Sejak pagi klinik Asha sudah ramai karena kehadiran Peter yang menumpang tidur selama apartemennya direnovasi. Dibalik sifatnya yang berani, Asha sebenarnya seorang yang amat tertutup. Peter sampai terbangun pagi-pagi buta karena Asha bertengkar dengan David. Dokter itu menolak jika dia dikatai sebagai wanita tua yang jatuh cinta pada pria muda. Ketika sarapan sebelum Asha membuka klinik, pertengkaran terjadi lagi ketika David tak henti memperhatikan kecentilan Asha yang gigih memperjuangkan hati Peter. Meski sudah setahun bersama, perasaan Asha masih bertepuk sebelah tangan. Bukan Peter tak mau, hanya saja dia menghargai perasaan Asha. Penolakan secara halus itu dilampiaskan pada David, Asha tak menyuntikkan serum regenerasi untuknya, “Suntik sendiri, kau kan hebat!” Klinik itu tak jadi dibuka, Asha menolak semua telepon yang masuk. Suasana hatinya buyar karena sengaja diganggu David. Peter cepat bertindak, dia membujuk Asha untuk mengangkat telepon dan berjanji akan mengajaknya makan siang di luar. “Kita kencan kan?” mata Asha berseri, senyumnya menggoda merayu Peter untuk berkata iya.
Pasien mulai berdatangan, Peter punya kesempatan untuk duduk bersama Peter. Mereka berbincang cukup lama seperti cucu dan kakek. Peter senang berbagi banyak hal dengan David ketika percakapan tidak dibumbui manuver politik. “Saya kan sudah pensiun,” ucap David sambil meminum teh. Peter ingat dulu David adalah seorang peminum berat, pagi hari dia sudah minum beberapa cangkir vodka untuk memulai harinya yang rumit. Mereka mulai bernostalgia. Mulai dari Peter menerima topeng putih dari David, mengajari cara menggunakannya, hingga dididik untuk dijadikan sebagai panutan agar moral masyarakat naik. “Aku tidak tahu banyak tentangmu. Maukah kau bercerita sedikit tentang asal topeng putih ini?” Peter mengulang kembali pertanyaan saat pertama menerima topeng itu. Delapan tahun tepat sebelum duel pertama dengan Ryou. David belum menjawabnya dan kali ini Peter meminta penjelasan.
Sebelum mengatakan asal muasal topeng itu, David meminta Peter untuk merahasiakannya dari Ryou, “Salah satu latihan menuju kegelapan yang terkuat adalah mencari asal topeng Simphony, jadi tolong bantu Ryou dengan merahasiakan jawabannya.” Peter setuju dan berjanji. David memulai ceritanya jauh sebelum Peter lahir. Ada tiga agen rahasia yang paling mematikan di awal era munculnya Undernity-Movement. Salah satunya adalah David. Dia dan dua agen lainnya sedang menjalankan operasi untuk mengungkap misteri enam artefak langka yang sedang dicari Undernity-Movement di negara cikal bakal sihir bernama Zorozirgardean. Saat itu David berhasil menggagalkan rencana Undernity-Movement yang ingin memanggil raja dari segala iblis bernama Sargeras menggunakan kekuatan enam artefak itu. Namun entah mengapa pikiran David serasa dikendalikan ketika melihat cahaya putih yang bersinar terang dari artefak berbentuk topeng putih. Diam-diam David membawa pulang topeng itu ke Kuzech. “Saya tidak menyesal,” Topeng itu membantu David menyelesaikan penyelidikan dengan gampang. Selain itu hatinya juga jadi lebih tenteram. Suatu ketika Luoja turun memberikan berkatnya, tetapi David gagal mendapatkan persetujuannya dan tak merasakan kekuatan Tuhan secara utuh. Setelah kejadian itu David memutuskan untuk mencari penerus, seorang yang jauh lebih baik darinya, “Saya memilih Anda karena kemurahan hati dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.”
Peter tidak serta merta tersanjung, dia masih membayangkan detik-detik dirinya merasakan kekuatan Tuhan yang turun dari langit. “Apa rasanya?” tanya Peter. “Menghanyutkan,” lugas David menjawab. Peter bertanya lagi jika topeng itu diincar oleh Undernity-Movement berarti topeng itu memiliki sihir seperti kekuatan artefak lainnya. “Belum lama ini Anita menembakku dengan gelombang zonosphere, aku merasakan sakit seperti seorang penyihir. Kau tahu sesuatu?” David tersenyum, dia menyarankan Peter untuk berkonsultasi pada Asha. “Anda punya seorang yang bisa diandalkan, mintalah bantuannya.”
Sudah hampir waktunya istirahat siang. Asha sibuk bercermin ketika melayani pasien terakhir. Dia mengeluarkan kotak make up sebesar kotak perkakas bengkel. Pasiennya sempat kaget melihat banyak pisau dan gunting di kotak itu, dia bertanya untuk apa. Sastry tertawa centil, “Ini untuk orang yang tidak bisa menjaga mata.” Si pasien langsung berkedip melepaskan pandangannya dari barang Asha. Pasien sudah habis dan tengah hari telah tiba. Asha langsung berlari ke ruangannya sambil melepas pakaiannya. David tersenyum melihatnya, Asha langsung keluar ruangan menampakkan muka, “Mata keranjang!” David melirik Peter, langsung Peter meminta maaf karena kelakuan Asha yang sembrono.
David sempat melongo ketika Asha memeluk tangan Peter. Saat berdekatan, sekilas keduanya mirip. Asha dan Peter sama-sama berkulit putih, tinggi mereka di atas rata-rata, tubuh yang indah, paras yang menawan, dan memiliki warna rambut pirang yang tak jauh berbeda. “Senangnya...” David tersenyum. “Jaga klinik ya pak tua, aku mau jalan-jalan,” kata Asha mendayu. Baru dua langkah, Peter kedapatan panggilan dari Anita, nada bicaranya serius seperti ada masalah. Asha langsung merebut ponsel Peter, “Peter sedang sibuk! Telepon yang lain ya, sayang.” Teleponnya langsung ditutup, Asha simpan ponsel itu ke dalam belahan dadanya yang besar di balik baju model bardot top, “Siang ini, kau hanya milikku seorang.” Peter mengalah, selain itu dia juga sudah berjanji.
Sebelumnya Anita sudah berdiskusi dengan Ryou dan Tenacity. Mereka ingin memberitahu Peter kalau ada seorang yang meniru Tenacity. Ryou melihatnya bersama Jason di teater, tetapi saat di konfirmasi Tenacity membantah bertemu dengan Jason. Sebagai bukti, Tenacity membantu Ryou untuk bernegosiasi dengan Jason di parkiran supermarket. Lalu Ryou juga menemukan Picilla imitasi setelah mengecek mayat di reruntuhan supermarket, “Kemungkinan akan ada banyak imitasi lainnya, kita harus waspada.” Setelah itu mereka berdiskusi sedikit tentang energi sihir. Tenacity dicoba dipaparkan gelombang zonosphere dan dia tidak merasakan apa pun. Malah Tenacity ingin memiliki tembakan zonosphere tertanam di tubuhnya, “Untuk antisipasi ya eh?” Anita tak mengizinkannya karena tembakan zonosphere itu inventaris kantor. Tenacity pergi menilai dia tak kan mendapatkan tembakan zonosphere secara gratis. Anita jadi lebih leluasa untuk membicarakan soal keadaan Peter. Dia meminta saran apakah Anita harus membongkar rahasia Asha.
Anita gelisah memainkan jari, “Siang ini dia ada kencan dengan tuan Miracle, aku takut mengecewakannya.”
Ryou berpikir sejenak. Sudah banyak sekali Ryou mengecewakan orang, “Relakah dirimu menanggung beban yang bukan urusanmu?”
“Hanya saja...”
Menurut Anita, Asha adalah sorang yang simpel namun rumit. Senyum centilnya dan kegenitannya memang sering membuat orang memandang sebelah mata. Tetapi sebenarnya Asha sangat perhatian dengan orang lain. Sering kali Asha memberikan kesempatan pada Anita untuk menyatakan perasaannya pada Peter, namun Anita tak sanggup. Asha sempat menasihati Anita untuk tidak terlalu formal dengan Peter namun rasa hormatnya pada pahlawan pujaan hati membuat mental Anita kecil ketika berbicara. Anita hanya seorang asisten, sedangkan Peter adalah panutan masyarakat. Dia tak bisa membayangkan Peter akan menganggapnya lebih dari sekedar pembantu.
Hati Ryou agak terketuk melihat Anita berkali-kali murung membahas Peter. Dia berusaha untuk acuh namun akhirnya kalah, “Kalau kau sanggup memikul beban itu sendiri, tak apa kau diam.” Mengecewakan orang lain memang berat. Hati pasti sakit melihat betapa sedihnya kehilangan asa di wajah seorang yang berharap. Ryou tahu itu, merasakannya berkali-kali sampai akhirnya jatuh tak mampu berdiri, “Keputusannya hanya kau yang tahu.”
Asha merupakan wanita yang suka dengan budaya. Dia tak pernah menyukai gaya hidup modern seperti makan di restoran mahal atau belanja barang-barang mewah. Faktanya semua pakaian Asha asli produk tradisional Zorozirgardean. Seluruh mata di taman kota Hefei tertuju padanya karena pakaiannya yang unik. Bau rumput dan serbuk sari yang terbawa angin lebih disukainya. Berbaring di tanah berguling dan tertawa merupakan favorit Asha. Peter senang ketika sifat alami Asha muncul. Dia menikmati tiap detik yang dilalui. Sudah setahun hubungan mereka ambigu, tidak ada kepastian namun ada rasa. Melihat senyum Asha, Peter menjadi lebih mengerti tentang arti menjadi pahlawan. Untuk dapat membahagiakan Asha, Peter harus berjuang lebih gigih lagi sampai tidak ada kekacauan di sudut terkecil Kuzech.
Waktu melintas cepat, dua jam mereka bersama. Dalam perjalanan menuju kedai es krim keduanya bertemu Anita yang mengantungi pistol zonosphere. “Apa kabar kalian berdua?” Anita pertama bertanya.
Asha merogoh ponsel Peter di dadanya. Anita melotot menyangka dia memamerkan bentuk tubuh seksi di depannya. Asha tersenyum kemudian memberikan ponsel itu ke Peter, “Baiklah, kurasa hari ini cukup. Lagi pula tak baik bagiku menelantarkan pasien.” Dia pergi untuk memberi Anita kesempatan.
Anita tadinya hendak menembak Asha dengan gelombang zonosphere di depan Peter untuk mengungkap siapa Asha. Namun ketika sisi rumit Asha muncul, Anita tak mampu berbuat apa-apa. Dia habis kata untuk mendeskripsikan sifat Asha yang misterius.
“Ada apa?” tanya Peter. Anita ketahuan melamun lagi.
“Umm tidak.” Sambil memandangi Asha dari jauh Anita berpikir, “Kau menahannya kan? Kau selalu memberiku kesempatan agar aku bisa mengungkapkan perasaanku. Iya kan?”
Anita menyampaikan hasil diskusi tadi pada Peter di kedai es krim. Dia ingin Peter berhati-hati karena akan ada banyak orang bertingkah aneh mulai ke depan. Anita telah mendapatkan data produksi Chimera Tech, mereka bisa meniru wajah orang dan memasangnya di cyborg. “Ada yang membocorkan database penduduk pada Chimera Tech. Saya masih mencari pelakunya.” Tanpa basa basi dia membicarakan soal pekerjaan. Dia juga memperingati soal kemunculan Elementalist. Topeng angin milik Teuron kini dipegang oleh Peter, kemungkinan besar orang yang menyerang apartemen Peter semalam adalah dia, “Tolong jaga nona Asha dan tuan Silva.” Anita khawatir klinik Asha menjadi korban jika Peter tidak waspada. Pikiran Peter belum fokus mendengar penjelasan Anita, dia malah memikirkan nama keluarga Asha, “Tadi kau bilang nona Asha, apa kau tidak tahu nama belakangnya?” Anita makin gugup. Dia tak biasa berduaan dengan Peter selain di kantor, ditambah lagi pertanyaan mendadak itu. Gelisah takut Peter bertanya yang macam-macam. Peter sendiri hanya tahu nama depan Asha, dia juga tak tahu banyak tentang Asha secara detail karena Asha seorang yang amat tertutup. Peter meminta Anita mencari nama belakangnya karena akan sangat tidak sopan jika Peter baru bertanya padanya sekarang. Anita tak bisa mengungkapkannya sekarang, dia tak mau Peter tahu kalau Asha adalah seorang dokter ilegal yang namanya tidak terdaftar di ikatan kedokteran mana pun. Data diri Asha tidak ditemukan bahkan di database pemerintah Zorozirgardean. Tak ada nomor KTP, tak ada tanggal lahir, bahkan tak ada nama yang sesuai dengan wajah Asha. “Umm... nanti saya carikan.” Anita langsung pamit pergi takut Peter bertanya lebih jauh.