Threesome

1098 Kata
Kanaya merasakan gelagat yang aneh dari Adrian, mungkin dia ingin membalas perkataan Ades nanti. Adrian mengedipkan matanya kepada Kanaya sebagai kode. "Apa kamu bilang tadi? Maniak tampan! Sanjungan yang sangat mulia sekali" Adrian menatap Ades yang berdiri di depannya. Raut wajahnya seketika memucat memperlihatkan ketakutannya. Adrin berjalan mendekati ke arahnya dan memutari tubuhnya. "Bagaimana malam pertamamu dengan suamimu? Apakah memuaskan? Jika dia tidak bisa memuaskanmu maka aku yang memuaskan tubuh mungilmu ini" Adrian berkata di telinga Ades, hal ini membuat bulu tubunya merinding sekujur tubuhnya. Bukan karena dingin, tapi kengerian yang dirasakannya. "Apakah kamu ingin melakukan threesome dengan kamu Ades?" setelah berkata seperti itu Kanaya terlihat menahan amarah, matanya melotot kepada Adrian. Melihat perubahan di wajah Kanaya, Adrian berdiri di belakang Ades dan menangkupkan kedua tangannya meminta jangan marah. Adrian menggerakkan bibirnya dengan berkata "it's joke, ok". "Kenapa kamu terdiam Ades? Bukankah kamu tadi memuji diriku dengan sebutan maniak tampan. Apakah kamu tidak ingin mengetahui seberapa maniaknha diriku?" lagi-lagi Adrian membuat Ades gemetar. Keringat dingin mulai mengucur di tubuhnya, seakan dia baru selesai olahraga. "Aduh, gimana nih? Kak Kanaya tolongin aku" jerit Ades dalam hatinya, dia sungguh-sungguh merasa takut. Apalagi melihat Kanaya tak bereaksi sedikitpun terhadap apa yang baru saja diucapkan oleh Adrian. Adrian kembali berhadapan dengan Ades kemudian memandangi wajahnya. Terlihat jelas sekali mukanya mengeluarkan keringat. Dia memegang dagu Ades dan mendekatkan bibirnya ke wajah Ades. "It's a joke" teriak Adrian ditelinga Ades yang terasa memekakkan telinganya. Adrian kemudian tertawa lepas karena sudah tidak tahan melihat ekspresi ketakutan Ades. Sang pemilik tubuh yang bernama Ades hanya terdiam berdiri terpaku tak bergerak. Dia merasa bingung melihat tingkah Adrian sekarang ini. Sangat berbeda jauh dari sosok Adrian saat pertama kali dia bertemu. "Sudah...Sudah... Kasin tuh adek aku dibikin takut kaya begitu. Keterlaluan tau bercandanya" ucap Kanaya kemudian mendekat ke arah Ades dan memeluknya. "Harap maklum, orang stres mah gitu" bisik Kanaya ditelinga Ades, dia hanya mampu menganggukkan kepalanya. "Ya sudah. Sorry, ya. Sudah lama kah kamu disini?" sekali ini Adrian bertanya dengan lembut kepada Ades. "Iya"jawab Ades singkat. "Kok pulang nggak kasih kabar sih? Katanya cuma dua atau tiga hari ini malah lima hari" celetuk Kanaya memprotes kepada Adrian. "Lha bener kan dua ditambah tiga jadi lima. Hahaha... Namanya juga kerja, lagian kalau pulang lebih cepat yang ada gigit jari aku nanti. Pokoknya kalau sudah nggak ada roti tawar baru aku meluncur kepelukanmu my juliet"jawab Adrian atas protes Kanaya tadi. Ades yang berada antara Adrian dan Kanaya merasa bingung atas percakapan keduanya yang terlihat akrab, tapi juga terdengar mesra ditelinga Ades. "Dasar tukang rayu" ujar Kanaya dengan wajh yang bersemu merah. "Kak, aku pulang dulu ya. Nggak enak sama mertuaku kalau kelamaan pergi" ucap Ades minta izin untuk pamit. "Kok pulang sih, kan nggak seru. Kita belum threesome, atau gini aja kita double date dinner nanti gimana Ades?"lagi-lagi Adrian ingin menggoda Ades, Kanaya hanya bisa menggeleng kepala saja melihat Adrian menjadi tengil seperti ini. Ternyata kakak beradik memang tidak jauh berbeda mau Adrian ataupun Andre sama-sama maniak ngejahilin orang. "Ah,maaf nggak bisa. Aku harus pulang, dadah kak" Ades segera berlari ke arah pintu setelah dia mengambil tasnya jinjing berwarna coklat. Dia takut kalau Adrian nanti mengurungnya dan benar-benar akan melakukan hal itu, dia tidak bisa berpikir jernih jadinya. Hanya ketakutan dengan ucapan Adrian tadi,hingga tak sadar dia menabrak Tora yang sedang berjalan hendak menuju ke kamar Adrian dan Kanaya. "Maaf pak... Maaf pak. Eh, bapak... " Ades langsung lari ketika melihat wajah orang yang dia tabrak. Dia tidak menyelesaikan perkataannya tadi. Sedangkan Tora yang kebingungan dengan tingkah Ades tadi hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. Padahal sebelum dia pergi tadi Ades terlihat baik-baik saja, kenapa seperti orang yang sedang ketakutan. "Bos, saya ada di depan pintu kamar mau laporan" kata Tora pada sambungan telpon nya kepada Adrian. "Nanti besok saja di kantor" balas Adrian. "Siap, kalau begitu saya boleh pulangkan bos"tanya Tora. "Iya" jawab Adrian singkat. Adrian yang sudah tidak sabar ingin memeluk Kanaya tidak ingin diganggu oleh kehadiran Tora. "Sayang, kangen" Adrian berucap sambil memeluk tubuh langsing Kanaya yang tengah berdiri melihat pemandangan ramainya jalan raya ibukota. "Terus" jawab Kanaya judes. "Kok jawabnya gitu sih, nggak kangen kah dirimu dengan diriku yang selalu merindukan istriku tercinta ini?" Adrian bergombal ria dengan kata-kata yang sok puitis. Mendengar hal ini ada rasa yang menggelitik dihati Kanaya. Ingin sekali dia tertawa dengan rangkaian kata-kata rayuan Adrian. Namun dia ingin mempermainkan Adrian, anggap saja balas dendam atas perlakuan Adrian terhadap Ades tadi. "Aku mesti jawab seperti oh iya sayang aku juga kangen sama kamu" ucap Kanaya bernada sedikit merayu. "Ogah.Lepasin tanganmu, mungkin tanganmu ini sudah menjamah wanita lain saat kamu pergi ke Surabaya"kata Kanaya ketus sambil melepaskan pegangan Adrian dari pinggangnya. Kemudian dia beralih duduk di sofa. "Kamu cemburu ya" ledek Adrian yang melihat wajah Kanaya seperti ditekuk. "Siapa yang cemburu, lagian kamu tadi ngomong ke Ades mau ngajakin thresome. Apa nggak malu kamu itu, oh bukannya nggak tau malu sih mungkin lebih nggak tau diri" sekarang Kanaya benar-benar berkata sesuai dengan isi hatinya yang dipenuhi kekesalan terhadap Adrian. "Tu... kan kamu cemburu. Aku tu tadi cuma becandain Ades doang ngajakin threesome. Ngapain juga aku pengen bercinta sama Ades, sama kamu aja belum pernah cetak gol lagi" Adrian mencolek wajah Kanaya yang terlihat kesal. "Aduh sialan, kenapa ni cowok kok tambah ganteng banget sih ketika ngerayu kek gini. Ya allah untung sudah halal. Kalau kaya begini modelannya bisa runtuh iman saya ya allah" ucap Kanaya dalam hati saat Adrian mencoba merayunya, dia meras benar-benar salah langkah untuk sekarang ini. "Sayangku, jangan ngambek gitu dong. Kamu terlihat lebih seksi, membuat aku jadi tergoda" Adrian seakan lupa dengan harga dirinya yang tidak mau direndahkan oleh seseorang, kini dia telah takluk dengan pesona Kanaya yang luar biasa. "Ih apaan sih" ucap Kanaya sambil tersipu malu. "Sayang,udah nggak ada roti tawar lagi kan" Adrian berucap sambil mengedipkan matanya. "Tun roti tawarnya" kata Kanaya sambil melempar bungkusan roti tawar yang dibelikan oleh Tora tadi. Tanpa aba-aba Adrian langsung merangkul Kanaya dan merebahkan tubuhnya bersama tubuh Kanaya diatas kasur yang besar dan empuk kepunyaan Adrian. Mata mereka bertemu saling pandang dan degup jantung mereka berdua memompa begitu cepat. Seakan telah lari berkilometer jauhnya. "I love you Kanaya. Be mine always" satu kecupan dikening Kanaya yang berikan oleh Adrian setelah dia mengucapkan perasaannya. Kalau boleh dibilang, kondisi Adrian sekarang ini memang dalam tahap bucin akut. Dia tidak peduli dengan perasaan Kanaya terhadap dirinya, yang terpenting dia ingin mengekspresikan perasaannya dengan jujur. Adrian meyakini kalau Kanaya juga memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Namun mungkin dia masih malu untuk mengungkapkan semuanya, yang terpenting dia telah menjadi miliknya walaupun belum seutuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN