Part 10: Oparasi teater jalanan

2538 Kata
Malam ketiga dari festival budaya Kuzech telah digelar. Pukul enam tepat gerbang pintu masuk dibuka. Harold bersama Panji, Tango, dan Afdol sudah berjaga di truk Sastry yang disulap menjadi kios pakaian. Tenacity sudah siap dengan baju pemadam kebakaran di sudut lapangan. Jumbo sudah mengisi amunisi senjata, tubuh robotnya sudah dicek, dia siap menjadi ksatria untuk Picilla. Sastry dengan kostum penari, dia sudah ada di belakang panggung bersiap diri untuk tampil di belakang kakaknya nanti jam sembilan. Dan Ryou dari atas pohon menanti momen tepat untuk dirinya hilang. Pembawa acara sudah menyambut para hadirin. Sastry mengintip ruangan Jason, dia melihat kakaknya sedang berbicara dengan bosnya dan seorang politisi perut buncit bernama Chen. Senyum Picilla ramah sekali, tutur katanya lembut, Chen senang Picilla mau menemaninya malam ini. Sastry lekas kembali ke belakang panggung sebelum ada orang curiga. Tak lama kemudian Picilla datang dengan ekspresi yang amat berbeda dengan Picilla yang dia lihat di ruangan Jason. Ryou bilang padanya ada dua Picilla, yang satu adalah cyborg imitasi. Sastry yakin Picilla yang asli ada di ruang Jason sebab Picilla yang ada bersamanya saat ini ekspresinya begitu datar. Tak ada kegembiraan yang terukir ketika bersiap tampil di atas panggung. Tiba-tiba dua orang penjaga datang membawa Picilla entah ke mana. sepuluh menit kemudian Picilla kembali dengan senyum yang lebih baik. “Senangnya bisa tampil bersama,” sapa Picilla pada Sastry. Kaget bukan kepalang Sastry dibuat, dia membisu takut Picilla yang di depannya adalah asli. “Kakak?” “Kamu gugup ya?” Benar Sastry gugup, dia tak tahu kenapa Picilla di hadapannya begitu hidup. Padahal Ryou mengatakan kalau Picilla yang asli akan ditiduri oleh seorang politisi yang sudah membayar di belakang panggung. Dia ingin sekali bertanya namun ponselnya ada di ruang ganti. Sastry tak bisa membawa ponsel karena gaun yang dipakainya tak memiliki kantong. “Kurasa rambutmu sedikit kurang rapi, biar aku perbaiki.” Sastry mengubah susunan jepit rambut Picilla untuk menandakannya. Suara gaduh terdengar di belakang, mungkin Jumbo sudah masuk ke dalam. Sastry mulai tegang, dia takut ketika melihat gerombolan penjaga seketika berada di belakang panggung melindungi mereka. “Kurasa ini akan menjadi panggung terakhirku,” Picilla tersenyum ke Sastry dari cermin. Dada Sastry berdebar kencang, dia tak mengerti maksud perkataan Picilla. “Jadi tunjukkan tarian terbaikmu, sebab aku akan bernyanyi dengan energi penuh.”   Tenacity masih menunggu sambil minum beer. Sudah tiga botol habis untuk menghilangkan rasa takutnya. Dia merasa konyol entah kenapa misi ini begitu menegangkan. Dia telah melawan banyak pelaut, bertarung di atas ganasnya ombak samudera, dan tenggelam di luat mistik. Tetapi menyelamatkan seseorang yang begitu dekat dengannya membuat Tenacity berpikir dua kali tentang keberaniannya. Menunggu adalah hal yang mendebarkan baginya. Jumbo sudah masuk ke dalam gedung yang ada di belakang panggung lewat pintu depan. Semangatnya membara karena misi ini begitu penting baginya. Empat penjaga tumbang, piawai dia menembak jitu. Jumbo tak akan lupa alasan dirinya menemani Sastry selama ini adalah untuk mempersatukan Picilla dengan Sastry. Karena Jumbo adalah orang terdekat Sastry dan Picilla sejak kecil. Dia berjalan mencari ruangan Jason, kepala orang itu sudah ditandai olehnya. Sebelum melangkah lebih jauh, Jumbo dihadang oleh Tenacity. “Jumbo! Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Tenacity “Diamlah, imitasi!” Jumbo tak tertipu, dia langsung menembak Tenacity. Baku tembak terjadi, orang-orang berteriak ketakutan. Dia harus berjuang mati-matian dan tak boleh kalah. Sebelumnya dia pernah gagal menyelamatkan Picilla sepuluh tahun yang lalu. Saat itu Jumbo masih menjadi algojo Jason. Dia diperintah untuk menculik Picilla dari studio Alesha karena talenta gadis itu memikat Jason. Saat itu usia Picilla baru 19 tahun, tetapi gadis malang itu sudah dieksploitasi habis-habisan. Jumbo tahu sisi buruk dunia hiburan Kuzech penuh dengan aksi menjijikkan, dan saat dia tahu teman masa kecilnya menjadi korban Jumbo membangkang dan membawa Picilla kabur. Sayang usahanya gagal, dia ditembak oleh pesuruh Jason ketika dikejar oleh algojo studio Alesha. Jumbo yakin dengan kemampuan dirinya yang sekarang, kesalahan itu tak akan terulang. Tenacity imitasi menembakkan peluru es seperti teknik tebasan kristal, kaki dan tangan kiri Jumbo langsung kaku dan mati rasa ketika terkena tembakannya. Dia memukul luka sekuat mungkin agar reseptor di kaki dan tangannya berfungsi kembali. Lekas dia lari sembunyi menghindar peluru es Tenacity imitasi.   Picilla berjalan ke atas panggung dijaga puluhan orang. Sastry mengikuti di belakang dengan d**a berdebar karena keributan sebentar lagi akan datang. Picilla melihat lautan penonton di lapangan seketika terbelah menjadi dua. Seorang gadis berambut merah mengenakan  gaun panjang bermotif mawar berjalan dari pintu gerbang. Seluruh orang menyingkir melihat legenda hidup yang sempat hilang. Karin datang untuk memancing keributan. Picilla tak tahu apa-apa, dia terkesan dengan kehadiran seorang gadis cantik yang mampu membelah lautan manusia. Pasukan polisi langsung datang mengamankan lokasi, mereka berkumpul membentuk formasi sambil mengarahkan senjatanya ke arah Karin. Kaget Picilla melihat reaksi penontonnya ketakutan. Dia berkata dari atas panggung, “Malam ini kita akan bernyanyi dan menari untuk cinta dan kasih sayang. Kau gadis bergaun merah, aku ingin mengundangmu untuk naik ke atas panggung dan bernyanyi bersamaku.” Berdecak kagum Sastry dibuat, semangat Picilla membawanya kembali ke masa awal karier kakaknya. Energi yang dikeluarkan Picilla untuk menghibur sangat besar. Nada dan iramanya menenangkan hati hingga Sastry lupa kalau Picilla sebenarnya menderita. Dia berpikir apakah kehadirannya membuat Picilla kembali bersemangat setelah sekian lama tampil tanpa jiwa. Penonton mulai tenang, suasana kembali tertib. Konser dimulai dengan sapaan penuh gairah dari Picilla. Karin diajak untuk menari mengikuti irama melodi. Hatinya merasakan sesuatu yang asing, jantungnya berdebar melihat kerumunan manusia yang bernyanyi bersama melambaikan tangan mengikuti alunan lagu. Karin hanyut dalam suasana, badannya bergoyang tipis bersama dengan gejolak jiwa yang mulai tenang. Sastry tak menyangka kemampuan kakaknya jauh melebihi dirinya, seorang yang amat keras seperti Karin mampu dilunakkan untuk bergoyang senada. Karin yang malu-malu diajak oleh Picilla untuk menari di sampingnya. Dia tuntun perlahan kaki-kaki Karin yang keras seperti tertanam di tanah bergerak mengikuti lantunan Picilla. Senyum di bibir makin berseri memancing Karin untuk merasakan kebahagiaan. Dan sentuhan tangan Picilla menari di dinginnya tangan Karin yang merasakan tekanan luar biasa ketika ditonton di atas panggung. Karin masih tak mampu bergerak, seluruh sendinya kaku hingga keringat mengalir di lehernya. Picilla tahu Karin gugup, dia memeluknya erat sambil bergoyang untuk terus menghidupkan panggung. Ada sedikit perubahan rencana. Dark Ryou yang seharusnya mengintai Jason kini berada di sisi panggung dengan penampilan tradisional yang keren. Dia naik ke atas panggung tak diundang. Sastry yang menari seirama dengan lantunan Picilla kaget, matanya melongo melihat Ryou berpenampilan tak biasa. Petugas langsung menangkap Dark Ryou namun Picilla mengundang Ryou untuk menari bersamanya di tengah panggung. Dark Ryou mengintimidasi, dia mengeluarkan sebilah pisau yang disembunyikan di balik lengan baju tetapi Picilla tak menunjukkan rasa takut, “Ayo kemari, malam ini hanya ada kegembiraan.” Perasaan Karin langsung terombang-ambing melihat simbol kekerasan di tengah kerumunan. “Sakit...” dia memejamkan mata tak mau dirinya lepas kendali. Ryou sudah berada di sisi kanan Picilla, sedangkan Karin ada di seberang kiri. Picilla meminta Ryou untuk menari mengikuti irama musik tetapi Ryou diam serupa dengan Karin. Satu lagu telah selesai ditembangkan, Picilla meminta pemandu musik untuk memainkan lagu romantis, “Aku ingin panggung ini penuh cinta.” Dia menyatukan Ryou dan Karin sembari meminta penonton untuk mengeluarkan seluruh perasaan pada pasangannya. Perasaan Sastry makin tak karuan, senang, sedih, semangat, takut. Semua bercampur menjadi satu melihat situasi yang luar biasa janggal. Suasana menjadi begitu romantis, ratusan pasangan bersanding bernyanyi mengungkapkan rasa cinta. Karin merasa lagi perasaan aneh yang dia tak mengerti, atmosfer panggung itu berubah dan dia tak tahu harus berbuat apa. Seketika Ryou melangkah ke depannya, membuat dadanya berdegup kencang. Senyum Picilla bagai sinar menghiasi momen spesial antara Karin dan Ryou. Dia memanggil salah satu penari untuk berdansa berdua dengannya sambil memberikan contoh. Sastry senang, dia tak perlu khawatir karena kakaknya adalah seorang penghibur yang handal. Dark Ryou mengambil langkah awal, dia memegang kedua tangan Karin yang dingin. Diayunkan kedua tangannya dan mulai berdansa ke kiri dan ke kanan. Jantung Karin memompa darah begitu cepat, rasanya dia ingin meledak tak sanggup menahan perasaannya yang dia tak tahu cara mengatasinya. “Sampaikanlah perasaan di hatimu...” senandung Picilla melintas di benak Karin. Dari ujung jari bulir-bulir pasir bergulir menuju tangan Ryou. Dia hanya tahu satu hal untuk melampiaskan perasaannya. Pasir naik perlahan menuju mulut, hidung, dan telinga Ryou. Sastry ketakutan kenapa tidak ada yang menghentikan Karin menyakiti Ryou di depan sana. Dark Ryou terus berdansa sambil menahan perih akibat pasir yang menyayat tubuhnya dari dalam. Senyum Picilla tak pudar sama sekali, dia tetap riang gembira meski di depan matanya sedang terjadi percobaan pembunuhan. Penonton mulai panik, mereka tahu pasir-pasir itu adalah tanda bahwa Karin masih seorang penyihir pasir yang kuat. Mereka berlarian menyelamatkan diri menjauh dari depan panggung. Pasir bergerak dari tanah naik ke atas panggung lalu menempel ke kaki Karin. Dark Ryou hampir kehabisan nafas karena pasir sudah memenuhi kerongkongan. Sastry sadar ada yang salah dengan Picilla, dia terus bernyanyi dan menari seperti di depannya tak terjadi apa-apa. Segera Sastry berlari menarik Karin, “Berhenti! Ini bukan cinta...” Dark Ryou tersedak, dia muntahkan semua pasir yang masuk ke dalam tubuhnya. Tak lama kemudian listrik padam, seluruh lapangan gelap gulita. Dark Ryou menghilang ketika lampu kembali menyala lima detik kemudian. Sastry langsung menarik Karin ke belakang panggung agar dirinya tidak dimanipulasi oleh Picilla yang bertindak aneh.   Baku tembak hampir selesai di gedung belakang panggung. Jumbo sedikit lagi berhasil mengalahkan Tenacity palsu. Dia berlari kencang sambil menangkis peluru dengan tangan kiri. Terjangnya kuat sambil menembakkan shotgun ke perut Tenacity palsu. Adrenalin Jumbo mulai turun, sakit mulai dirasakannya setelah sistem anti rasa di tubuhnya berhenti. Dark Ryou datang dari dalam bayang, “Dugaanku benar, mereka bukan cyborg tetapi robot.” Jumbo merasakan emosi Tenacity imitasi itu tidak asli, dia hanya berlagak seperti atasan meski mereka memiliki hubungan erat. “Picilla yang asli ada di dalam, ayo!” Dark Ryou menghilang lagi, Jumbo melanjutkan langkahnya menuju lantai tiga sesuai instruksi. Penjaga kembali berdatangan menghadang di lantai dua. Adrenalin Jumbo kembali tinggi, rasa sakitnya hilang. Dia melibas empat penjaga sekaligus dengan tubuhnya yang besar. Dari lorong kiri dua penjaga mengejar Jumbo. Dari kanan juga muncul empat orang. Jumbo terus berlari menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Dia tutup pintu lalu menanamkan bom tempel di gagannya. Ketika para penjaga membuka pintu, bom meledak, menghamburkan para penjaga ke lantai. Pria dan wanita tak berbusana berlarian mendengar suara ledakan. Jumbo melihat Picilla diseret oleh Chen. Amarahnya meledak, dia langsung berlari menabrak semua orang yang menghadang seperti kereta. Tinju besarnya mendarat di punggung Chen, dia jatuh ke lantai kuat hingga hidungnya patah. Jumbo langsung melepas bajunya dan memberikannya pada Picilla, “Jangan takut, kami akan menyelamatkanmu.” Picilla menangis ketakutan, dia menggelengkan kepala tak ingin pergi dari tempat itu. Jumbo menenangkan dirinya sesaat, dia hampir lupa dirinya tidak boleh pergi dari lantai tiga sebelum lampu kembali padam. Mayat tergeletak di sepanjang jalan, Dark Ryou membunuh dengan cepat tanpa suara. Dia sampai di depan pintu ruangan Jason dan mendobraknya. Topeng hitamnya sudah melekat, aura kengerian terpancar di tubuhnya. Jason menyambut Ryou dengan membidik pistol zonosphere tepat di pintu. “Bisa apa kau kalau kena ini?” Jason menembak namun dia kalah cepat dengan Ryou. Pistolnya terbelah dua secepat kedipan mata, Ryou sudah ada di belakangnya dengan cakar mengarah di leher. “Di mana kontrak Picilla?” tanya Dark Ryou. “Tenang jagoan, kau tidak mau adiknya terluka kan?” Jason menunjuk ke arah CCTV. Elementalist sedang mencekik Sastry di belakang panggung. Cakar basah Ryou menyentuh leher Jason, dia mengintimidasi hingga Jason panik, “Aku bersungguh-sungguh! Lepaskan tangan kotormu atau dia akan mati!” Dark Ryou menusuk leher Jason perlahan, “Aku tak peduli.” “Bunuh diaaaa!” Jason memberontak kabur, lehernya koyak dan berdarah. Dark Ryou sengaja melepasnya lalu menghadangnya cepat di depan pintu, “Di mana kontrak itu!” “Dasar iblis!” dia lari ketakutan karena usahanya mengancam Ryou sia-sia. Dark Ryou menendangnya, lalu menginjak lehernya perlahan agar Jason tak bisa bernafas. “Berikan atau kupatahkan lehermu!” Jason merengek minta ampun, “Kau mau apa?” Injakan Dark Ryou makin kuat. “Iya, iya, iya aku menyerah!” muncul sebuah kontrak kegelapan di tangannya bertuliskan nama Picilla. “Ini! Ini! Ambil!” Ketika Dark Ryou memegang kontrak itu, Jason menariknya kuat hingga sobek. Iblis hitam dengan sabit besar keluar dari dalam kontrak menghempaskan Dark Ryou. Jason lari menyelamatkan diri ketika Dark Ryou disibukkan dengan iblis. Senyum di bibir Dark Ryou muncul melihat iblis dengan kekuatan besar, “Ayo berdansa!” Topeng merah bergabung di wajahnya. Ayunan sabit menghancurkan ruangan Jason seperti topan. Sekali ayun iblis itu mengguncang seluruh benda. Dark Ryou mundur terdorong oleh sabetannya, puluhan luka sayat muncul di seluruh tubuh. Panas tubuh Dark Ryou membara, darahnya mendidih selaras dengan tebasan api hitam. Iblis itu terbakar namun tak tumbang, geraknya makin cepat sabetannya makin kencang. Keluar masuk dalam bayangan Dark Ryou berkali-kali menghindar, makin cepat gerakannya. Tembok ruangan Jason roboh, mata sabit besar iblis itu melayang keras ke segala arah. Dark Ryou tak cukup kuat untuk menumbangkan iblis itu. Kemampuannya dalam menyelinap dan melancarkan serangan dadakan memang fantastis namun berhadapan satu lawan satu di depan muka bukan spesialisasi Dark Ryou. Tebasan dan cakarnya tak mampu mengoyak wujud iblis itu. Serangan apinya tak berarti karena iblis tak bisa diserang dengan elemen duniawi. Saat ini serangan yang bisa diandalkan hanyalah pedang api yang diberikan aura kegelapan. Dark Ryou mulai tersudut, dia mental keluar jendela terkena kibasan sabit. Iblis itu keluar menyusul namun tak menemukan Ryou, suaranya bergema namun tak keras mencari Ryou. Bayangan Ryou melintas ke dalam gedung, iblis itu masuk lagi mencari. Tiba-tiba Dark Ryou keluar dengan tebasan kuat di belakang. Iblis itu berteriak namun suaranya tak keras. Dark Ryou hilang lagi lalu menyerangnya lagi dengan tebasan api hitam. Kunci kemenangan sudah ditemukan, Ryou menghilang lalu kembali muncul dari kiri lalu pindah ke kanan lalu ke depan membelah sabit iblis itu menjadi dua. Kecepatan Dark Ryou lebih cepat dari kedipan mata, dia menghilang lalu muncul di atas. Iblis itu terbelah dua, namun kembali menjadi satu lalu mencekik Dark Ryou yang lengah. Iblis itu menginginkan roh Dark Ryou, mulutnya terbuka lebar menghisap roh Dark Ryou perlahan. Pedangnya terjatuh, dia mulai tak bisa merasakan tubuhnya. Dark Ryou teringat, dia langsung menuju portal yang ada di hatinya lalu bertukar alam dengan Ryou. Iblis itu gagal mendapatkan roh Dark Ryou. Ryou tak mengerti cara menggunakan kekuatan topeng sehingga gerakannya jauh lebih lambat. Cakar iblis itu cepat, Ryou sempat menghindar namun bajunya sobek. Ryou kembali tersudut karena perbedaan kekuatan. Dia harus jatuh bangun hingga topeng hitam dan merahnya lepas. Iblis itu langsung menerkam Ryou tetapi meleset karena Dark Ryou sudah kembali. Cepat dia mengenakan kembali topengnya lalu meraih pedang dan menghilang. Iblis itu kebingungan dengan gaya bertarung Ryou yang aneh. Bayangan Dark Ryou melintas dari kiri ke kanan, kepala iblis itu berputar. Dark Ryou tak kunjung keluar dari bayangan, iblis itu mengamuk dan menghancurkan seluruh bayangan yang dia lihat. Gedung itu rusak parah, lampu tiba-tiba padam. Dark Ryou memanfaatkan momen itu, kegelapan total membuat dirinya semakin kuat. Dia keluar dari dalam tubuh iblis itu sambil menebaskan pedangnya berkali-kali. Lubang hitam kegelapan muncul dari tiap tebasan memakan wujud iblis itu perlahan. Satu detik sebelum lampu menyala, Dark Ryou menuntaskannya dengan tebasan api hitam tepat di inti iblis itu. Lingkaran hitam meledak lalu menghisap iblis berserta seluruh api hitam. Dark Ryou berhasil mengalahkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN