ES BALOK

1381 Kata
Bukannya menjawab, Devan malah berdehem dan menghempas tangan Anggun agar manjauh darinya. "Jangan sentuh aku. " Sentak Devan tak suka. Anggun memanyunkan bibirnya seraya kembali ke posisi duduknya semula. "Ye..., gue kan' cuma nanya aja! Nggak usah pake ngedrama gitu juga 'kali jawabnya! " Gerutu Anggun tanpa mengetahui jika Devan sedang menahan sesuatu yang mulai berdenyut di bawah sana. Sial!! Devan masih bungkam, tak menghiraukan gerutuan Anggun. Dia lebih memilih untuk menenangkan dirinya yang sudah mulai naik tegangan. Lantas Devan mencoba menghirup udara dalam dalam guna menurunkan sesuatu yang membuatnya merasa nyeri tiba tiba. Devan menghirup udara dari hidung lalu kemudian menghembuskannya melalui mulut. Anggun yang menyaksikan itu jadi merasa heran. "Lo kenapa sih? " Tanyanya lagi penasaran. Bukannya menjawab, Devan tiba tiba menepikan mobilnya. "Apa lagi ini? Perasaan gue nggak nyinggung dia deh! " Batin Anggun mulai takut jika Devan akan menurunkan nya lagi sekarang layaknya sebuah drama Korea yang sering dia tonton. Tapi dugaan Anggun sepertinya salah. Devan melepaskan jas yang dia kenakan kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu dari sana lalu meletakkan jasnya di atas pangkuan Anggun guna menutupi paha yang membuat naluri kelelakiannya bergejolak. "Eh... " Anggun terkejut sesaat. Mencoba mencerna maksud dari sikap Devan padanya kali ini. Dia berpikir sejenak, dan mulai paham sekarang. Jadi Devan sedari tadi diam diam sedang menahan sesuatu yang menyiksa hingga wajahnya hingga merah bak kepiting rebus? Anggun lantas terkikik pelan. Sedangkan Devan kembali menjalankan mobilnya. Anggun berdehem sebelum berujar. "Jangan bilang kalo dari tadi ampere lo naik gara gara liatin paha mulus gue? "Ledek Anggun tanpa dosa sambil terkekeh pelan. "Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan! " Salak Devan ingin berkelit dari tuduhan yang Anggun lontarkan sambil fokus menyetir. Anggun mencebik seraya mengibaskan sebelah tangannya. "Halah... Sok sok an jadi cowok polos. " Cibirnya lagi. Devan tak menggubris sama sekali ucapan Anggun yang sialnya memang benar. Dia malu sekaligus jengkel karena ketauan oleh Anggun. Dasar cewek bar bar! "Gue nggak nyangka, ternyata cowok dingin kaya lo bisa sang* juga cuma gara gara liat paha cewek. " Ujarnya lagi sambil kembali terkikik geli. "Baru liat paha gue aja udah tegang, apalagi liat tok*t gue. Bisa mimisan kali lo. " Tambahnya lagi tak merasa malu sedikitpun . Bukan main.... Devan menoleh, memberi pelototan mata pada Anggun. Seakan memberitahu Anggun untuk diam. "Sekali lagi kamu bicara omong kosong aku tak akan segan segan melemparmu keluar kali ini. " Ancam Devan. "Oke deh Oke.... Gue diem! " Balas Anggun memberikan gerakan tangan di depan bibirnya layaknya menutup resleting. Devan kembali fokus pada setirnya. Mencoba mengabaikan Anggun yang masih saja terkikik diam diam sambil melihat keluar jendela karena takut Devan akan memergokinya dan justru menjadi benar benar marah lagi padanya. "Kenapa juga aku tadi bisa b*******h hanya melihat pahanya? Dan kenapa juga aku harus repot repot mengantarkan cewek bar bar ini untuk pulang? Seharusnya tadi aku tinggalkan saja dia. Jadi sekarang aku tidak tersiksa seperti ini. Tuhan.... sebenarnya ini suatu keberuntungan atau ujian? " Devan merutuki nasibnya sendiri. Devan masih enggan untuk buka suara lagi setelah kejadian terkutuk tadi menimpanya. Sedangkan Anggun masih terkekeh sendiri hingga beberapa kali tiap kali mengingat ekspresi wajah Devan. Muka merah bak kepiting rebus serta keringat yang tiba tiba mengucur walaupun AC didalam mobil sudah dinyalakan. Benar benar pemandangan yang seru bagi Anggun. Seakan merasa puas melihat Devan yang tengah kesakitan karena itung itung dia akhirnya bisa balas dendam pada Devan. Rasain!! Emang enak?? "Rumahmu di sebelah mana? " Tanya Devan ketika mobilnya sudah memasuki kompleks perumahan tempat tinggal Anggun. "Lo tau semua tentang gue, sampe kebiasaan buruk gue. Tapi kok rumah gue lo nggak tau? " Anggun malah menjawab dengan pertanyaan yang terdengar mengejek bagi Devan. "Jangan banyak bicara lagi. Katakan saja dimana letak persis rumahmu kalo kamu tidak ingin aku menurunkan kamu disini! " "Ngancem terooos.... " Seru Anggun menyindir membuat Devan kembali menatapnya dengan sorotan membunuh. "Lurus aja, dikit lagi sampe kok. '' jawabnya mulai takut seraya menunjuk jalan di depan sana. Devan terus menjalankan mobilnya sesuai intruksi dari Anggun, hingga akhirnya mobilnya sampai tepat di depan gerbang rumah Anggun. " Huh.... Akhirnya nyampe rumah juga. " Ucap Anggun lega seraya melepas seatbelt nya dan nyelonong keluar dan langsung membanting pintu penumpang. Dengan cepat Devan menurunkan kaca jendela. "Apakah kamu tidak bisa mengucapkan terimakasih padaku? " Sindir Devan sambil melongok keluar dimana Anggun yang tadinya hendak melangkah masuk menjadi menghentikan langkahnya mendengar ucapan Devan. Dasar Anggun tak tau terima gaji, Eh salah... Tak tau terimakasih maksudnya!!! "Hehe...gue lupa. " Jawab Anggun sambil cengengesan. Kenapa dia bisa lupa sih? Anggun pun membungkukkan badannya dan melongok melalui jendela penumpang yang terbuka seraya berteduh dengan jas Devan yang masih di pegangnya karena walaupun hujan sudah reda, namun masih ada titik titik gerimis yang turun. "Makasi ya, nama lo siapa tadi? Lupa gue. " Ujar Anggun tanpa dosa, membuat Devan geleng kepala sambil menghela nafas panjang. Bagaimana bisa dia di pertemukan dengan cewek macam Anggun ini, setelah di tolong dan tak mengucapkan terimakasih jika tidak dia ingatkan. Dan sekarang justru lupa akan nama orang yang menolongnya. Bukan main.... Devan tak menjawab, dia tertunduk seraya memijit pelipisnya. Ini adalah malam yang sangat menyiksa baginya. Anggun terlihat masih berpikir, hingga dia kembali buka suara. "Oh iya,Devan. " Ucapnya tiba tiba. Sepertinya Anggun sudah ingat. "Makasi ya tuan Devan yang ganteng tapi dinginnya kaya es balok, karena sudah mengantarkan hamba, Anggun yang cantiknya sejagat raya ini sampe di istana hamba. " Cerocos Anggun sambil tersenyum paksa. Kemudian dia kembali menegakkan badannya, menunggu Devan pergi terlebih dulu sebelum melangkah masuk kerumahnya. Namun beberapa detik menunggu, Devan tak kunjung menjalankan mobilnya, membuat Anggun garuk kepala heran. "Kok masih belum jalan? " Beo Anggun yang masih bisa di dengar Devan. Anggun berpikir mungkin ada sesuatu yang terlupa. Hingga dia menyadari jika sesuatu yang dia gunakan untuk memayungi kepalanya itu adalah milik Devan. Anggun paham sekarang. "Oh, lo pasti nungguin ja___" "Pake saja dan masuklah! Lain kali aku pasti akan mampir. " Potong Devan cepat ketika Anggun hendak memberikan jasnya. "Dih, ni orang nggak lagi halu kan ya? Kapan gue pernah nawarin dia mampir, coba? Dasar aneh! " Batin Anggun meringis. "Oke, hati hati ya tuan Devan... "_semoga kita tidak bertemu lagi di lain waktu. Males banget gue kalo harus ketemu lo dan ujung ujungnya kena ancem dan hinaan terus dari lo! Lanjut Anggun dalam hati. " Baiklah, kalo begitu aku pergi dulu. " Pamit Devan. "Oke, hati hati di jalan.... " Balas Anggun seraya berdadah ria. ??? Anggun baru saja selesai membersihkan diri. Dia keluar dari kamar mandi masih dengan memakai handuk kimono dan juga handuk yang bertengger dikepalanya menutupi rambutnya yang basah. " Huuuh...segarnya..." Anggun menghempas tubuhnya di kasur empuk kesayangannya dengan gambar hello kitty itu. Ini adalah hari yang cukup melelahkan untuknya, bertemu dengan Devan, mendapat hinaan dan ancaman dari lelaki itu. Bahkan hingga dia di turunkan di tengah jalan oleh Devan. Benar benar melelahkan dan cukup menguras emosi. Anggun mengelus elus kasurnya karena terasa sangat nyaman. "Akhirnya,setelah melewati malam yang melelahkan dan menyiksa kesabaran gue. Gue bisa bebas dari es balok pengawet ikan itu. " Ujarnya lega seraya menghela nafas panjang. Anggun kemudian bangkit, dia melepas handuk di kepalanya dan melangkah ke arah meja riasnya sambil menggosok pelan rambutnya yang masih basah dengan handuk tadi. "Eh, gue kayanya harus nelpon Amel deh. Tadi kan di mobil gue belum selese ngomong sama dia. Gue coba telpon tu anak deh. " Monolognya dan mulai mencari ponselnya. "Hape gue dimana ya? " Anggun sibuk mencari cari cari ponselnya namun belum juga menemukannya. Dia sudah mencari di berbagai penjuru di dalam kamarnya. "Hape.... Oh hape.... Dimanakah dikau berada? " Panggil Anggun pada benda yang tak bernyawa itu. Perasaan gue nggak pernah ngeluarin hape gue deh semenjak pulang tadi. " Anggun mencoba mengingat ingat kembali dimana dia meletakkan ponselnya sambil memijit dagunya. Seingatnya, dia tidak pernah mengotak atik ponselnya lagi setelah mendapatkan panggilan dari Amel saat berada di dalam mobil tadi. Dan betapa terkejutnya dia ketika baru mengingat jika ternyata hapenya itu ternyata direbut oleh Devan waktu dia mengangkat panggilan dari Amel lalu kemudian Devan memasukkan hapenya ke dalam saku jasnya. Namun ketika membuka jasnya, Devan mengeluarkan ponsel Anggun dan meletakkannya di dashboard mobilnya. Itu artinya,sekarang ponselnya tertinggal di mobil lelaki dingin itu. Anggun menepuk jidatnya dengan mata membelalak. "Mampus! Hape gue kebawa sama si es balok. "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN