Aku memejamkan mata dan coba terus berkonsentrasi, awalnya aku takut jika ada anak panah yang tiba-tiba menyate badanku, tapi selama aku memejamkan mata, tak ada yang terjadi.
Perlahan aku mulai merasakan sesuatu, sesuatu yang tak bisa kupahami, sensasi ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang aneh dan tak masuk akal.
Aku dapat merasakan sesuatu seperti... kehidupan, ya ini seperti spirit yang hangat dan bergerak, aku bisa merasakan sesuatu yang berupa kehidupan bernyawa. Kehidupan yang berada di sekitarku dalam jarak lingkup beberapa meter, aku tak tahu seberapa jauh, tapi itu agak luas.
Setiap hewan kecil maupun besar, asal itu bernyawa dan bergerak, aku dapat merasakan semua itu, ukuran tak berpengaruh sama sekali.
"Ini ... keren." Meski aku tak tahu bagaimana caranya dan bagaimana bisa aku melakukan semua ini, tapi aku malah senang dan lupa tentang apa yang sebelumnya telah terjadi.
Agak takut sih karena ini pertama kalinya aku merasakan sensasi sefantasi ini, tapi ini asyik juga, aku tiba-tiba memiliki dorongan untuk mencoba dan melakukan hal-hal konyol.
"Terpukaunya nanti saja, fokuslah!" Ia membentakku lagi, aku kembali fokus dan merasakan kehidupan yang lebih besar.
Perlahan aku membuka mataku, keadaan masih normal dan seperti sebelumnya, hanya saja suasana seperti dalam gerakan lambat. Dedaunan dan segala hal yang bergerak terlihat begitu lambat dan seperti gerakan yang ada pada film. Tayangan lambat yang menampakkan adegan rinci secara perlahan kini ditangkap mataku.
"Tunggu, sejak kapan semuanya bergerak sangat lambat?" tanyaku entah pada siapa, tapi jelas aku tak mendapat jawaban apa pun dari pertanyaanku. Sebagai gantinya, kali ini aku melihatnya, tepatnya aku dapat melihat mereka.
Dari kejauhan seberang jalan, mereka memandang dan memerhatikanku dengan penuh niat dan tatapan jahat. Seketika keadaan kembali normal, waktu berjalan seperti biasanya dan tayangan lambat sudah hilang. Semua seperti sedia kala.
"Astaga, makhluk apa itu?" Aku sangat terkejut tatkala melihat mereka, jumlahnya ada enam dan mereka memang memiliki penampilan mirip seperti manusia. Mereka juga memakai pakaian, tapi aku sama sekali tak mengetahui terbuat dari apa dan bahan seperti apa pakaian yang mereka kenakan.
Mereka memiliki rambut hitam dan dua di antaranya berambut coklat tanah, rambutnya panjang dan berantakan, semuanya memiliki telinga runcing yang panjang seperti telinga peri yang ada dalam cerita-cerita mitologi.
Saat memerhatikan kondisi fisik mereka, kulihat keenamnya menggerakkan tangan, membuka telapak tangan mereka dan menjulurkannya ke depan tepat ke arahku.
Tepat di atas telapak tangan mereka, kulihat ada benda seperti anak panah yang sama persis bentuknya, seperti beberapa anak panah yang sebelumnya menuju ke arahku, dan kulihat itu benar-benar melayang beberapa senti di atas permukaan telapak tangan mereka. Oke, jadi mereka pelakunya, dan sama sekali tak ada busur untuk membuat anak panah itu melesat ke arahku. Benar-benar fantasi dan membuatku takut.
"Mereka adalah para fey." Suara tegas itu kemudian memberitahuku tentang identitas para makhluk aneh yang saat ini kulihat, para makhluk dengan penampilan jahat dan senyum mengerikan.
"Fey? Tunggu, maksudmu para peri? Makhluk yang ada dalam cerita mitos itu?" tanyaku dengan heran dan tak percaya, ini benar-benar terlalu fantasi. Dan menakutkannya, fantasi itu benar-benar berwujud tepat di depanku.
Tapi sebelum mendapatkan jawaban, mereka segera melepaskan anak-anak panah itu menuju ke arahku, yang kurasakan sepertinya agak lama, tapi mereka mengisi ulang anak panah begitu cepat.
Kali ini badanku tak bergerak secara otomatis refleks menghindar lagi seperti sebelumnya. Tanpa kuinginkan tubuhku segera diambil alih, tiba-tiba saja tanganku terjulur ke depan dan dalam pikiran aku menjerit keras, bagaimana bisa itu menghentikan anak panah? Hanya tangan kosong? Bunuh diri juga, bukan seperti ini caranya!
Tapi saat telapak tanganku terjulur ke depan, keenam anak panah itu tiba-tiba tak bergerak dan berhenti tepat beberapa senti di depan telapak tanganku. Oke, lupakan pertanyaanku yang sebelumnya.
"Lepas." Aku bergumam pelan dalam bahasa yang tak kuketahui sama sekali, tapi aku entah bagaimana caranya dapat mengetahui artinya. Bahasa macam apa ini?
Keenam anak panah itu seketika berputar arah dan matanya kini mengarah pada keenam fey tersebut. Para makhluk di sana terlihat terkejut dan tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat dan saksikan, sepertinya perbuatanku sama sekali tak pernah mereka duga. Aku juga sama, aku benar-benar tak menduganya, wajar saja jika terkejut.
Keenam anak panah segera melesat dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari kecepatan sebelumnya, sehingga tak ada waktu bagi mereka untuk menghindar. Belum sadar dari keterkejutan mereka, kini mereka malah lebih terkejut lagi saat s*****a mereka berbalik menembus dan menghancurkan tubuh masing-masing.
Pepohonan yang ada di daerah sana ikut hancur bersama dengan enam tubuh makhluk itu. Saat kukatakan hancur, itu benar-benar hancur dan meledak, aku benar-benar terkejut melihat semua pemandangan ini. Sebelumnya aku belum pernah melihat jika anak panah dapat melakukan hal segila ini.
Oke, itu keren dan luar biasa, tak kusangka aku --tepatnya yang mengendalikanku-- dapat melakukan hal yang segila ini.
"Cih, kekuatanku benar-benar lemah dan terbatas, aku tak bisa melakukan lebih banyak lagi." Suara kesal terdengar wanita itu gumamkan, ia kemudian menambahkan, "Gadis bodoh, berhati-hatilah, masih ada beberapa dari mereka yang bersembunyi!" Ia memperingatkanku.
"A ... apa? masih ada? Yang benar saja?" tanyaku dengan frustrasi. Yang sebelumnya saja sudah sangat mengerikan dan sudah melakukan kehancuran yang benar-benar parah, tepat berada di belakangku.
"Mereka adalah fey tanah. Dengan kekuatanku yang terbatas, aku tak bisa mendeteksi hawa keberadaan mereka." Oke, itu kabar buruk yang tak kusuka, apa aku perlu berkata "Hore" Untuk semua ini? Wanita itu benar-benar tak menanggapi keluhanku. Tapi aku seketika sadar setelah ia mengatakan itu.
"Tunggu, maksudmu fey i ...." Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja tanah di sekitarku mulai retak dan suara retakan itu tak kusukai. Aku yakin suara itu memberi tanda jika hal buruk pasti akan terjadi. Kupandang sekitar, retakan tanah mulai melebar dan membesar membuat tanah dan jalanan terbelah. s**l sekali, kenapa aku malah benar?
"Gawat, apa lagi ini?" Aku tentu sangat panik dan ketakutan mendapati fenomena gila semacam itu.
Getaran hebat mulai tercipta, jalan raya di hadapanku mulai terbelah dan hancur berantakan, daerah ini seketika menjadi daerah yang terpisah. retakan makin hebat dan makin banyak tanah terbelah dan amblas. Ini seperti adegan dalam film kiamat, dan aku berada di dalamnya, lebih parahnya lagi, Ini nyata.
Melihat pemandangan seperti ini, aku seolah sedang berada di tengah bencana alam hebat yang menyeramkan. Pepohonan besar di sekitar mulai runtuh dan amblas, bunyi gemuruh saling bersahutan, begitu horor dan menakutkan. Melihat semua itu, aku hanya bisa ternganga dan lupa bagaimana caranya berteriak.
"Oh apalagi yang kau tunggu, i***t? Lari!" teriak suara wanita dalam kepalaku, aku baru sadar jika aku sudah mengambil alih kendali tubuhku. Tanpa membuang waktu, aku segera melangkahkan kakiku di atas tanah yang bergerak tak karuan ini.
Namun sialnya, baru saja aku mengambil beberapa langkah, aku kehilangan pijakanku karena tanah amblas, tubuhku seketika terperosok jatuh ke bawah.
Betapa kagetnya aku saat itu terjadi. Aku hanya bisa berteriak di tengah gemuruh retakan dan amblaskan pepohonan juga tanah.
Pantatku mendarat terlebih dulu di tanah yang masih saja bergetar. Aku meringis sakit dan juga takut, takut jika tiba-tiba saja tanah tertutup dan menggencetku hidup-hidup, aku berada sekitar lima meter dari atas sana. Setelah kejatuhanku di tempat ini, perlahan tanah berhenti bergetar dan sepertinya tanah juga berhenti terbelah. Oke, itu bagus, apa semua sudah selesai? Baguslah.
"Tapi keadaanku enggak baik sama sekali." Aku bingung bagaimana caranya naik ke atas sana. Tak ada celah dan jalan untuk naik, aku bukan pemanjat tebing sehingga hal seperti ini amat mustahil bagiku, aku ingin meminta wanita yang berada di dalam tubuhku agar ia mengambil alih lagi seperti tadi.
Tapi wanita itu benar-benar hilang dan seolah keberadaannya yang sebelumnya hanya imajinasiku saja, ia tak mengeluarkan suara lagi. Jujur saja, kau menyebalkan, aku kesal padamu. Saat aku mencoba bergerak, aku sadar jika kedua kakiku terjepit di sela-sela retakan tanah.
"s**l. Apakah ada hal yang lebih buruk lagi dari ini?" Aku memaki kesal. Tak lama irisku tak sengaja menangkap beberapa sosok di sela tanah tepat di depanku, itu adalah beberapa pasang mata yang memerhatikanku dengan tujuan yang jelas tak baik. Mereka dekat.
"Oh sepertinya aku terlalu cepat bicara, mereka fey tanah." Aku bergumam dengan putus asa, jelas makhluk-makhluk ini yang wanita itu peringatkan padaku, dan sekarang aku terjebak di bawah tanah siap dibuat gepeng kapan saja, sama sekali tak bisa melakukan perlawanan.
"Kukira aku tak butuh kuburan lagi kalau mereka membunuhku dan aku mati di sini." Aku kini merasakan takut yang luar biasa, perasaan dan sensasi yang tadi sudah lenyap begitu saja. Meski begitu, aku masih belum berhenti berusaha membebaskan kedua kaki, aku tahu ini tak ada gunanya, tapi mati tanpa melakukan perlawanan dan usaha yang maksimal akan membuatku menyesal.
Para fey tanah tersenyum menyeringai dan tampaknya menertawakan segala hal yang kulakukan, ya aku tahu ini memang sia-sia saja, tapi hal yang menyangkut soal nyawa sama sekali tak lucu.
Melihat wajah para fey yang terlihat jahat itu membuatku agak ngeri. Tapi yang lebih ngeri lagi aku berada di bawah sini, terjebak di ruang sempit tanpa mampu melakukan sesuatu, kakiku malah terasa sakit saat aku coba membebaskan diri.
"Akkhh masa aku harus mati di sini, aku pengen punya kuburan sendiri, tak seperti ini!" Aku memekik keras saat berusaha membebaskan diri dari jepitan kakiku. Suara gemuruh bencana alam sudah berhenti, tapi itu tak menandakan jika keadaan sudah membaik.
"Jangan berteriak seperti itu, hal itu membuatmu lebih bodoh lagi!" Suara itu membentak dan memarahiku. Dan dia muncul untuk sekadar menghinaku? Kenapa tak melakukan hal lain seperti membantuku dengan kekuatan mengagumkannya?
"Terima kasih, itu membantu dan aku sangat menghargainya, kalau ada saran lain maka aku akan senang mendengarnya," kataku dengan sarkasme padanya, terserah apa tanggapannya. Tiba-tiba tanah bergerak lagi, tepatnya tanah di sekitarku yang bergerak, ini mulai menyempit. Aku makin panik, bukannya aku Klaustrofobia, tapi siapa gadis yang suka terjebak di dalam tanah seperti yang kualami saat ini?
"Ahhh aku bakal dibuat jadi gepeng dan bakalan jadi bubur daging!" Kedua tanganku kugunakan untuk menahan dinding-dinding tanah yang mulai menyempit. Sekuatnya aku menahan tanah yang perlahan bergerak dan mungkin ini akan jadi kematian menyakitkan. Aku sudah tak peduli lagi dengan para fey s****n itu, saat ini yang kuutamakan adalah terbebas dari dalam tanah ini, tapi bagaimanapun juga aku hanyalah manusia biasa yang memiliki
kemampuan terbatas.
"Permisi, apa ada kata terakhir yang mau kamu katakan? Soalnya ada kemungkinan aku akan mati sekarang." Aku coba berkomunikasi dengan suara dalam kepalaku, meski aku sedang mengerahkan segenap tenaga untuk menahan dinding tanah ini.
Aku menunggu jawaban, tapi suara itu tak membalasku lagi, apa mungkin karena keterbatasannya membuat ia tak dapat lagi berkomunikasi denganku?
Betapa menyebalkannya, bagaimana bisa ada seseorang tak bertanggung jawab yang datang dan pergi dengan seenaknya? Tapi sebenarnya aku juga tak yakin apa ini bisa dianggap sebagai datang dan pergi, soalnya suara itu 'kan ada di dalam tubuhku. Ah tunggu, kenapa aku malah memikirkan hal yang sangat tak penting seperti itu? Aahhh tolonglah, siapa pun itu tolong aku!
Merasa semua usahaku gagal, aku menyerah dan memejamkan mataku, kedua tanganku tergantung begitu saja, tak berusaha menahan dua sisi dinding lagi. Aku melepaskan semua dan tak melakukan usaha apa-apa lagi, ya mungkin ini akhirnya.
"Aku enggak rela mati dalam usia muda, andaikan saja ini adalah film. Mungkin bakal ada pahlawan yang datang." Aku berceloteh tak jelas sambil menunggu ajalku, ini memang konyol dan tak ada gunanya sama sekali. tapi ya, itulah yang aku lakukan.
Suara-suara tanah yang bergerak benar-benar terdengar sangat menyeramkan. Aku masih merasakan tanah di sekitarku bergerak dan bergetar, segera volume di sekitarku mulai mengecil dan akan segera menghilang --bersama dengan kehidupanku tentunya--
Saat dinding tanah menyentuh kedua pundakku, tiba-tiba ada suara pria berkata. "Lanchouist." Tiba-tiba seluruh tubuhku terkena embusan angin yang kencang dan angin mengitari tubuhku, itu bergerak seperti tornado mini dan aku berada di titik tengah pusat tornado.
Embusan angin ini sangat kuat, aku segera menutup dan menggunakan bajuku untuk menutup mulut dan hidungku, sangat berbahaya jika aku tak melakukan hal itu.
Sensasi ini tak ada bedanya dengan terimpit tanah yang sebelumnya akan membuat aku gepeng, sama-sama mengerikan, bagaimana bisa aku terkurung oleh tornado mini yang tekanan anginnya sangat kuat?
Aku coba membuka mata, tapi angin ini menerbangkan banyak tanah dan aku tak kuasa membuka mata lagi. Rasanya bola mataku bukan hanya perih, tapi sangat sakit, sepertinya aku bisa sampai menangis air mata darah.