Aku mundur beberapa langkah sampai menyentuh dinding, kuedarkan pandanganku ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan. Di sini ada lemari besar, mungkin akan cukup kuat untuk mengganjal pintu agar tak bisa terbuka, sayangnya bobot lemari terlalu berat, mustahil aku mendorong atau menariknya.
Sementara di luar sana suara-suara bising terdengar sangat jelas, teriakan dan raungan silih bersahutan disertai segala bebunyian yang seharunya tak pernah kudengar di dunia ini. Ketika aku sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba sesuatu terlempar menghancurkan pintu kamar dan melesat ke arah sisi kananku, sesuatu itu menghantam dinding di belakangku.
Aku terkesiap dengan hal itu, takut jika sesuatu yang menghancurkan pintu kamarku adalah makhluk mengerikan, secara cepat aku segera memutar badan melihat apa yang berada di sana. Di luar dugaanku, ternyata yang kulihat di sana adalah Chadrish, dia tampak telah membentur dinding lalu terkapar di lantai. Oh, s****n, tubuhnya sangat kuat, meski pintu hancur dan terdapat retakan pada dinding, ia malah tampak baik-baik saja di lantai.
“s**l, mereka datang. Aku sampai dilemparkan.” Dia menggerutu pelan, sepertinya belum ada niat beranjak dari posisinya.
“Tak ada yang bertanya.” Aku membalas dengan ketus padanya, pada saat itulah dia menoleh ke arahku. Sementara aku berdiri tegak sambil menyilangkan tangan di d**a.
“Aku tahu, aku hanya ingin bicara saja.”
“Kenapa kau kemari? Bukannya kau mau menghadapi apalah itu?” tanyaku padanya. Sebisa mungkin nada bicaraku kubuat tak menghendakinya.
“Tentu saja, aku akan. Hanya sekadar memastikan apakah keadaanmu baik-baik saja.” Dia masih berada pada posisinya.
“Terima kasih, tapi aku masih baik-baik saja. Hadapi mereka sana, jangan sampai ....”
“Aku akan baik-baik saja.” Dia menyela dengan sok keren.
“Sebenarnya aku mengkhawatirkan rumahku, terserah dengan keadaanmu. Aku sama sekali tak peduli.” Aku membalas meralat ucapannya.
“Itu menyakitkan.”
Saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba saja ada serangan, kami menoleh ke arah belakangku dan serangan sudah sampai ke dalam kamar ini.
Serangan demi serangan berlesatan dan merusak bagian-bagian dinding kamarku. Sesuatu tak terlihat seperti kaca pelindung memblokir semua serangan. Aku dan Chadrish aman dari serangan-serangan itu.
“Pertahananku berkurang, siapkan diri kalian.” Salah satu gadis memberi peringatan. Pada saat itulah Chadrish bangkit berdiri kemudian membersihkan pakaiannya, menepuk-nepuk menggunakan kedua tangannya.
“Hati-hati, banyak yang berukuran besar!” Chadrish berseru memberi peringatan pada yang lain.
Bersamaan dengan peringatan itu, benda seperti kaca yang jadi perisai segera hancur begitu saja, ketiga orang tadi segera ikut terlempar sama seperti Chadrish sebelumnya. Chadrish menarikku agar tak terkena serangan atau tubuh ketiga orang yang terlempar, tiga tubuh itu melewati kami lalu terdengar suara benturan pada dinding. Sepertinya hal serupa yang dialami Chadrish terjadi juga pada mereka.
“Sudah kubilang ada yang besar.” Chadrish bergumam. Aku melepaskan diri dari Chadrish.
“Sebenarnya hampir semua berukuran besar.” Pria rambut biru membalas. Maka semuanya segera bangkit dan siap bertarung lagi.
Beberapa makhluk masuk ke sini dan disambut oleh serangan-serangan dari empat orang ini. Aku memekik tertahan, makhluk-makhluk ini memang besar dan menakutkan, dan cara mereka naik ke sini adalah dengan membuat lubang pada dinding kamarku. Makhluk-makhluk ini agak mirip dengan makhluk yang beberapa waktu lalu datang padaku di tempat aku disekap.
“Makhluk-makhluk itu lagi.” Aku bergumam pelan, secara refleks aku meraih memgeluarkan pistol lalu mengarahkan s*****a itu ke arah mereka. Aku tak memikirkan apakah ini akan berfungsi pada mereka atau tidak, yang pasti aku memiliki pertahanan, meski tidak besar.
“Permisi, pinjam benda ini.” Pria rambut biru segera merebut senjataku tanpa dapat kularang dan kuhentikan.
“Hei” Tapi aku tak mencoba merebutnya kembali, jujur saja aku pegal dan tak tahu bagaimana cara membuang s*****a itu. Pria itu memejamkan mata untuk beberapa detik lalu mengarahkan tembakan ke arah para makhluk menyeramkan itu, ledakan cahaya segera terlepas dari pistol itu, aneh. Aku tak tahu kenapa bisa itu keluar.
“Woah, bagaimana caranya kau melakukan itu?” tanya Chadrish yang tampak terkejut.
“I ... itu bagaimana bisa?” tanyaku dengan ekspresi kaget. Dikarenakan pria itu sibuk dan keadaan di sini kacau, maka aku dan Chadrish terabaikan. Melihat keadaan yang seperti ini, aku harus melakukan sesuatu.
Aku segera mengambil pistol kosong yang satunya dan memasukkan ke dalam tas yang tergeletak di lantai, aku mengenakan tas itu. Entah mengapa aku merasa jika aku akan pergi dari sini tak lama lagi. Meski berat mengakuinya, tapi rumahku tak akan bertahan lebih lama lagi dengan serangan-serangan segila ini.
“Ini tak baik, terlalu banyak serangan, kita bahkan tak tahu siapa otak dari penyerang ini.”
“Tak ada cara lain, mulai persiapan.”
“Persiapan?” tanyaku dengan heran.
“Kita akan melarikan diri ke dunia lain.”
Oh, apa maksudnya ini? Lagi pula kenapa firasatku malah benar, tak lama lagi aku akan meninggalkan rumahku.
“Semuanya, aku akan membuat lingkaran sihirnya, kalian lindungi aku dan Nona Elysse.” Pria rambut biru maka segera menggunakan tongkat untuk menggambar sesuatu di lantai, ujung tongkat menyala berwarna biru. Tulisan-tulisan aneh segera saja tercipta dengan itu.
Aku mengalihkan pandangan ke arah mereka dan tampak ketiganya yang menghadapi musuh mulai kewalahan untuk menghadapi para monster mengerikan itu.
“Kenapa semua ini malah terjadi di lingkunganku?” keluhku dengan suara pelan.
“Nona, kita harus pergi, suka atau tidak. Tak ada jalan lain untuk kita melarikan diri. Kau bisa merasakan jika lebih dari seratus musuh yang menghadang, kita akan kewalahan.” Chadrish menoleh ke arahku sesaat, lalu dia merapal mantra aneh kemudian melanjutkan serangan-serangan.
“Emmm, aku punya firasat jika p*********n kemarin itu tentang tes saja. Mereka dengan memberi tes dan memperkirakan sejauh mana kekuatan kita. Maka sekarang jumlah mereka bertambah.” Gadis rambut ungu menggumam.
“Terlepas dari apakah ucapanmu benar atau tidak, saat ini semuanya sudah tak ada gunanya. Kita dalam krisis sangat berat saat ini.” Chadrish membalas dengan melemparkan dan melepaskan angin. Aku ingat jika itu yang selalu dia keluarkan, apakah itu adalah sihirnya? Dia spesialis dalam angin?
Barang-barang yang ada di dalam rumahku ikut terbang terbawa oleh serangan angin itu, sungguh ini adalah r musibah yang kudapat. Bisa-bisanya rumahku menjadi lokasi berperang, apa tak ada tempat lain yang bisa mereka gunakan sebagai tempat perang? Apa kita tak melarikan diri saja ke tempat yang jauh lebih baik daripada menghadapi mereka di dalam rumahku?
“Setuju, Le'theo. Bergeraklah secepatnya.” Gadis yang satunya segera memandang ke arah pria yang sedang berjongkok menulis huruf-huruf aneh.
“Aku sedang bekerja, jangan banyak bicara dan urusi urusan kalian!” Pria itu menggerutu tanpa menolehkan perhatiannya. Dia tampak sangat berkonsentrasi menuliskan huruf-huruf yang entah bagaimana bisa bercahaya, tulisan aneh itu juga ditulis menggunakan sebuah tongkat yang ujungnya mengeluarkan cahaya.
Kedua gadis itu berada tak jauh di sekitarku, mereka seperti berusaha memastikan aku tetap berada dalam jangkauan mereka. Ini benar-benar menyebalkan, jujur saja, rumahku sedang dihancurkan, banyak makhluk hitam yang menyerang dan sekarang aku sedang dilindungi. Padahal aku seharusnya bisa melakukan sesuatu untuk menghadapi situasi ini.
“Mereka bertambah jumlahnya. Kita benar-benar didesak.”
“Kalau begitu lakukan sesuatu, sihir mereka menjadi apalah.” Aku membalas ucapan gadis berambut ungu.
“Nona, ini tak seperti yang Anda bayangkan. Melakukan praktik sihir tidak semudah seperti kelihatannya.”
“Terserah apa katamu, yang penting lakukan sesuatu sebelum kita berakhir.”
***