12 – Jalan-jalan di Kota

1022 Kata
Karena aku sudah tak memiliki sepeda lagi, tak punya pilihan lain selain menggunakan bus sebagai transportasi. Di halte ini banyak sekali orang yang tengah menunggu bus. Tak seperti halte yang berada di pinggiran kota, halte yang berada di kota selalu dipadati orang-orang. Di sinilah aku saat ini, berdiri bersama orang-orang yang juga hendak menggunakan jasa transportasi umum untuk tiba di tempat tujuan masing-masing. Beberapa waktu berlalu, tak terlalu lama aku menunggu bus datang. Selain jadwalnya yang sudah dekat, aku juga bertukar pesan dengan Liza, itu tentu saja membuatku melupakan lamanya waktu berlalu selama menunggu bus. Berada di kursi yang dekat dengan jendela, aku duduk. Aku tak menghitung kursi-kursi berada di jajaran berapa, itu sama sekali tak penting. Saat bus melaju, aku memandang pemandangan Kota Soulvia yang suasananya agak berbeda dari ingatanku. Apa karena aku terlalu lama tak jalan-jalan di kota? Hingga aku merasa ada beberapa hal yang berubah dan berbeda dari terakhir kali aku melihat pemandangan kota. Rasanya agak asing dengan semua ini. Kuharap ini hanya perasaanku saja. Tapi aku merasa lebih aneh lagi karena beberapa wilayah yang sebelumnya dilewati adalah jalan yang setiap hari kulalui dengan menggunakan sepeda. Kemarin semua tampak baik-baik sajaーsebenarnya hari ini juga sih, tapi aku merasa saja ada yang berbeda dengan keadaan Kota Soulvia ini. Sekitar setengah jam lamanya aku berada di dalam bus, pada akhirnya perjalananku berakhir. Aku turun di halte yang telah ditetapkan, setelah ini aku perlu berjalan kaki sejauh beberapa ratus meter untuk tiba di tempat yang kami janjikan. Beberapa lama jalan kaki menyusuri jalan yang ditentukan untuk pejalan kaki, tiba-tiba indraku mengatakan jika aku sedang diikuti, aneh. Siapa yang akan mengikutiku? Itu sama sekali tak penting dan kurang kerjaan. Tapi aku memang merasa benar-benar seolah sedang diawasi pada sudut tertentu yang sama sekali tak kuketahui dengan pasti. Aku merasa agak heran terhadap hal-hal yang telah menimpaku sejak kemarin, apa karena itu juga aku menjadi paranoid dan menganggap hal-hal terbilang sederhana kuperlakukan terlalu berlebihan? Sehingga inilah yang terjadi. Ya Tuhan, jangan biarkan aku menjadi gila karena semua keabnormalan ini. Aku berjalan kaki dengan bingung dan penuh pertanyaan. Kuhela napas kemudian memandang sekitar, coba mencari sosok yang kukira sedang mengawasi dan mengikutiku. Sayangnya tak ada hal yang kutemui dan kulihat di sekitar sini, terlalu banyak orang yang berlalu-lalang. "Apa aku harus menceritakan semua ini pada Liza, ya? Tidak, sepertinya dia malah tak akan percaya dengan semua kegilaan ini. Aku sendiri sulit untuk memercayai semua ini, apalagi dia. Liza pastilah akan menganggap aku sedang membuat lelucon atau semacamnya, aku yakin itu." Aku menggumam dan bicara sendirian. Aku tahu semua ini tak logis sama sekali, semua ini adalah hal yang teramat sangat konyol jika harus menceritakan semuanya pada Liza. Meski begitu, aku memerlukan seseorang untuk berbagi, karena rasanya sangat sulit bagiku untuk menerima semua ini sendirian. "Oke, lebih baik aku bungkam saja dan menyimpan semuanya untuk diri sendiri, persetan dengan aku yang akan jadi gila," putusku, ini lebih baik daripada mengatakan hal yang tidak-tidak pada Liza. Tanpa kusadari, aku tiba di sebuah air mancur yang tinggi. Di sini terdapat kolam kecil yang di tengahnya terdapat sebuah air mancur yang cantik, di sekeliling kolam juga terdapat anak-anak air mancur yang menyertai keindahan air mancur utama yang menyemburkan air ke atas. Banyak orang yang berlalu-lalang di sini, keadaan cukup ramai, banyak suara-suara manusia yang saling bertukar kata dan kalimat dengan lawan bicara mereka. Saat tengah menikmati pemandangan air mancur tersebut, aku menengadahkan kedua tanganku ke arah salah satu anak air mancur dan langsung memejamkan mata, merasakan kedinginan air yang mengalir tersebut. Tiba-tiba saja keanehan terjadi, dan aku tak suka dengan ini. Hiruk-pikuk keramaian di sekitarku mendadak lenyap begitu saja seolah semua suara pergi entah ke mana, atau kemampuan pendengaranku mendadak rusak begitu saja. Semua tertelan oleh keheningan yang menakutkan. Oke, ini jelas tak beres dan ada sesuatu yang pastinya terjadi. Aku berniat akan membuka mataku, tapi segera kuurungkan saat dalam kegelapan ini, tiba-tiba saja aku melihat titik-titik hijau kecil yang jumlahnya banyak dan semua bergerak di sekitarku. Dalam cahaya yang hilir-mudik tersebut, aku merasakan hangatnya kehidupan. Sensasi ini, perasaan ini ... rasanya sama saat ketika aku pertama kali berhadapan dengan para fey itu di halte kemarin. Apakah ini benar-benar terjadi? Aku dapat merasakan kehidupan? Sama seperti yang kulakukan kemarin? Ini benar-benar terjadi dan bukan imajinasiku semata. Aku tak segera membuka mata, kucoba lebih fokus lagi dan mencari tahu apa yang dapat kulakukan dengan hal ini, apa mungkin aku dapat melakukan hal lebih dari sekadar merasakan keberadaan kehidupan? Akan kucari tahu sendiri jawabannya. Semakin fokus dan semakin aku menenangkan diri, aku merasa jika diriku dapat lebih dalam dan merasakan kehidupan ini lebih kuat lagi. Oh dan benar, kehidupan yang saat ini kurasakan dan kulihat sebagai titik-titik cahaya berwarna hijau adalah bentuk kehidupan dari orang-orang yang ada di sini, semua orang yang sedang berjalan dan bergerak di sekitarku. Benar, ini memang mereka. Saat aku memikirkan dan senang dengan kemampuan yang bisa dibilang lumayan keren ini, tiba-tiba saja aku merasakan kehidupan yang amat kuat dan besar, ini seperti mengandung kekuatan yang hebat. Tiba-tiba saja aku meremang, sedetik kemudian mendapat jawaban dari perasaanku yang sebelumnya merasa diikuti dan diawasi oleh sesuatu yang sama sekali tak kuketahui. "Apa mungkin, ada fey yang mengejarku? Mengikuti dan mengawasi gerak-gerikku?" gumamku pelan dengan penuh tanya. Aku merasakan jika keberadaan kuat itu bersumber dari arah air mancur yang ada di hadapanku. Mendadak saja rasa takut menggerayangiku, sensasi itu semakin kuat dan seolah aku dapat merasakan aura intimidasi yang kuat. Dalam keadaan seperti ini, aku dapat merasakan seperti apa bentuk fey itu. Dia seperti air yang mengalir, tenang namun sangat berbahaya. Kurasakan tangan-tangan dingin dan basah itu maju ke arahku, coba untuk menangkap tubuhku. Yang benar saja? Aku segera panik dengan perubahan yang tiba-tiba itu. Oh tidak, jika kali ini aku diserang lagi, maka tamatlah sudah, fey kali ini jaraknya sangat dekat denganku dan aku sama sekali tak mampu untuk bergerak memindahkan kaki untuk menjauh dari sana. Ketakutanku semakin menjadi saja, dan tiba-tiba saja .... Grep .... Ahhh! dia menangkapku!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN