54 – Datang?

1238 Kata
“Pergi sekarang dan jangan maju, aku serius! Aku akan menembak sungguhan!” Kugertak lagi, kuharap ekspresiku tampak meyakinkan. Hanya ini satu-satunya usahaku untuk mengenyahkan mereka. “Nona, dengar dulu kami a ....” Chadrish maju satu langkah, hal itu membuatku refleks mengarahkan pistol ke arahnya lalu tiba-tiba saja aku menarik pelatuknya, pada saat itu letupan s*****a terdengar. Oh, aku tak menyangka jika aku benar-benar akan menembak seseorang dengan ini. Jujur saja aku kaget saat melakukan ini, aku bahkan sampai memejamkan mataku setelah kutarik pelatuknya, aku tak berani untuk melihat hasil dari perbuatanku. Tapi tunggu dulu, kenapa tak ada suara apa-apa di sini? Kenapa tak ada suara yang jatuh ke lantai atau suara dua gadis yang menjerit ketakutan? Ada hal aneh yang terjadi. Karena merasa penasaran dengan apa yang terjadi, aku membuka mata lalu memandang lurus ke arah mereka, kuedarkan pandangan dan aku tak mendapati siapa pun jatuh. Sebagai gantinya, aku mendapati jika mereka memandang di mana peluruku menyentuh dan menembus dinding. “Oh, itu benar-benar baja yang meluncur.” Gadis rambut merah muda berbicara pelan. “Sangat cepat juga.” Pria rambut biru mengangguk. “Dan dapat menembus benda padat sekalipun, ini dinding yang kuat,” kata gadis rambut ungu. “Suara ledakannya lumayan keras, Chadrish benar.” Mereka malah tampak tertarik dengan apa yang dapat pistol ini lakukan. Tapi bagaimana bisa? Peluru itu tak mengenainya? Bukannya aku ingin membuat Chadrish terbunuh, hanya saja aku tak mengerti dengan apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku yakin sudah mengarahkan pistol dengan benar, aku tahu cara menembak dan sudah sering melakukan hal yang sama, kenapa bisa aku meleset? “Dan itu akan mengenai otakku jika aku tak mengelak.” Chadrish menggerutu, setelahnya mereka memutar mata ke arahku. Ditatap seperti itu oleh empat orang membuatku agak gugup, tapi aku berusaha memberanikan diri. Dan apa maksudnya itu? Mengelak? Apa dia pikir ini adalah film? Mana ada seseorang bisa mengelak dari tembakan. Tapi aku jadi takut karena peluru itu memang tak mengenai target, benar-benar ada di dinding, aku tak melihat bagaimana caranya dia dapat menghindar. Sangat menakutkan, dia benar-benar bukan manusia. “Aku sudah memberi peringatan pada kalian, yang berikutnya tak akan meleset. Jadi lebih baik pergi sebelum ada yang meninggal.” Kugerakkan lagi dengan badan agak gemetar, tanganku masih terjulur ke depan. “Aku tak tahu jika dia galak sungguhan.” “Kau akan melakukan hal yang sama jika menjadi dirinya, maklumi saja.” Dua gadis itu saling berbisik, aku tak tahu apakah sengaja atau tidak, tapi suara mereka tetap terdengar oleh semuanya. Semua telinga dapat menangkap apa yang mereka bicarakan termasuk aku sendiri. Merekaーterutama Chadrish tak berubah posisi, malah dia semakin mendekat. “Oke, itu yang kalian inginkan.” Aku siap-siap melepaskan tembakan lagi, tapi Chadrish segera angkat tangan. “Wowowowo, Nona, aku harap kau jangan melakukan itu, itu sangat berbahaya bagi semua orang, letakan itu sebelum ada yang terluka.” Dia memintaku untuk berhenti, tapi lagi-lagi aku menolak. “Aku memang berniat melukai, bodoh. Maka dari itu pergilah dari rumahku!” Aku memarahi dan membentak Chadrish, dia agak berjengit saat kumarahi seperti itu. “Datang.” Pria rambut biru tiba-tiba saja bergumam, mereka segera memasang wajah serius. Suasana segera saja berubah, mereka berhenti memedulikanku ketika ekspresi mereka seperti itu. Kulihat mereka membalikkan badan memandang ke arah pintu masuk, keempatnya mulai bersiap-siap untuk ... sesuatu, apa pun itu. Apa yang dia maksud datang dan kenapa mereka tiba-tiba jadi bersikap seperti ini? “Apa? Secepat ini?’ tanya Chadrish padanya, pria itu mengangguk, ia tampak seperti sedang berusaha menajamkan indra pendengarannya. “Sepertinya yang sekarang jauh lebih besar dari sebelumnya.” Pria itu segera menambahkan. “Kita terlambat, seharusnya kita sudah pergi dari sini.” Gadis berambut merah muda tampak kesal. “Sudahlah, sebaiknya bersiap-siap menyambut kedatangan mereka.” “Aku akan memasang pelindung lagi,” kata salah satu gadis dengan gerakan ringan segera melakukan sesuatu yang entah apa itu. “s****n, kejadiannya malah berada pada waktu yang tak tepat, tapi ayo kita lakukan.” Chadrish berbalik arah memunggungiku. “Apa yang datang? Kenapa kalian jadi bersiaga seperti itu?” tanyaku yang kebingungan, aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang mereka bahas sejak awal. Kenapa mereka sekarang bertindak seperti ini. “Mereka.” Gadis rambut ungu mewakili untuk menjawab. “Itu malah semakin membuatku bertanya-tanya, jelaskan dengan benar!” kataku dengan agak sebal, jawaban itu sama sekali tak menjawab pertanyaanku. “Singkatnya, calon pembunuh kita akan segera datang, Nona Elysse, berlindunglah.” Dia menyahut lagi dan memintaku untuk berlindung. Aku menurunkan tanganku dan ingin memprotes, tapi keadaan ini sudah berbeda dan mereka sudah memasang wajah yang serius. Segera saja kuedarkan pandangan ke sekeliling dan ... aku tak menemukan tempat untuk bersembunyi di sini, tak ada ruang yang lebih cocok. “Ini kamarku, ke mana aku bisa berlindung? Tak mungkin aku masuk ke bawah tempat tidur atau masuk ke dalam lemari.” Aku berujar dengan ketus. “Itu layak dicoba, aku akan membantumu.” Chadrish menoleh dan hendak melangkah padaku. “Mundur!” Aku tetap mengarahkan pistol pada mereka yang mendadak tak peduli lagi padaku, sesuatu yang entah apalah itu membuat mereka mengalihkan sepenuhnya perhatian dariku pada hal lain. Jika ingin jujur dan tak akan menanggung malu, aku ingin mengatakan jika aku pegal menodongkan pistol terus menerus. Pistol itu berat, tanganku tak bisa menahannya lebih lama lagi, tapi sekarang yang kuancam malah tak peduli dan sedang bersiaga terhadap sesuatu. Menyebalkan bukan? “Aku akan menghadapi mereka pertama kali. Kalian urus sisanya.” Chadrish segera berlari pergi dari kamarku menuju ke arah luar rumah, mungkin ia akan memberi serangan pertama untuk memulai perang, Di rumahku? Astaga. “Apa yang dia lakukan?” tanyaku. “Entahlah, kita lihat saja.” Gadis rambut biru angkat bahu. Perasaanku tak enak, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi, aku membencinya. Tak lama dari itu aku mendengar Bunyi debuman dan benturan segera saja terjadi, ada perkelahian yang sangat kuat dan keras di luar ruangan ini, aku tak dapat melihatnya dengan baik. “Pelindung selesai, kita siap.” Gadis yang menulis-nulis aneh sebelumnya menyelesaikan pekerjaannya. Tunggu dulu, jadi mereka akan benar-benar bertarung di dalam rumahku? “Oh, tidak. Rumahku bisa-bisa hancur.” Aku segera panik dengan hal itu. “Oke, itu aba-aba bagi kita. Ayo.” Mereka segera pergi. “Nona, jangan tinggalkan kamar ini.” Gadis rambut merah muda memberi peringatan padaku, kemudian dia menyusul. “Jangan menghancurkan rumahku!” Aku balas memberi peringatan entah didengar atau tidak. Saat ini aku malah ditinggalkan sendirian di dalam kamar, sementara mereka sedang bertarung, jelas bertarung karena aku dapat mendengar suara-suara pertarungan yang mungkin saat ini rumahku dalam bahaya, terancam akan runtuh kapan saja. “Astaga, sekarang apa? Aku bahkan tak tahu harus berbuat apa.” Aku menggumam sendiri, merasa bingung dengan situasi semacam ini dan seperti apa cara mengatasinya. Dari pada tak ada yang bisa kulakukan, aku segera menyelipkan pistol pada celanaku lalu menutup pintu kamar, segera kukunci dengan rapat. Aku mundur beberapa langkah sampai menyentuh dinding, kuedarkan pandanganku ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan. Di sini ada lemari besar, mungkin akan cukup kuat untuk mengganjal pintu agar tak bisa terbuka, sayangnya bobot lemari terlalu berat, mustahil aku mendorong atau menariknya. Sementara di luar sana suara-suara bising terdengar sangat jelas, teriakan dan raungan silih bersahutan disertai segala bebunyian yang seharunya tak pernah kudengar di dunia ini. Ketika aku sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba sesuatu terlempar menghancurkan pintu kamar dan melesat ke arah sisi kananku, sesuatu itu menghantam dinding di belakangku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN