Part 8: Rela

2319 Kata
Tinggi besar dengan lengan berotot sekeras baja, Conquest berharap Dark Ryou harus lebih kuat lagi dari sekarang. “Kau tidak boleh bergantung pada benda licik itu,” katanya menunjuk ke arah topeng mistik yang tergeletak di tanah. Rexxar tidak tahu kenapa iblis itu berperilaku baik dengan Dark Ryou, “Bukannya kalian datang ketika perang besar tiba?” Conquest tertawa, “Mengikuti hukum yang ada? Heh!” Rexxar bingung, seharusnya The Apocalypse hanya datang pada saat perang antara iblis dan malaikat terjadi, hal itu tertulis di buku sejarah Zorozirgardean. Karena sudah terlanjur datang, Conquest tidak ingin pulang tanpa melemaskan otot-ototnya yang tegang. Dia melihat tiga Zororoan itu punya energi tinggi di jiwanya, tetapi dia hanya akan menyerang Zero, “Kalau aku menyerang kalian, nanti terlalu mudah.” Dia meminta Dark Ryou untuk memperhatikan bagaimana seorang iblis seharusnya bertarung. Dark Ryou tak mengerti kenapa Conquest sekarang membantunya, “Apa maumu?” dia selalu datang membuat huru-hara tanpa alasan. “Aku berbicara dengan aksi. Jadi tonton saja.” “Tunggu!” “Heh?” Conquest menahan diri. Memori ketika roh Dark Ryou dipisahkan dari tubuhnya terlintas, “Kenapa kalian memilihku sebagai raja iblis, apa alasannya?” “Entah, tapi kudengar kau ditakdirkan menjadi raja iblis. Jadi aku disuruh membantu,” jawab Conquest dengan nada kesal. “Siapa yang menyuruhmu?” “War.” “Tch! Dia lagi...” “Kalau mau tanya, tanya sekarang!” kata Conquest sebelum dia bertarung. Rexxar bertanya, dia sudah tahu kalau Ryou adalah calon raja iblis. Tetapi dia belum tahu cara apa yang digunakan. “Bukan aku yang punya ide, tanya saja War.” “Di mana dia? Jika aku adalah calon raja, seharusnya dia bisa menjelaskan semuanya padaku.” “Ayolah! Kau sudah sering bertemu dengannya.” “Apa?” Dark Ryou kaget bukan kepalang. “Dia lebih dekat dari yang kau duga. War itu sangat licik, aku bahkan tak mempercayainya tetapi entah mengapa semua perkataannya jadi kenyataan, jadi aku mulai percaya.” Dark Ryou berpikir keras, dia tak tahu kalau dirinya sering bertemu dengan War, tapi siapa War itu. Conquest sudah gerah, d**a kotak besarnya membusung. Dia pasang badan agar Zero menyerangnya, “Ayo sini!” Tiap pukulan gada Zero meledak, tetapi Conquest tak bergerak seperti tiang kokoh. Zero menembakkan energi kosong dari mata, otot d**a Conquest bolong. “Oh, Void ya?” Conquest menghindari serangan energi kosong Zero. Peter Masuk ke dalam pertarungan, dia memakai topeng putihnya lalu menggabungkan kekuatan angin dan api. Conquest tercengir, “Mau membalas kekalahan?” dia mengejek Peter yang dulu kalah dengannya. Meriam cahaya Peter menembakkan bola api, Conquest menepisnya satu tangan. Percikan api yang dibawa angin semakin membara, energi panas menjadi cahaya. Conquest mencium bau gosong kulitnya, serangan Peter berefek, Conquest makin senang. “Ayo! Siapa lagi yang mau melawanku?” Kalimat khas Chimera Tech terdengar dari ponsel Tenacity, Ionicube di dadanya bersinar menembus daging. “Peter, bisakah aku mempercayaimu?” “Akan kukalahkan dia!” Peter yakin dia bisa. Keputusan Tenacity sudah bulat, dia melemparkan topeng tanah, dan juga topeng air miliknya. “Bagaimana dengan dirimu?” Peter tak bisa menerima topeng air Tenacity. “Kau lebih membutuhkannya sekarang,” asap keluar dari mulut Tenacity. Tubuhnya dipacu hingga batas tertinggi. Tenacity melesat cepat lalu menembakkan bola api ke arah Conquest dari tangan kirinya. Conquest remeh membiarkan serangan Tenacity mendarat di muka. Wajah Conquest terbakar, dia kaget, “Heh? Kok bisa manusia menyerangku?” Tenacity fokus, dia melancarkan serangan lanjutan, tebasan pedang es membekukan kedua tangan Conquest. Kaki kiri Tenacity mengentak tanah, bongkahan batu muncul menjepit kaki Conquest. Lalu dengan kaki kanan Tenacity melompat dan menerjang Conquest dengan tendangan secepat kilat. Conquest terseret sedikit, “Manusia memang hebat!” dia tahu manusia adalah makhluk dengan evolusi tercepat, tetapi iblis tak kan kalah. “Aku jadi semangat,” suara gemeretuk tulang lehernya nyaring, langkahnya sangat cepat Tenacity dan Peter tak bisa melihat. Seketika tinju raksasanya menghantam Zero membelahnya menjadi iblis dan malaikat. Darah mengalir di hidung Jin dan Bao, keduanya merasakan rasa sakit akibat energi Zero yang hilang. Langkah Conquest cepat, dia berpindah ke depan Peter. Refleks Peter mengayunkan meriamnya ke tangan kiri Conquest, api menjalar di tangan, petir menyambar ke seluruh tubuh. Ledakan energi itu dibalikkan oleh Conquest dengan tinju kanannya. Peter mental terkena serangannya sendiri. Kaki kiri Tenacity mengentak tanah, batu besar hancur menjadi kerikil ketika menghantam punggung Conquest. Tetapi dia tak apa, “Sakit sih, tapi sedikit.” Sekejap Conquest berbalik arah meninju Tenacity. Kobaran api, pusaran angin, kristal es, dan Tembok dari tanah tersusun melindungi Tenacity, tetapi tinju Conquest mampu menghancurkan semuanya. Tenacity terhempas, Conquest terlalu kuat. Pertarungan satu melawan tiga itu membuat Dark Ryou mendapat cukup waktu untuk memulihkan tenaga. Dia menghampiri Ryou dan meminta Ryou untuk memberikan topeng hitam, “Meski aku berwujud iblis, hatiku masih manusia.” Ryou tidak mau, dia ingin menggunakan topeng itu untuk melawan Conquest, “Aku masih belum selesai...” “Ini urusan pribadiku dengannya. Kau tunggu di sini,” Dark Ryou meminta. Ryou menyodorkan topeng hitam itu tetapi tangannya tak mau melepaskannya. “Kita bertarung bersama,” pinta Ryou. Dark Ryou mengangguk, keduanya kembali bersatu. Mereka hilang dalam bayangan lalu muncul dengan tebasan mematikan di leher Conquest. Satu tebasan itu setara dengan seribu pedang. Kepala Conquest lepas. Mata Conquest melirik badannya, badannya langsung meraih kepalanya yang lepas. Inti energi di tubuhnya mencoba untuk menyatukan kepalanya kembali. Sebelum hal itu terjadi, Peter menggabungkan semua kekuatan topeng. Dia kemudian menembakkan bola energi penghancur. Tenacity cepat membekukan tangan Conquest. Jin mengeluarkan bambu-bambu dari tanah menusuk kaki Conquest. Bao memanah d**a Conquest dengan panah cahaya. Lalu Rexxar menepuk pundak Jin dan Bao bersamaan untuk menyalurkan energinya. Bola energi penghancur mengenai Conquest, ledakannya begitu kuat hingga pabrik itu runtuh. Mereka semua langsung pergi sebelum terkubur hidup-hidup. Rexxar, Jin, dan Bao langsung lari, Ryou yang sudah bersatu dengan Dark Ryou lekas mengikuti. Tetapi Peter masih di sana karena peduli dengan karyawan Mur Metal. Dia tak kan keluar sebelum semua orang selamat. “Kau gila?” Tenacity tak habis pikir kenapa Peter rela mengorbankan nyawa hanya untuk manusia imitasi. “Sudah tugasku melindungi orang lain!” Peter sudah bulat. “Heh! Kau benar-benar menginspirasi.” Tenacity juga ikut membantu. Ketika sedang membantu, Peter melihat Ryou ternyata ikut menolong. Rexxar juga memerintahkan kedua muridnya untuk menyelamatkan yang lain sebelum mereka pergi. Rexxar berkonsentrasi, dia menciptakan monster badger untuk menggali jalur evakuasi karena lift yang ada di sana rusak. “Tenacity, kita punya tugas lainnya!” Peter memanggil Tenacity untuk membantu monster badger menggali tanah. Dengan kekuatan topeng tanah milik Peter, dan tenaga imitasi ponsel Chimera Tech Tenacity, mereka menggeser tanah bersama.   Di dalam neraka, The Apocalypse – 4, Death menunggu kedatangan Conquest bersama The Apocalypse – 3, Famine dan The Apocalypse – 1, War. Death sang pemimpin, duduk rapi tak bergerak di atas kursi. Famine mondar-mandir karena rapat sudah mundur satu jam. Sedangkan War sibuk menanam beberapa senjata lagi di tubuhnya. Melihat War begitu serius, Famine ikut menanam sebuah pistol di tubuh War untuk menghabiskan waktu, “Ini yang kemarin.” Tak lama kemudian Conquest datang, tubuhnya gosong berasap. “Loh kok babak belur?” asap hitam nafas naga Famine keluar dari hidung menahan tawa. “Jangan bertingkah Delillah, Aku hanya terlalu meremahkan mereka saja.” Conquest beralasan. “Jangan panggil nama itu!” api di mata Famine menyala. Death pelan memukul meja tiga kali. Ketiga The Apocalypse lainnya duduk mengitari meja bundar. “Artinya, Rite of passage berjalan sesuai harapan.” “Benar,” kata War penuh percaya diri. “Kita harus fokus karena banyak yang ingin menggagalkannya.” Death kemudian bertanya, “Apa langkah selanjutnya, War?” “Akan saya jelaskan.” War memberikan instruksi selanjutnya untuk memastikan Dark Ryou berhasil menjadi raja mereka yang baru.   Berita menyiarkan kejadian semalam dengan tajuk “Kecelakaan kerja di pabrik mobil elektrik.” Peter senang kejadian sebenarnya tidak bocor ke masyarakat, menteri Ketertiban Umum yang baru mengerjakan tugasnya dengan terampil. Saat ini Peter sedang ada di teater Sastry menunggu kedatangan Ryou, semua temannya berkumpul di sana karena Sastry akan mengungkap rahasia Ryou melalui teaternya. Asha datang menghampiri Peter, dia memeluknya erat penuh bangga. Dia tunjukkan pada Karin kalau Peter berhasil menyelamatkan Ryou, “Pacarku hebat kan?” Karin merasa beban di hatinya hilang setelah semalaman menunggu kepastian, “Terima kasih.” Karin sudah jauh lebih baik, obat Asha sangat cocok dengannya sehingga sifat agresifnya bisa diatasi. Rexxar dan dua muridnya juga hadir, Asha melihatnya curiga tetapi Peter mengatakan kalau mereka sebenarnya adalah orang baik. “Jangan takut, mereka sebenarnya ingin membantu.” Asha masih tak percaya, tatap matanya tajam ke arah Rexxar. Di belakang panggung, Tenacity membantu Sastry menyiapkan kostum boneka. Picilla akan menjadi dalang, sedangkan Sastry akan memainkan semua boneka. Suara Picilla merdu, enak didengar sehingga Tenacity merasa begitu intim saat membantu Sastry. Dia ingin berbicara banyak hal tentang Ryou tetapi dia harus menunggu takut mengacaukan pikirannya. “Kenapa?” tanya Sastry melihat Tenacity melamun. “Oh tidak.” Teater malam ini dipersembahkan Sastry khusus untuk Ryou. Sastry sudah mengetahui kejadian di pabrik Mur Metal, dia tak bisa lagi lari dengan semua kebohongan yang dia ceritakan pada Ryou. Teater sudah hampir mulai tetapi Ryou tak kunjung datang. Dia tak melihat Ryou ada di kursi penonton, tidak juga di belakang panggung. Tidak ada kata maaf terbaik menurut Sastry kecuali menceritakan semuanya dari awal sampai akhir secara detail. Namun semua cerita itu dikemas dalam sebuah kisah ksatria yang kalah melawan seekor naga. Dikisahkan seorang petani memiliki kemampuan untuk membangkitkan orang mati, secara tersirat dia adalah Sastry. Petani itu kehilangan orang tuanya dalam sebuah kecelakaan, sehingga dia berkeliling kota mencari kakaknya sambil menjual buah. Dalam perjalanannya yang tiada akhir, dirinya mulai merasa kesepian. Suatu waktu petani itu ingin berhenti mencari kakaknya untuk fokus berjualan. Namun dia tak mau sendiri sehingga si petani berusaha sekali lagi untuk mencari kakaknya yang hilang menjadi seorang bintang. Petani yang lusuh tidak mungkin bisa menjamah mewahnya kehidupan kota, sehingga dia memutuskan untuk mencari teman sambil mengumpulkan uang. Hari berlalu, petani itu bertemu dengan beberapa orang mati. Dengan kemampuannya dia menghidupkan mereka kembali supaya menjadi teman yang loyal. Petani itu mengajarkan banyak sekali nilai moral, mencontohkan diri untuk giat berusaha, dan menjadi pemimpin yang baik bagi mereka. Semua berjalan sesuai keinginan petani, teman-temannya membantunya untuk berjualan sambil mengarungi kota mencari kakak si petani. Namun satu kesalahan terjadi. Petani itu bertemu dengan seorang ksatria yang jiwanya dipisahkan dari tubuh dengan mantra. Petani itu mengira si ksatria telah mati, namun ketika dia mengisi jasad si ksatria dengan jiwa baru, dia merasa jiwa lama sang ksatria masih ada. Sejak saat itu si petani jadi punya orang favorit, dia selalu memperhatikan si ksatria itu karena takut kesalahannya terungkap. Dia begitu tekun mengajari ksatria itu untuk berbuat baik supaya dia lupa bahwa jiwa lama ksatria itu ditakdirkan untuk membunuh naga. Usaha si petani sudah maksimal, tetapi semangat juang jiwa lama ksatria itu tidak padam. Dia memutuskan untuk pergi dari si petani diam-diam dan kembali mengasah kemampuannya untuk bersiap membalas kekalahannya melawan naga. Petani itu takut, tidak hanya mengacaukan jiwa si ksatria, dia juga merusak kehidupan jiwa baru yang dia tak sengaja tanamkan di tubuh ksatria itu. Dia memutuskan untuk mengubah haluannya dan mencari ksatria itu sebelum kembali mencari kakaknya. Cerita itu persis dengan apa yang Sastry rasakan. Ksatria dalam cerita itu adalah Dark Ryou, Ryou yang sebenarnya. Sedangkan Ryou yang baik saat ini adalah roh yang tak sengaja Sastry masukkan dalam tubuh Dark Ryou.   Satu jam telah berlalu, penonton satu persatu keluar dari teater. Tenacity melihat Sastry mulai mematikan lampu menutup teaternya lebih awal. Tenacity sudah berkali-kali menelepon Ryou tetapi nomornya tidak aktif. Dia memutuskan untuk pergi mencari Ryou agar dia mau datang. Ketika hendak pergi, Tenacity berpapasan dengan Ryou yang datang ke arah teater. “Yo! Sastry sudah menunggu.” Ryou berjalan masuk ke dalam teater untuk menemui Sastry. Di dalam sana Sastry sedang merapikan bonekanya di gudang, dia susun rapi tiap boneka sesuai dengan raknya. Tenacity memperhatikan dari jauh, dia ingin tahu apa yang akan Ryou dan Sastry bicarakan. “Maaf aku tak bisa menonton teatermu,” ucap Ryou di depan pintu. Sastry belum menoleh, “Tak apa, kau sudah tahu ceritanya kan?” Dia takut mendengar perasaan Ryou. “Aku tadi berpikir panjang tentang masa depan diriku...” Sastry menyipitkan mata, suasana hening membuatnya dapat mendengar perkataan Ryou dengan jelas. “... dan aku sadar, ada seseorang yang selalu membantuku dari belakang.” Tangan Sastry berhenti menyusun boneka. “Mungkin belum banyak orang tahu, tetapi menurutku dia begitu hebat.” Kata demi kata membuat hati Sastry tertekan, jarinya mulai merapat, bahunya lemas. “Kau mendengarkanku?” Ryou memanggilnya lagi. Pelan Sastry berkata, “Kisah itu seharusnya membuat orang marah, tetapi...” “Benar, tetapi aku akhirnya menyadari...” Sastry melirik ke arah Ryou. “... dia berjibaku melawan kerasnya kenyataan demi kebahagiaanku.” Jantung Sastry berdebar, dia tak mengira perkataan Ryou akan seperti itu. Matanya bergulir melawan arah dan berkedip beberapa kali. “Dia membuatku menjadi seorang yang unik, senyum bodohnya itu susah sekali hilang hingga aku tak bisa lari darinya.” Mata Sastry membelalak, “Tidak... kau seharusnya-“ “Terima kasih sudah berusaha menutupi semuanya hingga saat ini, Sastry.” “Hah?” Sastry takut salah dengar. “Aku sudah cukup berani sekarang, kau tak perlu lagi khawatir tentang perasaan itu.” Senyum di bibir Sastry bangkit perlahan, mekar bersemi seperti bunga matahari di pagi hari. Hatinya meledak karena bahagia, dia memeluk Ryou begitu erat tak mau melepaskannya, wajahnya terkubur di dalam dekap Ryou. Baju Ryou mulai basah, dia balas pelukan Sastry supaya dia tenang. Ryou lega dirinya berhasil mengungkapkan apa yang dia rasakan. Bajunya semakin basah, dia mendengar suara rintihan Sastry. “Sudah... sudah...” dia elus topi di kepala Sastry. Sastry melepas pelukan dan menampilkan senyum bahagianya, “Aku sedang tidak menangis!” Ryou tersenyum, air mata Sastry di bajunya tak bisa membodohinya, “Kau tak bisa berbohong lagi padaku.” Sastry menghapus sisa air matanya, dia tertawa karena semuanya sudah berakhir. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN