ryou, dia mencabut panah di d**a Dark Ryou sekaligus lalu mengangkat Dark Ryou ke atas dengan satu tangan agar bebas dari tusukan bambu, “Masih bisa bertarung?” tanya Conquest. Dark Ryou merintih kesakitan, dia memegang rantai di dadanya takut dirinya lenyap tak kuat bertahan. “Kau tampak seperti kami sekarang,” komentar Conquest yang berdiri di depan Dark Ryou.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN