38 – Seekor Anjing Putih

1225 Kata
Setelah berjalan beberapa lama dengan berdampinganーtanpa berpegangan tangan tentunya, kami tiba di halaman, suasana mendadak berubah begitu saja. Kenapa bisa? Apa sebabnya? Tentu saja hal itu disebabkan oleh Meghan yang tiba-tiba saja memeluk tangan kanan Xendar. Aku tak merasa cemburu, tapi sedikitnya ada rasa tak suka dengan apa yang dia lakukan pada Xendar. Sangat menyebalkan. Lagi pula, untuk apa dia melakukan ini di depan mataku? Kurang kerjaan. “Hai, sepertinya kau sedang senggang. Temani aku yuk.” Dia bermanja-manja padanya, ia mengabaikan keberadaanku seolah aku adalah angin yang berembus di sekitar sana, meski aku tak ingin diakui dan bukan juga pacar Xendar, tapi ayolah, masa dia harus seperti itu di depan orang lain? Apalagi statusnya sudah jelas jika mereka bukan sepasang kekasih. “Hai, Meghan. Bagaimana kabarmu? Kau sudah baikkan?” Xendar menyapa sambil tersenyum, inilah yang selalu terjadi saat mereka bersama, Xendar selalu memperlakukannya dengan baik dan penuh perhatian. Mereka bahkan tampak seperti sepasang kekasih. Huh, dasar. “Aku merasa baik-baik saja jika berada di dekatmu.” Ia menjawab dengan wajah masih menyunggingkan senyuman manjanya. Dan aku mendadak terabaikan, bodohnya aku karena masih berada di sini. Uh yang benar saja, aku tak punya waktu untuk drama semacam ini. Meski kulihat Xendar tampaknya agak memaksakan diri untuk merespons Meghan, tapi apa bedanya? Ini hanya akan memperlambat saja. Tanpa pamit dan berkata apa-apa lagi, aku langsung melarikan diri dari mereka. Terserahlah mereka mau melakukan apa juga. Sampai aku di dekat halte, aku kembali teringat dengan kejadian tempo hari di mana aku mendapat serangan dari para fey yang menakutkan. Ini adalah tempat yang sama di mana kejadian itu berlangsung. “Semoga saja tak ada hal seperti itu lagi, kejadian sebelumnya tak akan pernah terulang lagi.” Aku mendesah pelan penuh harap, hari ini aku harus segera menjenguk Liza dan aku tak mau segala hal yang tak perlu sampai menghalangi dan memperlambatku. Aku duduk pada bangku halte, menunggu bus yang akan membawaku ke pusat kota. Dari seberang jalan sana aku tak sengaja menangkap sosok binatang putih, itu adalah seekor Anjing Notrhern Inuit. Anjing yang memiliki bulu yang seluruhnya berwarna putih bersih, bentuknya mirip seperti seekor serigala atau coyote, tapi ia benar-benar seekor anjing. Aku merasa gemas ingin mengelus bulunya, tak segemas saat melihat anjing kecil seperti Chihuahua, tapi tetap saja aku suka. Dan kenapa juga malah terbesit dalam kepala untuk mendekat dan menghampiri bintang itu? Tampak si anjing seperti sangat kelelahan, lidahnya menjulur keluar, ia berlari kecil dan memandang keadaan sekitar seolah sedang mencari sesuatu, mungkin saja ia sedang berburu binatang kecil seperti tupai di sekitar sini. Aku agak kasihan juga saat melihatnya. Aku mengeluarkan ponsel, jadwal bus berikutnya ada sekitar setengah jam lebih, ini akan lama dan sangat membosankan, uh sepertinya aku datang terlalu cepat. Ini gara-gara kedatangan Meghan yang menyebalkan, jika saja dia tak ada dia di sana, mungkin aku sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ah kenapa harus muncul segala sih, lebih baik diam di rumah sakit dan diam di sana untuk beberapa hari, atau mungkin aku harus meminta wanita di dalam tubuhku untuk mematahkan beberapa tulang tangan dan kaki Meghan? Kupikir dengan itu dia menjadi anak baik dan duduk manis di atas ranjang perawatan. Oh tidak, aku berpikir terlalu berlebihan, tentu saja aku tak akan sejahat itu. Jika aku memang tega melakukan itu, maka aku juga akan tega membiarkan mereka terluka begitu saja di dalam toilet wanita tempo hari, mungkin saja luka mereka semakin parah jika tak segera mendapat pertolongan. Meski begitu, aku merasa tak menyesal karena sudah menolongnya, aku tak menyesal menyelamatkan nyawa mereka. Lagi pula jika ada yang sampai mati karena perbuatanku, aku akan merasa sangat bersalah, itu mungkin saja aku bisa masuk ke dalam penjara. Tidak ya, sebisa mungkin selama sisa umurku, aku tak ingin masuk ke dalam penjara. Tanpa kusadari, anjing putih yang beberapa waktu lalu berada di seberang jalan, kini sudah menyeberang dan sudah berada tepat di sampingku. Makhluk itu duduk dan menggoyangkan ekornya, ia sama sekali tak merasa takut padaku. Apa aku harus mencobanya ya? Eem kucoba dulu deh, kuharap dia tak menggigit. ‘’Hai, kau tersesat? Apa kau berburu tupai atau semacamnya?” Aku tersenyum saat mengajukan pertanyaan itu. Setelahnya aku menjulurkan tangan ke arah kepala si anjing putih. Segera saja kuelus kepalanya, anjing itu tak melawan atau balik menyerang ketika aku melakukan hal itu, malah sebaliknya, ia tampak menyukainya. Ia merasa senang dan nyaman saat mendapat sentuhan tanganku, ia menggerakkan ekornya berulang kali, aku senang dengan perilakunya yang seperti itu. “Uh, kau ternyata anak baik. Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau kehilangan sesuatu? Atau terpisah dari majikanmu? Kasihan sekali.” Lagi-lagi aku mengajaknya bicara, anjing dan kucing adalah salah satu hewan yang mampu dilatih dan bisa dianggap cerdas. Karena pelatihan juga mereka dapat paham dan mengerti dengan bahasa yang manusia katakan, maka dari itu aku sama sekali tak merasa bodoh atau gila saat mengajak bicara pada anjing itu. Setidaknya aku memiliki teman selama menunggu waktu jadwal bus berlalu. Entah kenapa aku merasa tertarik dengan binatang ini, rasanya ada suatu sensasi khusus dari si anjing. Ah mungkin hanya perasaanku saja. Tak lama anjing itu beranjak dari duduknya sebelum kemudian berjalan ke arah samping kananku, ia seketika memandang sesuatu dan menggonggong ke arah yang dilihatnya. Jujur saja aku mengernyit heran karena di sana tak ada apa-apa, apa pun yang membuat anjing itu menggonggong, aku sama sekali tak dapat melihatnya dengan mataku. Padahal aku kan mengenakan kacamata, apa sih yang dilihatnya? “Kau kenapa? Apa ada orang jahat?” tanyaku, sudah biasa jika seekor anjing akan sensitif terhadap aura dan hawa yang negatif yang dikeluarkan oleh manusia. Maka dari itu seekor anjing akan tahu niat dan pikiran seseorang. Itu adalah salah satu alasan seseorang ketika memelihara anjing, mereka bisa menjadi penjaga rumah yang baik di mana mereka dapat mendeteksi hawa kejahatan seseorang yang berada dalam jangkauannya. Anjing itu tak menggubrisku, ia terus menggonggong, kini arahnya beralih ke seberang jalan, aku mulai curiga dengan hal tersebut. Curiga terhadap sesuatu yang mungkin saja dilihat oleh anjing itu. “Astaga, jangan-jangan mereka muncul lagi.” Aku membisik pelan menerka-nerka tentang keberadaan mereka, apa mungkin seekor binatang dapat melihat para peri? Entahlah, jika mungkin maka aku akan mendapat alasan yang jelas kenapa anjing ini menggonggong tak jelas. Si anjing semakin keras menggonggong, ia segera lari menyeberang jalan sebelum kemudian masuk ke dalam hutan, aku benar-benar tak sempat untuk mencegahnya pergi dari hadapanku. “Hei, kau mau ke mana?” Tentu saja pertanyaannya terabaikan begitu saja, saat aku hendak mengejarnya, tiba-tiba saja dari kejauhan aku melihat bus yang kutunggu. Terpaksa aku mengurungkan niat untuk mengejar dan mencari tahu apa yang anjing itu lakukan dan apa yang membuat ia menggonggong sedemikian rupa. Terpaksa kusimpan dalam-dalam rasa penasaranku, aku menghela napas sebal. Bus berhenti tepat di hadapanku, aku segera saja naik ke dalamnya. Di dalam bus ini, aku melihat tak banyak orang, malah terkesan cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang tampaknya sedang sibuk dengan urusan masing-masing dan tak dapat diganggu. Uh, mengingat tentang naik bus di halte itu, aku jadi teringat dengan pria muda bernama Chadrish itu. Jika saja aku bertemu dengannya lagi, ini mungkin akan menjadi Dejavu yang menakutkan bagiku. Ya, menakutkan karena aku tahu jika pria itu pastilah bukan manusia dan aku yakin jika pertemuanku dengannya akan berada dalam situasi yang buruk dan benar-benar tak kusukai, semoga saja dalam pertemuan berikutnya dengan pria itu, keadaan jauh lebih baik dan lebih nyaman. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN