“s**t….” umpat Kimberly.
“Kim! Apa yang kau lakukan?!”
Kimberly tidak habis pikir dengan tindakannya baru saja. Ia mendorong temannya hingga terjatuh ke dalam jurang. “Aku…aku tidak tahu…”
“Beth!”
Elizabeth tergeletak di bawah sana. Mereka yakin jika Elizabeth saat ini pingsan. Untung saja, jurang ini tidak terlalu dalam. Sehingga, mereka bisa turun dengan mudah. Namun tetap saja, saat Elizabeth terjatuh, banyak sekali ranting pohon dan kayu di bawah sana. Kemungkinan, ia terluka terkena ranting pohon atau kayu-kayu yang ada.
“Dylan, Chan, mari kita turun.”
Samuel, Dylan, dan Chan perlahan menuruni jurang itu. Sedangkan Gabriella dan Kimberly ada di atas.
“Kim, aku kenapa melakukan hal itu?”
“Aku tidak menyadarinya, Gab. Maafkan aku. Maafkan aku,” Kimberly menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka jika perbuatannya membahayakan nyawa sahabatnya itu.
Gabriella merasa marah dengan Kimberly. Meskipun Elizabeth sedang tidak sadarkan diri, seharusnya Kimberly tidak melakukan hal yang bisa mengancam nyawa Elizabeth. “Aku tahu kau kesal dengan perbuatan Beth, tapi kau tidak seharusnya mendorong Beth hingga jatuh ke dalam jurang! Lihat, hasil perbuatanmu itu menyengsarakan oranglain!”
Baru kali ini Kimberly dibentak oleh Gabriella. Ia mengakui kesalahannya. Dan ia seharusnya tidak melakukan itu.
“Gab, sudah jangan marahi Kimberly, Kimberly pasti tidak sengaja melakukan itu,” Thomas kini membela Kimberly. Menurutnya, apa yang dilakukan Kimberly memang salah, namun, ia melakukan itu karena ia melindungi dirinya sendiri.
“Tommy, tidak sengaja? Bukankah kau melihat kalau Kim sengaja melakukan itu? Apakah Kim tidak berpikir bagaimana resikonya?”
Mereka berdua saling berdebat. Sedangkan Kimberly, ia hanya bisa terdiam mendengarkan perdebatan mereka.
Emosi Thomas mulai menaik. “Sekarang posisikan dirimu di posisi Kim saat itu. Jika kau dipaksa memakan jamur itu, bukankah kau akan menolak dan melakukan berbagai cara supaya Beth tidak memaksamu lagi? Meskipun Kim sengaja, tetapi perbuatannya itu ia melakukannya untuk menjaga dirinya sendiri.”
Gabriella ikut emosi setelah mendengarkan ucapan Thomas. “Jadi, Kim itu egois? Dia melakukannya untuk dirinya sendiri tanpa tahu apa akibatnya?”
“Bisa saja Kim tidak menyadari jika ada jurang di dekatnya.”
Kimberly tidak tahan melihat perdebatan mereka. Ia merasa terpojokkan karena ucapan Gabriella. Ia merasa sangat bersalah. Tiba-tiba, Kimberly berlari meninggalkan mereka berdua.
“Kim…”
“Pergi kemana dia?”
Thomas hendak mengikuti arah berlarinya Kimberly. Namun, baru beberapa melangkah, kakinya merasa sangat nyeri dan ia terjatuh ke tanah. “s**t!”
Gabriella membantu Thomas untuk berdiri. “Kau, tidak apa?”
Thomas tidak membalas pertanyaan dari Gabriella. Justru ia memerintahkan Gabriella untuk mengejar Kimberly. “Cepat kejar Kim!”
Gabriella enggan mengejar perempuan itu. Ia merasa marah dengannya.
“Cepat kejar!” ujar Thomas.
Dengan langkah yang terpaksa, Gabriella mengejar kemana arah perginya Kimberly.
Sementara itu, Dylan, Samuel, dan Chan mulai mengangkat Elizabeth untuk meninggalkan jurang itu. Untung saja, saat menaiki lereng jurang ini tidak terlalu curam, sehingga mereka bisa mengangkat Elizabeth dengan sedikit mudah.
Mereka kini sudah sampai di tempat semua. Thomas menghampiri mereka dan langsung melihat kondisi Elizabeth. “Beth? Kau tidak apa-apa?”
“Sepertinya Beth pingsan karena terbentur kayu di bawah sana,” ucap Samuel.
Chan tiba-tiba menyadari suatu hal. “Di mana Kim dan Gaby?”
Samuel dan Dylan pun juga baru menyadari di mana Kimberly dan Gabriella. Mereka mencari dua perempuan itu.
“Tommy, di mana Kim dan Gaby?” tanya Samuel.
“Tadi mereka berdua debat mengenai kejadian ini. Lalu aku juga ikut berdebat. Dan, ya, Kim pergi begitu saja. Setelah itu, saat aku hendak mengejar Kim, aku terjatuh. Aku menyuruh Gaby untuk mengejar Kim. Tapi aku tidak tahu kenapa mereka belum balik juga,” jelas Thomas.
“Kenapa kau biarkan mereka berdebat? Dan kau juga, kenapa kau ikut berdebat?”
Thomas yakin jika mereka akan memarahi dirinya. Dan benar saja.
“Maafkan aku, aku hanya ingin membela Kim. Karena menurutku, itu tidak sepenuhnya kesalahan Kim.”
Samuel merasa benar-benar stress saat ini. Nicholas belum ditemukan, Elizabeth pingsan, dan sekarang Kimberly dan Gabriella entah pergi kemana.
“Masalah apalagi ini, Ya Tuhan.”
“Chan, kau ikut bersamaku. Mari kita cari Kim dan Gab. Tommy dan Dylan, kalian coba bangunkan Beth. Dan tolong, bersihkan lukanya juga.”
“Baik, Sam,” jawab Dylan.
“Kemana arah Kim dan Gaby pergi?” tanya Samuel kepada Thomas.
Thomas hanya menjawab dengan isyarat tangan yang mengarah ke sebelah timur.
“Ayo, Chan!” Samuel dan Chan kini berlari kearah timur. Di sepanjang perjalanan, mereka berdua memanngil nama Kimberly dan Gabriella. Namun, belum ada jawaban dari kedua perempuan itu.
“Kim…”
“Gaby…”
“Kim…Gaby…kalian di mana?”
Masih tidak ada balasan dari keduanya.
“Sam, kita berpencar saja. Kau kesana dan aku kearah sana. Nanti kita balik lagi ke sini dalam waktu lima belas menit. Bagaimana?”
“Baik, Chan. Aku setuju.”
Mereka mencari kearah yang sudah ditetapkan oleh Chan.
“Astaga, kemana perginya mereka,” ucap Samuel kepada dirinya sendiri.
Samuel mencari keberadaan Kimberly dan Gabriella namun tidak menemukan mereka juga. Ia melihat kearah jam tangan yang ada di tangan kirinya. Sudah lima belas menit. Ia harus kembali ke tempat di mana ia dan Chan berpisah.
“Sam, bagaimana?”
“Aku tidak menemukan mereka.”
“Ke mana perginya mereka, Ya Tuhan.”
Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara manusia.
“Chan? Apa kau mendengarnya?”
Chan mendengarkan baik-baik suara itu. “Ya, aku mendengarnya. Sepertinya, suara itu tidak jauh dari sini.”
“Aku berpikir demikian. Tapi, darimana suara itu berasal?” Samuel memperhatikan sekelilingnya. Di sini, seperti tidak ada manusia lain selain diirnya.
“Entahlah, Sam. Suara itu samar-samar, namun aku masih bisa mendengarnya.”
Samuel berinisiatif memanjat pohon yang ada di sampingnya. Ia bermaksud untuk melihat dari atas apakah ada orang di sekitar sini.
“Hati-hati, Sam!”
Perlahan namun pasti, Samuel sudah sampai di tengah-tengah pohon itu. Ia memfokuskan matanya untuk mencari apakah ada orang di sekitarnya.
“Chan, ada orang di sebelah sana!”
“Cepat turun, Sam!”
Saat hendak turun, sialnya, Samuel terpeleset dan terjatuh ke tanah. “AHH…SHIT!”
“Sam, kau tidak apa?”
Samuel berusaha berdiri dengan pelan-pelan. “Ya, aku baik-baik saja. Hanya saja, pantatku sakit sekali. Aduh…”
“Kenapa kau bisa terpeleset?”
Samuel masih sibuk mengelus bagian tubuhnya yang terasa sakit. “Pohon ini, licin sekali. Ditambah sepatuku tadi terkena lumpur. Jadi semakin licin.”
“Kau masih bisa berjalan?” tanya Chan memastikan keadaan Samuel.
“Ya. Kita langsung saja mendatangi orang yang kulihat tadi.”
Mereka mulai berjalan menuju tempat sumber suara itu.
***
Sudah setengah jam lamanya Elizabeth belum bangun juga dari pingsannya. Dylan sudah membersihkan dan mengobati luka Elizabeth. Namun, perempuan itu belum juga sadarkan diri.
“Kapan Beth akan sadar?” tanya Thomas.
Dylan menggeleng tidak tahu kapan perempuan itu akan sadar.
“Kenapa mereka mencari Kim dan Gaby lama sekali?”
“Entahlah, Tommy. Aku juga tidak tahu,” balas Dylan. “Aku takut jika mereka ikut menghilang seperti Nick.”
“Jangan katakan hal itu. Mereka pasti akan ditemukan.”
“Semoga saja. Kapan semua masalah ini akan berakhir?” Thomas merasa sudah tidak kuat dengan masalah-masalah yang terjadi selama dua hari belakangan ini. Masalah menimpa diri mereka satu persatu. Apalagi, Nicholas belum juga ditemukan keberadaannya.
“Ahh…”
Terdengar suara rintihan. Itu rintihan dari Elizabeth. Dylan dan Thomas pun semakin mendekat kearah Elizabeth.
“Beth, kau baik-baik saja?” tanya Dylan kepada Elizabeth.
Elizabeth mengedip-ngedipkan matanya. Ia merasa sangat pusing sekali. Dan pandangannya sedikit buram. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing sekali. “Aku…pusing sekali.”
Elizabeth mulail bangun dari posisi tidur menjadi posisi duduk. Ia dibantu oleh Dylan dan Thomas.
“Kemana yang lain?” tanya Elizabeth.
Namun, Dylan dan Thomas tidak merespons pertanyaan dari Elizabeth.
“Elizabeth melihat sekujur tubuhnya. Ia heran mengapa tangan dan kakinya penuh dengan perban. Tubuhnya juga terasa sangat sakit. “Kenapa…ada perban di tangan dan kakiku?”
Dylan membuka suara. “Kau tadi…terjadi ke dalam jurang.”
Elizabeth terkejut dengan perkataan dari Dylan. “Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?”
Dylan dan Thomas saling bertatapan satu sama lain. Sepertinya mereka enggan menceritakannya kepada Elizabeth.
“Kenapa?” tanya Elizabeth lagi.
Thomas menghembuskan nafasnya kasar. “Baiklah, aku akan cerita,” melihat reaksi dari Elizabeth yang begitu serius mendengar ucapan dari Thomas, Thomas pun melanjutkan ucapannya, “Kau tadi mabuk.”
Elizabeth terkejut dan bingung. “Mabuk? Bagaimana bisa? Aku tidak membawa minuman alkohol.”
Kni giliran Dylan yang menjelaskan kepada Elizabeth. “Iya, kau tidak minum alkohol, tapi kau memakan magic mushrooms, kan?”
“Magic mushrooms?” Elizabeth berusaha mengingat kilas balik beberapa waktu yang lagi. Ya, dia teringat. Pada saat perjalanan, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat. Pada saat beristirahat, Elizabeth duduk di dekat semak-semak. Di samping Elizabeth, ia melihat seperti ada sebuah jamur yang pernah ia lihat di sosial media. Elizabeth pernah membaca ulasan dari orang-orang di sosial media, mereka mengatakan jika jamur ini rasanya sangat enak. Karena penasaran, Elizabeth pun mengambil beberapa buah jamur itu. Pada saat melanjutkan perjalanan, ia merasa sangat lapar. Ia butuh camilan. Ia teringat jika tadi ia mengambil beberapa buah jamur. Pikirnya, jamur ini bisa dimakan secara langsung tanpa dimasak terlebih dahulu. Dan setelah itu, ia tidak teringat apa yang terjadi setelahnya.
Elizabeth merasa malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melakukan hal bodoh itu?
“Kau ingat?”
Elizabeth mengangguk. “Ya...aku ingat. Lalu…apa saja yang sudah aku lakukan? Aku tidak bisa mengingat semuanya setelah memakan jamur itu.”
“Mau aku ceritakan?” Thomas menawarkan dirinya untuk menceritakan kejadian yang dilakukan oleh Elizabeth. Tak lupa, Thomas menahan tawanya saat hendak menceritakannya kepada Elizabeth.
Elizabeth penasaran mengapa Thomas dan Dylan seperti menahan tawa mereka. Elizabeth merasa jika dirinya telah berbuat sesuatu yang konyol. “Kenapa kalian tertawa?”
Muka Elizabeth terlihat sangat bingung. Hal itu menimbulkan tawa di antara Thomas dan Dylan.
Elizabeth semakin penasaran dengan sikap mereka berdua. “Kalian ini kenapa? Apa yang sudah aku lakukan?”
Thomas masih saja tertawa terbahak-bahak. “Baiklah, aku akan cerita. Sepertinya, setelah ini kau akan meminta maaf sebesar-besarnya kepada seseorang.”
Elizabeth mengernyitkan dahinya. Apa maksud dari perkataan Thomas?
“Sudah siapkah kau mendengar cerita dariku?”
“Ya, aku sudah siap. Aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi, tolong berhentilah tertawa. Aku merasa, ada sesuatu yang konyol yang telah aku lakukan. Aku akan sangat malu dengan kalian bahkan dengan diriku sendiri.”
“Tidak apa, baiklah, aku akan bercerita,” Thomas mengetes suaranya sebelum mulai bercerita. Sedangkan, Dylan dan Elizabeth mereka mendengarkan setiap perkataan dari Thomas dengan seksama. “Jadi, saat kau tidak sadar, kau melakukan suatu hal, yaitu…”
***
To be continued