“Lalu, bagaimana dengan kisah kalian?” tanyaku sengaja tak mengatakan semuanya, aku menjeda sesaat sebelum kembali lanjut untuk berbicara. “Aku penasaran dengan apa yang kalian lakukan, terlebih bagaimana cerita awalnya hingga kau ... Hingga kau bisa kau menjadi burung hantu salju.” Segera saja kusinggung tentang pekerjaan mereka, aku masih penasaran dengan pekerja mereka. Sebelumnya Chadrish mengatakan jika ia adalah pelindungku, sepertinya mereka memang memiliki tugas khusus yang diperintahkan oleh seseorang. Aku sedikit penasaran dengan itu.
“Mengenai itu, kami datang ke duniamu lebih awal, tapi karena jalanan di duniamu benar-benar macet dan padat akan kendaraan, kami tiba sangat terlambat.” Dia jelas sedang membelokkan topik dengan gurauannya. Mana ada kisah macet kendaraan yang seperti itu?
“Candaanmu tak lucu. Katakan yang sebenarnya!” Aku memaksa dengan nada bentakan.
“Tepatnya kami datang ... emmm ... tepat setelah kecelakaan itu terjadi.”
Kecelakaan yang dia maksud tentu saja adalah kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tuaku.
“Kenapa bisa?”
“Entah, kami tak diberitahu apa-apa. Yang perlu kamu lakukan hanyalah melindungimu dari segala bahaya yang akan mencelakaimu. Dan ternyata memang benar, beberapa waktu setelah kecelakaan itu, keselamatanmu benar-benar berada dalam ancaman serius, sebisa mungkin kami menghalangi bahaya itu, mengatasi segala ancaman yang mungkin bisa membawa keburukan pada kita semua.” Saat Chadrish mengatakan itu, aku segera sadar terhadap segala kejanggalan yang burung hantu salju lakukan setiap harinya, kenapa aku sering mendapati banyak binatang aneh yang berlaku dan bergelagat seperti manusia. Jadi inilah jawabannya.
“Itu saja?” tanyaku, padahal aku ingin mendengar cerita yang lebih lengkap dan lebih rinci dari ini, rasanya aku agak kecewa, ini bukan jawaban yang memuaskan untukku.
“Ya, hanya itu.”
“Sepertinya kalian hanya diperintahkan untuk melindungiku, apa pun yang terjadi. Tanpa diberitahu mengenai situasi apa dan seperti apa konflik yang tengah terjadi.” Aku mengasumsikan.
“Kurang lebih seperti itu.”
“Kau seperti tentara saja.” Dia tak membalas lagi. Berarti topik ditutup.
“Oke, jadi kita akan pergi ke mana? Jangan bilang jika kau tak memiliki tujuan dan tak tahu arah jalan keluar dari tempat mengerikan ini? Kukira aku tak diculik untuk tinggal di sini dan menghabiskan sisa umurku dengan mencari jalan keluar, karena jika itu memang iya, maka kisah hidupku akan sangat konyol dan menggelikan.” Aku mulai membahas topik baru, yaitu bagaimana keadaan ini dan mencari cara untuk keluar.
Aku takut jika kita tak akan pernah bisa keluar dari tempat yang mengerikan ini. Secepat mungkin aku ingin segera bebas dari tempat ini, sudah dua kali aku harus bergerak berlari menghindari kejaran dari monster-monster penghuni hutan gelap ini.
“Keadaan kita tak seburuk itu, Nona. Jika tak ada yang coba membunuh kita, memangsa dan memakan kita, maka hanya perlu satu atau dua hari saja kita akan menemukan jalan keluarnya. Aku kira kita berada di daerah pinggiran saja, tak sampai berada di kedalaman hutan.” Ia menjawab dengan kalimat yang terdengar bagus dan melegakan. Jika dia berbicara untuk menghiburku, aku jelas terhibur dan lega dengan itu, tapi jika ucapannya tak sesuai dengan kenyataan, maka lupakan saja. Aku tak butuh kata-kata penghiburan yang hanya kosong tanpa pembuktian.
“Bagaimana bisa kau seyakin itu?” tanyaku.
“Karena tak terlalu banyak monster yang berkeliaran di sekitar sini. Ditambah mereka tampak tak terlalu kuat, aku mendengar jika di bagian lebih dalam lagi, hutan ini menyimpan banyak monster yang kuat. Semakin dalam semakin kuat, lalu yang lemah tersingkir ke daerah pinggiran.”
Apa mungkin semakin tepi atau semakin luar maka semakin banyak monster, tapi jika memasuki daerah yang semakin dalam, itu akan semakin sedikit? Hutan lebih dalam berarti jauh lebih mengerikan, atau jauh lebih minim makanan.
“Itu melegakan, sepertinya aku bisa sedikit lebih tenang.” Aku menghela napas dan merasa agak baikkan. Sepertinya tubuhku sedikit demi sedikit mulai pulih dan perlahan juga mana masuk ke dalam tubuhku. Apa mungkin apa yang Chadrish katakan itu benar? Di sini mengandung banyak mana sehingga aku bisa pulih beberapa kali lipat lebih cepat dari ketika aku berada di duniaku. Aku tahu apa itu mana, jadi tak perlu minta penjelasan padanya.
Apa mungkin mana juga membuat tubuh lebih cepat melakukan regenerasi? Jadi jika itu benar, maka wajar saja bagi para makhluk immortal memiliki usia panjang, jika tempat yang kudatangi ini benar-benar-benar adalah dunia bagi para immortal.
Aku lega dan merasa tenang untuk sejenak. Ya, hanya sejenak saja karena baru saja kami selesai mengobrol dan baru saja aku selesai bicara mengenai lega dan tenang, tiba-tiba saja muncul sesosok monster yang memiliki tubuh kukuh, makhluk itu memiliki bentuk jelek dengan banyak benjolan runcing seolah seluruh kulitnya terbuat dari bongkahan batu yang sangat kuat, makhluk itu mencegat kami tepat di depan.
“Aahhhh!” Secara refleks aku menjerit karena kaget dengan kemunculan makhluk itu. Sepertinya kami terlalu fokus mengobrol sehingga kami tak menyadari dan mendengar kedatangan makhluk di hadapan kami.
“Oh, sepertinya kita terlalu cepat bicara,” kata Chadrish.
“Ya, kau benar. Aku menyesal mengatakan lega dan tenang. Apa ini juga termasuk sebuah kebetulan?” Aku menggumam pelan dengan penuh penyesalan, tidak sampai seperti itu juga sih. Hanya saja, aku kesal karena baru saja berbicara mengenai aman dan lega dan sebagainya, sekarang malah ada musuh yang besar dan siap menyerang dan memakan kami.
“Tak ada yang namanya kebetulan, apalagi kejadian semacam ini. Lari!” Dia berseru lalu segera terbang mendahuluiku. Dia lari begitu saja? Meninggalkanku? Yang benar saja.
“Tanpa kau pinta juga, akan kulakukan!” Kami segera melarikan diri, lagi. Mau tak mau aku harus kembali berlari, apa yang Chadrish katakan tentang setiap langkah adalah taruhan nyawa, tampaknya itu adalah kebenaran. Baru saja lolos dari monster, sekarang sudah diserang monster lain. Benar-benar tak akan ada rasa aman pada hidupku.
“Chadrish, kau tahu, ada gunanya juga kau berubah menjadi seekor serangga yang ringan dan tak membuang banyak kekuatan, tapi serangga seperti itu benar-benar tak berguna dalam keadaan seperti ini!” Aku berteriak protes padanya. Arah tatapanku tertuju pada dia yang memimpin jalan dan juga melirik ke arah tempat yang kupijak.
“Nona, tak perlu kau katakan juga, aku sudah tahu.” Apa yang kukatakan memang adalah faktanya, dia benar-benar tak ada gunanya, tak bisa membantuku melarikan diri dan menyerang si monster.
“Aku, kan benar.”
“Ya, saranku, jangan membahas hal ini lagi, apalagi ketika dikejar makhluk raksasa itu, ditambah jika berlari sambil bicara itu menguras lebih banyak tenaga dan akan ehhhh ….” Chadrish terhenti bicara saat aku berhenti berlari dan duduk di bawah pohon besar sambil terengah-engah.
“Nona, apa yang kau lakukan? Kenapa malah duduk manis seperti itu?” tanyanya dengan nada keras. Kepalaku agak sakit karena dia kan berbicara langsung ke dalam kepalaku.
Duduk manis udelmu? Kau tak lihat jika aku kelelahan? Lagi pula untuk apa aku duduk manis dalam keadaan seperti ini?
“Aku lelah. Kau tahu, selama ini aku belum pernah lari dalam jarak yang jauh, apalagi aku sudah berlari tadi, aku tak punya tenaga lagi.” Aku mengeluh padanya, jujur saja aku sudah tak kuat berlari lagi, sementara suara langkah kaki makhluk bantu itu semakin mendekat.
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku bukan ahlinya dalam hal berlari.
“Yang benar saja? Bukannya kita sudah istirahat? Lagi pula kukira jika kau lari untuk hidup maka kau akan lebih kuat berlari.” Dia menyangkal dan tak terima dengan apa yang kukatakan. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah tak kuat berlari.
“Filosofi t***l macam apa itu?” tanyaku dengan kesal.
“Filo apa? Bisakah kau mengatakan kosa kata yang ada dan kumengerti saja?” pintanya. Dan bahkan dia tak tahu apa arti dari filosofi, apa sih bahasa yang dia pelajari?
“Lupakan itu dan bantu aku.”
“Baiklah, tetap diam di sini dan jangan bergerak. Aku akan mengecoh makhluk itu.” Chadrish berubah menjadi sosok manusia, aku sudah tak melihat luka-lukanya, sepertinya luka yang tak mengancam nyawa lebih mudah dipulihkanーterutama ketika berada di dunia ini, yang konon katanya memiliki mana di sekitar. Chadrish berlari pergi meninggalkanku.
“Tunggu, bukan ini yang kuinginkan?!” Aku berteriak padanya. “Chadrish, kenapa tidak berubah jadi serigala lagi dan bawa aku pergi dari sini?!” teriakku yang terabaikan begitu saja, ia sudah lenyap ditelan kegelapan.
Aku masih terengah-engah, segera saja aku membuat tubuhku duduk bersimpuh di bawah pohon penuh akar dari atas yang menjuntai ke bawah, sama sekali tak ada bagus-bagusnya, aku memejamkan mata karena lelah menyerangku, aku butuh istirahat, jika ada air maka aku akan meminumnya.
Pertanyaanku, kenapa dia malah pergi? Bukannya berubah jadi hewan besar lagi dan membawaku pergi menjauh dari raksasa batu ini? Ah tunggu, selangkanganku masih sakit, badanku juga linu-linu akibat sebelumnya. Menunggangi hewan besar itu benar-benar menyiksa, aku tarik kembali perkataanku.
Sepertinya Chadrish juga paham dengan keadaanku, makanya dia tak berubah lagi menjadi binatang besar untuk kutunggangi. Semoga saja dia berhasil menghadapi makhluk raksasa itu. Kuharap.
***