Dylan menyadari jika hari sudah memasuki sore hari. Tidak terasa, hari ini akan berlalu dengan cepat. Bahkan, mereka belum sampai ke basecamp.
“Hari sudah mulai sore lagi. Tidak terasa hari ini berlalu dengan cepat,” ucap Dylan sambil mengamati sore hari yang cerah itu.
Mereka semua mengikuti gerakan Dylan. Menatap ke atas dan merasakan setiap hembusan angina sore mengenai tubuh mereka.
“Iya. Hampir tiga hari kita berada di sini. Dan…hampir tiga hari juga Nick menghilang.”
Ucapan Thomas menimbulkan kesedihan di raut wajah mereka. Hampir tiga hari mereka hidup di hutan bersama-sama tanpa adanya Nicholas. Bahkan, mereka belum bisa menemukan jejak-jejak keberadaan Nicholas.
“Nick apa kabar, ya? Apakah tiga hari ini dia makan dan minum? Apakah dia baik-baik saja?”
“Tentu, Chan. Aku yakin, Nick adalah orang yang kuat dan memiliki semangat hidup yang tinggi. Pasti dia akan baik-baik saja.”
Mereka terdiam dan menikmati suara kicauan burung yang melintas di atas mereka. Pikiran mereka berjalan kemanapun pikirannya pergi. Entah masalah apa yang akan mereka hadapi setelah ini. Dan, entah berapa lama mereka akan keluar dari hutan ini. Entah kapan juga mereka akan menemukan Nicholas.
Tiba-tiba, dalam kesunyian, ada bunyi suara perut salah satu dari mereka. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara itu.
“Kau lapar?”
Thomas meringis. Ya, itu suara perut milik Thomas. Thomas dan yang lain tidak memakan apapun semenjak pagi tadi. Ia merasa sangat lapar saat ini.
Gabriella memeriksa sesuatu di dalam tasnya. Cadangan makanan mulai menipis. Hanya cukup untuk bertahan dua hari. Itupun mereka harus menghemat supaya cukup untuk dua hari. Gabriella memberikan sebuah biskuit kepada Thomas. “Makanlah ini, Tommy.”
Thomas yang menyadari jika persediaan makanan mereka mulai menipis pun akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan biskuit itu kepada Gabriella. “Tidak usah. Kalian semua juga belum makan, bukan? Aku akan makan jika kalian ikut makan.”
“Tidak, Tommy. Kau lapar, makanlah.”
Thomas tetap menolak menerima biskuit itu. “Tidak. Aku akan makan nanti saja.”
“Baiklah.”
Samuel mengerti keadaan kali ini. “Makanan kita sudah hampir habis. Lebih baik kita saat ini juga harus kembali ke basecamp. Jika tidak, kita akan mati kelaparan di sini.”
“Baiklah, Sam.”
Mereka bangkit dari tempat duduk mereka. Mereka mengemasi barang-barang mereka yang sebelumnya mereka keluarkan, seperti air minum, obat-obatan, dan lain sebagainya. Mereka menggendong tas mereka, yang semula terasa berat hingga terasa ringan karena karena perbekalan mereka hanya tersisa sedikit saja.
Samuel yang memimpin perjalanan ini. Ia berada di depan, disusul oleh Gabriella, Elizabeth, Kimberly, Thomas, Chan, dan yang paling belakang Dylan. Keadaan Elizabeth sudah membaik. Ia hanya terluka ringan sehingga tidak membutuhkan perawatan yang lebih intens. Sedangkan Thomas, kakinya sudah tidak terasa nyeri seperti sebelumnya. Sekarang, ia bisa berjalan sendiri tanpa memerlukan bantuan dari Chan dan Dylan.
Mereka berjalan dengan hati-hati dan fokus kali ini. Mereka tidak ingin kejadian yang menimpa Thomas dan Elizabeth terulang kembali. Kali ini, mereka harus selamat sampai basecamp tanpa adanya hambatan dan rintangan. Setelah itu, mereka akan melakukan rencana, yaitu mendatangi rumah Nicholas dan mengatakan kepada keluarganya jika Nicholas mengilang. Setelah itu, mereka akan membahas rencana berikutnya. Semoga saja, rencana kali ini dapat berjalan dengan baik. Sehingga, semuanya akan kembali normal dan Nicholas segera diemukan.
***
Matahari kali ini sudah benar-benar tenggelam. Sore hari berganti menjadi petang. Petang berubah menjadi malam hari. Rasa lelah dan rasa lapar menyerang mereka. Mereka tadi sempat beristirahat sebentar sambil memakan biskuit yang sebelumnya ditawarkan oleh Gabriella kepada Thomas. Biskuit ini tidak terlalu mengenyangkan bagi mereka. Namun, setidaknya, rasa lapar mereka teratasi meskipun sedikit.
Sebentar lagi. Sebentar lagi mereka akan sampai ke basecamp yang mereka maksud. Mereka telah keluar dari hutan yang dalam. Dari kejauhan, mereka sudah dapat melihat area perkemahan mereka sebelumnya. Hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai ke area perkemahan itu.
Dan pada akhirnya…mereka telah sampai di basecamp mereka. Tempat mereka mendirikan tenda. Mereka langsung terkapar tidur di atas tanah.
“Akhirnya, sampai juga. Aku lelah sekali,” ucap Dylan.
Kimberly menatap ke Dylan. “Sama, aku juga.” Ia langsung menirukan Dylan, tidur di atas tanah dan memandangi langit.
Bulan dan bintang tampak bersinar dengan terang. Ini sudah larut malam. Bulan dan bintang yang bertebaran di langit terlihat seperti sebuah lukisan karena terlalu indah untuk dipandang.
“Aku ingin tidur.”
“Baiklah, mari kita dirikan tenda di sini. Lalu, setelah itu, kita akan tidur. Besok, kita harus menjalankan rencana kita.”
Beberapa dari mereka nampaknya lupa dengan rencana yang akan mereka lakukan.
“Rencana apa, Sam?” tanya Thomas.
“Iya, rencana apa?” tambah Gabriella.
Samuel paham, keadaan beberapa waktu terakhir membuat mereka merasa khawatir hingga mudah lupa terhadap suatu hal. Bahkan, Samuel hampir lupa dengan rencana yang sudah ia buat sebelumnnya. Butuh waktu lama bagi Samuel untk mengingat rencananya itu. Untung saja, saat hendak sampai di sini, ia sudah mengingatnya kembali. “Besok kita akan ke rumah Nick. kita harus mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada keluarga Nick. Sebelumnya, kita sudah sepakat akan hal ini. Jadi, persiapkan mental kalian baik-baik. Karena entah apa yang akan terjadi besok.”
Perkataan Samuel menimbulkan kekhawatiran bagi mereka. Mereka takut jika keluarga Nicholas tidak terima karena anak mereka menghilang. Dan buruknya lagi, mereka belum menemukan secuil jejak dari Nicholas.
Samuel menamati satu persatu teman-temannya. Mereka pasti khawatir dengan apa yang akan terjadi esok hari. Bahkan, perasaan Samuel saat ini sangat tidak tenang. Ia takut jika ia dan teman-temannya akan dibawa ke jalur hukum karena telah menghilangkan Nicholas.
“Kalian tidak perlu khawatir. Percaya padaku, besok akan baik-baik saja. Aku yang akan mengatakan segalanya kepada mereka. Kalian hanya perlu datang bersamaku dan menemaniku di rumah Nick,” ucap Samuel dengan maksud menenangkan hati mereka.
“Bagaimana jika mereka tidak terima akan hal ini, Sam?” tanya Chan.
“Ya, pasti mereka tidak akan terima hal ini. Namun, kita harus memastikan kepada mereka jika kita akan menemukan Nick.”
“Apakah kita akan meminta bantuan dari pihak yang berwenang?”
Samuel menjawab, “Untuk itu, aku akan menyerahkan saja kepada orangtua Nick. Beberapa orang tidak mau melaporkan suatu kejadian kepada pihak yang berwenang karena terlalu rumit prosedurnya dan beberapa ada yang tidak percaya dengan pihak-pihak seperti itu. Namun, jika mereka akan melaporkan kepada pihak yang terkait, kita tentu tidak bisa melarang mereka. Kita semua bisa menjadi tersangka dalam kasus ini. Karena, terakhir kali Nick menghilang saat sedang berada di tengah-tengah kita.”
Mereka semakin khawatir saat Samuel mengatakan jika mereka akan menjadi tersangka jika orangtua Nicholas melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwenang.
“Akankah kita dipenjara, Sam?” Elizabeth merasa takut jika dirinya di penjara. Entah apa kata orang-orang jika mengetahui Nicholas menghilang karena mereka.
“Jangan…jangan sampai kita di penjara.”
“Tidak, aku tidak mau di penjara.”
“Sam, kita tidak perlu mendatangi rumah Nick. Kita akan memecahkan masalah ini bersama-sama. Aku sama sekali tidak ingin masuk ke penjara. Itu akan membuatku terlihat buruk,” pinta Thomas.
Sayangnya, Samuel tidak menuruti permintaan dari Thomas itu. “Tidak. Kita harus memberi tahu yang sebenarnya besok. Baik atau buruknya kita akan hadapi bersama. Kalian pikir aku mau di penjara? Tentu saja tidak. Namun, kita tidak bisa melakukan ini tanpa adanya orang yang lebih professional dalam memecahkan masalah seperti ini,” Samuel menatap teman-temannya. Mereka yang merasa ditatap Samuel menjadi sedikit takut jika Samuel akan marah. “Tidak bisakah kalian lihat, baru tiga hari kita mencari Nick, masalah selalu saja datang. Mulai dari kecerobohan kita, hingga perdebatan di antara kita. Aku yakin, keluarga Nick nanti akan memutuskan sesuatu yang terbaik bagi semuanya. Kita tidak mungkin akan di penjara begitu saja. Percaya padaku.”
Mereka terdiam dan mencerna setiap perkataan yang diucapkan oleh Samuel. Mereka percaya dengan setiap perkataan Samuel. Selama ini, apa yang diucapkan Samuel selalu benar. Maka dari itu, mereka yakin jika mereka akan baik-baik saja.
“Baiklah, Sam, aku percaya padamu. Tapi, aku mohon padamu, tolong yakinkan keluarga Nick untuk tidak menjadikan kita seorang tersangka atas hilangnya Nick.” Gabriella sangat takut jika dirinya terlibat dengan permasalahan hukum. Hal itu dikarenakan, keluarga merupakan orang terpandang di kota ini. Orangtuanya akan sangat marah kepada dirinya jika Gabriella benar-benar di penjara. Citra keluarga mereka akan menjadi buruk di mata masyarakat. Sebenarnya, Gabriella tidak mempermasalahkan jika dirinya dan teman-temannya terkena masalah hukum nantinya. Yang ia permasalahkan saat ini adalah orangtuanya. Gabriella tidak ingin membuat kedua orangtuanya merasa kecewa terhadap Gabriella.
“Tenang saja, Gab. Aku sangat kenal dengan keluarga Nick. Mereka sudah mengenalku dan mengenal kalian semua. Aku yakin, pasti mereka juga akan memahami ini. Seperti faktanya, Nick yang menginginkan untuk pergi sendiri ke gudang itu. Bahkan, saat Chan menawari bantuan, ia tetap menolaknya. Yang terpenting adalah kita harus mengatakan sejujurnya kepada kedua orangtua Nick. Jangan sampai kita berbohong. Aku baru menyadari suatu hal, kita terkena masalah sat mencari Nick karena kita telah berbohong dan menutupi masalah ini dari keluarga Nick. Maka dari itu, yang kita dapati kemarin hingga hari ini hanya kesialan saja.”
Mereka mengerti dan paham dengan semua yang dikatakan Samuel. Perkataan Samuel itu benar. Mereka terlalu banyak berbohong dan menyembunyikan hal seperti ini dari orangtua mereka dan orangtua Nicholas.
“Baiklah, kalau begitu, kita dirikan tenda lalu bergegas tidur.”
Kimberly merasa tidak tega melihat teman-temannya yang tidur kurang nyaman beberapa hari ini. Maka dari itu, Kimberly menawarkan sesuatu kepada mereka. “Bagaimana, kalau kalian tidur saja di rumahku. Orangtuaku saat ini pasti belum pulang dari luar kota.”
“Apakah kau serius, Kim?”
“Ya, tentu saja. Kita bisa membersihkan diri terlebih dahulu, dan kita akan tidur di rumahku. Namun, sepertinya, kita harus tidur di ruang keluarga. Kamar tamu di rumahku belum direnovasi oleh ayahku. Apa kalian tidak keberatan?”
Mendengar tawaran dari Kimberly untuk tidur di rumahnya saja sudah membuat mereka bahagia. Mereka sangat ingin membersihkan diri, lalu tertidur di atas kasur.
“Tidak masalah bagiku.”
“Tidak apa, Kim. Justru, aku sangat berterimakasih atas tawaranmu ini.”
“Terimakasih banyak, Kim. Aku sangat ingin tidur di atas kasur saat ini.”
“Baiklah, mari kita ke rumahku.”
Mereka berbondong-bondong berjalan menuju rumah Kim. Pada saat melewati gudang, gudang itu masih terbuka. Chan melirik ke dalam gudang itu. Ia melihat sekilas ke dalam gudang dan menemukan sesuatu yang aneh. Entahlah, ia tidak yakin dengan apa yang ia lihat, namun, menurutnya ada sesuatu yang mencurigakan.
***
To be continued