Part 8: Belajar merasa

1869 Kata
Peter kembali terbaring di rumah sakit. Dia nyaris meninggal jika pemadam kebakaran tidak dilengkapi dengan helikopter. Dalam mimpinya Peter lagi-lagi melihat foto yang dia pungut di depan klinik Asha. Dia mulai merindukan semangatnya, senyum centilnya, kecongkakannya, dan juga wajah polos Asha ketika tertidur. Suara terdengar oleh Peter, seorang membangunkannya dari dalam mimpi, “Asha?” Anita langsung melepas tangan Peter dari genggamannya, dia senang Peter sudah siuman namun kecewa karena Asha yang diharapkan Peter dan bukan dia, “Maaf Tuan Miracle...” Peter memandangnya sejenak kemudian kembali memejamkan mata untuk membayangkan Asha. Dia ingin Asha mengganggunya seperti hari-hari biasa. “Luka Tuan Miracle tidak serius, siang ini sudah bisa kembali beraktivitas.” “Di mana Ryou? langsung Peter bertanya tanpa basa-basi. “Jangan paksa dirimu Tuan Miracle!” “Aku belum selesai dengannya!” “Anda bisa cedera lebih parah, tenanglah sejenak Tuan Miracle.” “Memangnya kenapa?” nada Peter tinggi. “Kau akan kalah lagi!” Anita langsung menggeser kursinya dan duduk membelakangi Peter. “Aku semalaman khawatir padamu, dan yang kau pikirkan hanyalah balas dendam?” Anita bergetar menuturkan kata, “Kau bukan dirimu yang dulu, Peter...” Peter menyesal telah membentak Anita. Namun terlambat baginya meminta maaf karena Anita sudah tak tahan lagi. “Pahlawan yang biasa ku kagumi di TV... ke mana perginya dia? Filosofi bertarung menegakkan keadilan setulus hati... kini hilang entah ke mana...” “Anita...” kaget Peter mengetahui dirinya telah berubah hanya karena kalah melawan Elementalist. “Aku tidak akan hormat pada seorang pecundang!” Peter terdiam tanpa kata malu dibuat Anita. Dia memejamkan kembali matanya dan memalingkan wajah pucatnya.   Festival musim semi digelar di taman kota Hulao setelah panen beras dan gandum selesai. Selain merayakan hari budaya, orang Hulao juga menganggap hari ini sebagai ajang untuk bersyukur pada Tuhan karena telah melimpahkan tanah yang subur sehingga hasil panen beras dan gandum tahun ini meningkat. Seluruh tim Teater Sastry ada di sana untuk berlatih menjalankan peran mereka dalam menyelamatkan Picilla. Mereka tak lupa bersenang-senang sehingga tak ada satu pun dari mereka yang tegang. Sastry mengajak semua temannya untuk masuk ke dalam toko baju tradisional. Dia ingin timnya kompak membanggakan budaya Kuzech yang masih terus hidup. Sastry juga mengajak Karin kali ini, dia tunjukkan apa itu rasa senang, bagaimana cara bersenang-senang, dan menyenangkan orang. Karin masuk ke dalam bilik untuk mengganti pakaian sembari Sastry meriasnya. Seketika seluruh mata terpesona dengan kecantikan Karin. Sastry minder karena semua teman-temannya tak henti memandangi Karin, namun dia senang mereka mulai lupa dengan masa lalu Karin. “Kau cantik sekali, sungguh!” kompak Panji, Afdol, Tango, dan Harold memuji. Karin mencoba mengerti, “Jadi mereka senang aku berdandan?” Karin memaksa otot di pipinya untuk naik ke atas. Sastry makin semangat, dia menunggu senyum Karin datang. Tetapi Karin masih belum yakin apakah dengan memakai pakaian anggun membuat orang lain senang. Ryou sebenarnya kurang suka dengan keramaian, dia berharap Dark Ryou menggantikannya tetapi Dark Ryou tak mau keluar dari dalam kegelapan. Sastry bertanya padanya, “Karin cantik kan?” Ryou acuh, meski sesekali dia melirik kecantikan Karin yang menawan, “Lumayan.” Jumbo dan Tenacity tertawa, mereka berdua memuji kepandaian Sastry memainkan make up. Sastry tersipu malu, dia makin semangat menghabiskan malam yang penuh dengan suka cita. Karin melihat, dia bertanya dalam hati apakah pujian adalah cara untuk menyenangkan orang lain. Energi Sastry tak ada habisnya, seluruh tawa di festival itu mengisi tenaga Sastry tak henti. Tak ada kata lelah baginya, kaki-kaki lincahnya melangkah cepat ingin memasuki semua kios pameran. “Ayo cepat!” gemas dia ingin mengajak semua teman-temannya untuk merasakan apa yang dia rasa. Karin melihat sekelilingnya, pikirannya bertanya di mana letak kesenangan yang Sastry bicarakan. Dia telah membuka mata dan telinganya lebar-lebar namun tetap tak menemukan rasa senang itu. Sastry menariknya, dia dibawa masuk ke dalam toko boneka kayu. Sastry telah mengajari dirinya untuk tersenyum, dia melihat betapa mudahnya Sastry tersenyum ketika melihat boneka kayu. Namun Karin masih tak bisa merasakan apa pun, dia berbisik pada Ryou, “Apa kau senang?” Ryou tersenyum, dia juga senang apalagi melihat Karin sudah mulai berubah. “Berubah ya...” Karin meyakini dirinya berada di jalan yang benar kali ini. Malam itu menjadi mimpi indah Sastry setelah melihat ada panggung teater jalanan. Hatinya bersemi, semangatnya meledak bagai kembang api, langkahnya masuk ke balik panggung secepat kilat untuk ikut berpentas. “Aku ini pemain teater juga loh, walau tidak begitu terkenal sih hehe...” senyumnya lebar hingga pak dalang kumis tak bisa menolaknya. “Oh kau Sastry si dalang truk teater itu ya?” Tersanjung Sastry dikenal orang, “Wah tak ku sangka diriku bisa dikenal.” “Upaya yang kau kerahkan pasti sangat besar untuk bisa membagi senyum pada korban peperangan. Aku merasa terhormat kedatangan seorang artis brilian di panggung kecilku yang tak bisa pergi jauh.” “Ahh bapak, jadi malu deh,” Seperti mimpi jadi kenyataan ada yang menghargai usahanya dalam bermain teater. “Kapan mulai keliling lagi?” “Soal itu... Aku sudah berhenti sih,” Sastry memainkan rambutnya. “Loh kok?” bapak itu kaget sampai kumis palsunya jatuh. “Kalau kau kurang dana aku siap menjadi donatur!” “Terima kasih tapi setelah peperangan usai. Kurasa tak ada gunanya lagi aku berkeliling. Semua orang sudah menemukan kebahagiaan terima kasih pada pemerintah yang berhasil mengakhiri perang sipil.” “Wah sayang sekali.” “Tapi jika suatu saat kembali terjadi peperangan, aku pasti akan kembali.” Senyum Sastry begitu asri. Dia langsung menarik teman-temannya untuk bersama memainkan pentas. Karin diajari perlahan untuk berekspresi. Telaten Sastry membimbing Karin karena menurutnya teater memiliki sejuta rasa. Karin akan cepat kembali mendapatkan sisi kemanusiaannya dengan mempelajari teater dan metode belajar yang paling baik adalah dengan mempraktikkannya langsung. Saking semangatnya Sastry sampai lupa waktu. Afdol mulai mengeluh lapar agar Sastry berhenti. Merasa begitu senang, Sastry mentraktir semua temannya. Panji berbisik pada Afdol karena pintar mencari alasan. Tetapi Tango tanpa sengaja berkata kalau cyborg bisa menahan lapar lebih lama dari manusia baisa, “Pintar juga aktingnya haha.” Tenacity langsung mengetuk kepalanya supaya tidak bicara yang bisa merusak kebahagiaan Sastry, “Biarkan saja, sudah lama sekali kita tidak melihatnya sesenang ini.” Jumbo setuju, dia jadi ikut senang karena semuanya akur. Keramaian telah mencapai puncaknya, waktu yang tepat untuk menghilang di dalam lautan manusia. Mereka hendak mulai meneliti tempat itu satu persatu sebagai latihan menyelamatkan Picilla. Namun sebelum semuanya berpencar, mereka bertemu dengan Asha yang keluyuran sendiri dengan pakaian tradisional khas miliknya. Dia menghampiri Ryou lalu memeluk tangannya erat hingga tenggelam ke dalam belahan dadanya, “Kalian tidak keberatan kan kalau dia ku pinjam?” Mata para lelaki melotot iri dengan nikmatnya tangan kanan Ryou, Asha benar-benar pandai memanfaatkan lekuk tubuhnya. Kepala Sastry berasap, giginya beradu tampak keluar, dia geregetan dengan sikap Asha yang centil. Asha makin senang dirinya berhasil menjadi pusat perhatian. Dirayu mesra Ryou dengan belaian lembut dan bisikan pelan di telinganya. Bulu kuduk Ryou sampai merinding ketika bibir Asha menyentuh telinganya. “Tak ada jawaban ya? Ok itu artinya deal!” Asha menarik Ryou pergi. Sastry lega akhirnya Asha hilang dari pandangannya. “Apa-apaan dia itu, ganjen!” gumam Sastry. Mereka mulai berpencar, kini hanya tinggal Sastry dan Karin yang masih belum pergi. Tiba-tiba Karin bertanya dengan wajah datarnya, “Yang barusan kau rasakan itu, apa namanya?” Sastry sadar tidak seharunya dia bersikap seperti itu di depan Karin, “Ehh... memang Karin merasakan sesuatu?” “Iya... aneh sekali. Apalagi ketika wanita itu sengaja menempelkan bibirnya di telinga Ryou.” “Hmm aku belum yakin apa yang ada di hatimu, ayo kita bicarakan sambil mengitari tempat ini.”   Asha menarik Ryou jauh menuju blok taman hiburan. Malam itu menjadi malam yang membingungkan bagi Ryou. Dia berusaha tampil cool di depan Karin untuk membantu Dark Ryou mendapatkan kepercayaannya, berusaha tetap riang demi kebahagiaan Sastry, dan kini Ryou harus meladeni Asha yang amat manja. Asha terus menggoda Ryou, dia tak mau lepas dari Ryou agar bisa memamerkan buah dadanya. Diajaknya Ryou masuk ke rumah hantu agar Asha punya alasan untuk menekan dadanya lebih kencang lagi. d**a Ryou berdegup kencang, dia salah tingkah, “Hey kau menarik terlalu banyak perhatian!” Asha malah tertawa, dia makin senang jika semua rayuannya berhasil menaklukkan pria. Gelapnya rumah hantu semakin dimanfaatkan Asha, dia sengaja memancing Ryou dengan mengelus s**********n Ryou.Tak tahan lagi dengan rayuan, Ryou membawa Asha keluar dari taman kota. Kini mereka hanya berdua di persawahan. “Kita bisa melakukannya di sini jagoan,” senyum maut dan kedipan mata Asha keluar. Ryou masih punya harga diri dan menolak, “Apa maumu?” “Aku ingin menaklukkan bibirmu,” lekas Asha mencium Ryou di bibir mesra. Ryou tak bisa menolak lagi, dia terbawa suasana dan menikmati apa yang dia dapat. Sebelum bertemu dengan Ryou, Asha telah melumuri bibirnya dengan racun yang sama untuk menghukum pria di diskotek. Asha puas, dia berhasil meracuni Ryou. “Hangat kan ciumanku?” godanya. Asha kaget ketika selesai berciuman Ryou langsung meludah tepat di depannya. Tak setetes ludah Asha ditelan selama berciuman. “Kau kira aku tak tahu?” Dark Ryou kini mengambil alih. “Rumor itu benar, kau agen rahasia sungguhan,” senyum Asha dengan mata melotot. Dark Ryou siaga, “Ku harap kau punya berita bagus.” Asha mulai bicara tentang tindakan Ryou kemarin. Dia berterima kasih karena Ryou telah membuka mata Peter. Dengan kekalahan tersebut Peter kini punya tekanan lebih untuk berjuang lebih keras. Kemudian Asha meminta Ryou untuk tidak membantu Peter mengalahkan Elementalist. Peter harus bisa mengalahkan musuhnya sendiri jika dia ingin berkembang. Dark Ryou ingin tahu kenapa seorang dokter tahu tentang bertarung. “Artefak yang kalian miliki berasal dari kampung halamanku,” Asha tahu legenda enam topeng dari Zorozirgardean. Dark Ryou serius, dia ingin tahu apakah benar topeng hitam miliknya bisa menjadi lebih kuat lagi. “Dengan membunuh kau bisa berkembang.” Dark Ryou terkejut, kini misteri kebangkitan dirinya mulai masuk akal. Setelah dia mengendalikan Ryou secara paksa untuk membunuh, perlahan Dark Ryou merasa topeng hitam miliknya semakin kuat. “Sayangnya Peter harus melakukan sebaliknya.” Untuk dapat menaikkan kekuatan topeng cahaya, Peter harus sabar dan melapangkan hati untuk melepaskan musuhnya. Dark Ryou paham sekarang, Peter melemah karena kegelapan yang ditanam Asha mulai membesar di hatinya, “Kenapa kau menolongku memenangkan ritual ini?” Asha tertawa mendengarnya, “Jangan salah sangka, aku hanya melakukan hal yang kuanggap benar.” Dia kemudian memberi Ryou penawar racun sebagai tanda terima kasih.   Dark Ryou memejamkan mata untuk kembali ke dalam kotak hitam yang ada di dimensi Prana melalui gerbang antar dimensi di hati Ryou. Dia melihat roh Ryou mengumpat karena benci pada Asha. Ryou yang menyaksikan di dalam Prana kesal sekali “Dasar p*****r!” dengan mudahnya Asha menjual diri padanya tanpa memperhatikan perasaan Peter. Dark Ryou meminta Ryou untuk kembali ke dunia, “Aku sudah selesai dengan urusanku.” “Kenapa kau tidak marah padanya?” “Dia adalah rekan yang berharga.” “Aku ingin sekali memukul wajahnya, perasaanku bergejolak mengingat dia telah mempermainkan hati Peter. Selain itu dia berani menggodaku di depan Sastry dan Karin, apa kau tidak merasa direndahkan di depan Karin?” “Tidak juga. Dia melakukan hal yang menurutnya benar.” Ryou berencana untuk memberi tahu semua ini pada Anita agar dia menjauhkan Peter dari Asha sebelum terlambat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN