Episode 31

1903 Kata
Airin kembali duduk atas perintah Ken. Awalnya Airin menolak. Namun, Ken memohon. "Ada apa? Bukankah semuanya sudah jelas?" tanya Airin. Ken mengangguk. "Aku salah," ucapnya. Airin yang sedari tadi enggan melihat wajahnya, kini menoleh secepat kilat. "Apa?" tanya Airin. Ia ingin Ken mengucapkan dengan jelas. "Aku salah," kata Ken mengulang. "Aku egois, aku cuma mikirin diri sendiri." Ken menatap lurus taman di depannya. "Kamu ingat, dulu kamu pernah cerita, bahwa ada satu cowok culun yang menarik perhatian kamu waktu SMA," kata Ken. Airin mengangguk ragu. "Dan dia adalah Brian," lanjut Ken. Lagi-lagi Airin mengangguk. "Benar, aku cemburu, ketika tiba-tiba dia datang lagi ke kehidupan kamu, aku pikir cinta itu hadir lagi. Betul," kata Ken. "Ken," ucap Airin. Ken mengangguk. "Aku cukup mengerti, tanpa kamu jelaskan panjang lebar, cinta itu masih ada dalam diri kamu," ujar Ken. "Aku kasihan sama dia, hidup dia nggak sebahagia saat dia di depan kamera. Dia menderita selama ini," jawab Airin. Ken mengangguk. "Itu sebabnya, kamu luluh, itu sebabnya kamu memilih untuk berhenti balas dendam, dan itu sebabnya kamu lebih milih dia," ucap Ken. "Enggak. Desta punya bukti lain, dia mencari tahu tentang kenapa Irene bunuh diri," kata Airin. "Apa?" tanya Ken tak mengerti. Airin mengangguk. "Saat ini dia lagi selidiki, belum tahu pasti, yang jelas itu bisa jadi motif kenapa Irene memilih bunuh diri." Airin menjelaskan. "Kamu yakin, percaya sama dia?" tanya Ken. Airin mengangguk. "Aku mengenal Desta seperti apa. Walaupun dia terlihat tak serius, namun aslinya dia jujur, dia anak baik," kata Airin. Ken mengangguk mengerti. Airin kembali menoleh ke arahnya. "Lalu apa rencana kamu?" tanya Airin. "Maaf, aku nggak bisa membalas perasaan kamu," kata Airin ragu. "Aku tahu," jawab Ken. "Sangat jelas, sudah pasti kamu menolak," ucap Ken lagi. "Aku nggak tahu harus gimana, aku nyaman di dekat kamu, aku merasa sangat aman jika sama kamu, tapi perasaan aku nggak lebih dari seorang teman," ucap Airin. "Stop, aku tahu. Maaf, aku udah tambahin beban pikiran kamu," kata Ken. Sepertinya Airin perlu meminta maaf kepada Ken. Dia sudah salah menilai, atau justru sebaliknya. Memang Ken tak mau mengalah dengan perasaannya. Namun sekarang, Ken sadar. Bahwa jika dia memaksakan kehendaknya untuk bersama Airin, itu hanya akan membuat Airin tersiksa. "Aku harus minta maaf," ujar Ken. "Minta maaf ke siapa?" tanya Airin. "Sama Brian, aku bakal jelaskan bahwa bukan kamu pelakunya," ucap Ken. "Ken, tapi," jawab Airin. Ken mengangguk. "Pasti mereka akan menuntut?" Ken sudah sangat hapal dalam dunia hiburan. "Mereka nggak mungkin tinggal diam, sama orang yang udah sebar berita tentang artisnya, iya, kan?" tanya Ken. "Kita lakukan sama-sama," ucap Airin tiba-tiba. "Rin, kamu nggak melakukannya!" tolak Ken tegas. "Brian nggak mungkin tuntut aku," kata Airin percaya diri. Ken mencari cara untuk meminta maaf. Namun, dia tak mungkin melakukannya sekarang. Karena masih banyak sekali wartawan yang menunggu konfirmasi dari pihak Brian. Ken mencari cara agar para wartawan mengalihkan perhatiannya. Di perjalanan dia terus berpikir. Dia ingin membuat heboh jagad berita agar menjadi berita paling menarik untuk diliput. "Ah, Wiratayudha!" Lagi-lagi Ken berpikir untuk mengekspos berita tentang laki-laki itu. "Tapi, itu masih ada hubungannya dengan Brian, enggak, enggak," kata Ken. -Sepertinya berita tentang kasus korupsi pejabat bakal rame- Tulis Airin. Tadi sebelum pulang, keduanya sepakat untuk mencari cara lain supaya berita tentang Brian menghilang atau tenggelam. -Kasus korupsi? Bukankah sudah biasa di negara ini?- Ken membalas pesan Airin. -Korupsi Bansos! Terlebih semua orang pasti lagi kesusahan gara-gara pandemi, bisa dong berita kayak gini jadi paling trending. Buat berita semenarik mungkin- Tulis Airin lagi. Ken menghentikan mobilnya. Kedua bola matanya melihat sesuatu yang tak biasa. Tepat di depan hotel berbintang lima, dia melihat sosok Monik dengan seorang laki-laki. "Yes! Berita paling panas Minggu ini," kata Ken seperti mendapatkan mangsa. "Kapan lagi dia di ekspos masalah pribadinya, setelah berkali-kali lolos dari media dan menyembunyikan statusnya." Ken seperti mendapatkan emas di tengah samudra. Langsung saja dia memasuki pelataran hotel agar melihat lebih jelas aktivitas artis itu. -Aku udah nemu ide- Tulis Ken. Airin yang menerima pesan itu hanya mengerutkan kening. "Apa?" tanyanya tanpa membalas pesan Ken. Sepertinya sinar matahari pagi ini bersahabat dengan Airin. Mendung, mungkin saja jika Airin tinggal di pegunungan, dia hanya akan mendapati awan yang berkabut. Airin masih murung, menatap jendela kamarnya. Bagaimana dia bisa tidur setelah kekacauan kemarin membuatnya dituduh menjadi tersangka. Terlebih Desta belum mau menemuinya. Airin membuka aplikasi Instagramnya. Dia terkejut melihat berita pagi ini. "Ken?" tanyanya tak percaya. Terlebih dengan apa yang dia lihat pagi ini. "Monik dan kehidupan malamnya?" tanya Airin lagi setelah membaca judul artikel itu. "Maksudnya apa?" Tak ingin menebak-nebak. Airin segera membaca caption dalam postingan itu. "Apa? Prostitusi? Wah!" Airin terkejut. "Punya anak? Tanpa status pernikahan?" Airin masih menganga melihat berita pagi itu. "Ken! Pasti dia lembur buat rilis ini semua," ucap Airin. Berita Monik berhasil menggeser peringkat berita Brian. Berita heboh di jagad hiburan. Pasalnya Monik terkenal dengan image yang ramah dan suppel. Walaupun rada kasar, tetapi dia selalu tersenyum di depan kamera. Baik dengan para fansnya. "Wah!" Airin bergegas mencari nama Desta. Dia segera menghubungi temannya itu. "Des," kata Airin sesaat setelah Desta menjawabnya. "Iya," jawab Desta lemas. "Lihat berita sekarang! Berita Brian udah tergeser sama berita Monik!" Airin menjelaskan dengan antusias. "Lalu?" tanya Desta. "Ya berarti netizen udah mulai beralih dong. Nggak mungkin bahas tentang Brian terus," kata Airin. "Rin, penggemar Brian itu bukan cuma satu, sepuluh, atau seratus, yang bisa dihentikan dengan berita lain. Brian itu udah terkenal, lebih dari seribu orang kenal sama dia, nge-fans sama dia, nggak mungkin mereka ninggalin berita Brian gitu aja." Desta menjawabnya dengan tegas. "Mau kamu apa?" tanya Desta. "Desta, aku cuma mau minta maaf. Aku mau ngomong langsung, aku jelasin," kata Airin. "Nggak perlu, lagi pula Brian akan pindah ke luar negeri," kata Desta. "Pindah? Kenapa? Kapan?" tanya Airin mendadak panik. "Secepatnya. Dia nggak mungkin bermuka tebal di layar kaca. Nama dia udah tercemar, nggak mungkin dia balik lagi ke ranah hiburan. Malu, malu, malu!" Desta menjelaskan. "Des, aku mau minta maaf. Udah itu aja," kata Airin memohon. "Nggak perlu. Siapapun pelakunya, Brian udah maafin. Thanks, ya. Selama ini udah mau bekerja dengan dia." Desta menutup panggilan teleponnya. Airin menyesal. Menyesal dengan semua yang terjadi. Tak mungkin dia menyalahkan Ken terus. ____ Tepat pukul sebelas siang, Desta sudah sampai di bandara. Untungnya setelah berita tentang Monik muncul, wartawan meninggalkan apartemen Brian. Walaupun tak semuanya. Namun, Desta bisa mengambil kesempatan saat dua wartawan yang berjaga di sana tengah lengah. Desta duduk di kursi tunggu. Entah menunggu kedatangan siapa, yang jelas dia sabar. Hampir dua jam menunggu akhirnya dia bangkit dan menyapa orang yang baru saja tiba dari luar negeri. "Apa kabar Jo," sapa Desta. Jonathan tersenyum dan menyalami Desta. "Baik," jawab Jonathan. "Tante, masih ingat sama Desta?" tanya Jonathan. Desta tersenyum ramah dengan wanita paruh baya yang terlihat senang. Mungkin senang karena dia kembali ke tanah kelahirannya. "Saya Desta, Tante," katanya sopan. "Jelas inget. Kamu yang dari dulu ada di samping anak Tante," ujar Febi dengan nada lembut. Desta menyalaminya. Dia adalah ibu dari Brian. Yang sudah dibuang ke luar negeri selama beberapa tahun oleh Wiratayudha. Febi memiliki penyakit mental yang membuat Wiratayudha tak ingin menemuinya, bahkan sengaja memisahkan dia. Untung saja Jonathan sang keponakan Febi, merupakan seorang dokter di Inggris, merawat Febi dan membawa Febi berobat hingga sembuh. Desta mengantarkan Jonathan dan Febi menuju rumahnya. Brian sengaja menyuruh Desta untuk membawa ibunya ke sana. Brian juga datang ke rumah itu untuk menyambut kedatangan ibunya. Wiratayudha yang tak mengetahui kepulangan Febi, hanya bingung dengan kedatangan Brian. "Setelah ada masalah, sekarang kamu pulang? Mau minta perlindungan Ayah?" tanya Wiratayudha. "Enggak, aku bahkan mau ngasih kejutan buat Ayah." Brian menjawabnya dengan santai. "Kejutan? Kejutan apa?" Wiratayudha tampak tertarik. "Ada, tunggu saja. Mumpung Ayah ada di rumah," jawab Brian. Orang tua itu memilih kembali ke ruang kerjanya. Hari ini dia akan mengadakan rapat di sore hari. Itu sebabnya dia masih berada di rumah. Terlebih dengan kedatangan Brian secara tiba-tiba. Pukul dua lewat dua puluh menit, sebuah mobil Alphard berhenti tepat di garasi rumah mewah itu. Brian yang menunggu di ruang tamu segera berdiri dan keluar dari sana. Febi menangis melihat putranya sudah sangat berbeda dari terakhir dia lihat. "Apa itu Attar?" tanya Febi. "Dia Brian Tante," ujar Jonathan sedikit meledek. "Attar udah ganti," katanya lagi. Membuat semua orang tersenyum. Febi segera memeluk Brian. Dia menangis di pelukan anak semata wayangnya. Maklum saja, Mereka tak bertemu sejak Brian pindah ke luar negeri. Tak sekalipun komunikasi di perbolehkan oleh Wiratayudha. Hingga saatnya Febi juga dibuang. Brian ikut terbawa emosi. Dia ikut menangis. Namun, hal haru itu tak dirasakan oleh Wiratayudha. Dia berdiri dengan wajah yang sangat masam. Dia berdehem sebelum memulai berbicara. "Siapa yang suruh kamu pulang ke sini?" tanya Wiratayudha tegas. Febi dan Brian melepaskan pelukannya. "Anak sama Ibu, sama saja, cengeng, lemah, dan ..." Belum sempat meneruskan makiannya. Brian menatap bapaknya. "Harusnya Ayah malu, Mama sangat mengagumi Ayah sebagai seorang pemimpin. Dia bahkan rela berpisah untuk waktu yang lama dengan anak dan suaminya. Tapi apa yang di lakukan Ayah di sini," katanya. "Cukup," kata Febi mencegah. Dia tersenyum lembut. Sepertinya tugas Brian sudah selesai. Yaitu membawa pulang kembali ibunya. Walaupun hubungannya dengan sang ibu tak terlalu dekat, namun namanya anak dan orang tua jika dipisahkan dalam waktu yang lama semua akan baik-baik saja, kerinduan yang terpendam kini sudah bisa mereka saling curahkan. ____ Setelah berdiskusi panjang. Berita tentang Brian memang sudah tak menjadi berita utama, tetapi karirnya seolah sudah lenyap seketika. Banyak brand ternama membatalkan kontrak kerja. Ada juga proyek film yang memilih mengganti aktornya dengan aktor lain. Walaupun Brian tak melakukan kesalahan, namun masih banyak netizen yang tak menerimanya operasi plastik di negara ini. Bagi mereka Brian tak mensyukuri nikmat Tuhan yang sudah dikaruniakan kepada dirinya. Brian memutuskan untuk beristirahat sejenak dari dunia hiburan. Dia ingin melepaskan penat dengan pergi dari kehidupannya yang sekarang. Dava menyetujui dengan kepindahan Brian. Dia berharap Brian akan bahagia dengan keputusannya. Desta turut mengantar Brian ke bandara. Dia menyeret dua koper besar tanpa kesusahan. Tiba-tiba, suara Airin membuat langkah Brian berhenti. Laki-laki itu menoleh dan mendapati Airin menangis. "Aku salah, tapi kenapa nggak kasih aku kesempatan untuk minta maaf!" protes Airin. Suaranya sudah bergetar karena isak tangisnya. Dia mendekat. "Kamu mau kabur gitu aja? Padahal berita kamu masih ada?" Kamu mau buat fans kamu sedih dengan kepindahan yang mendadak ini?" tanya Airin terus berbicara. "Rin," kata Brian. Dia melangkah satu langkah ke depan. "Jahat! Pantas saja dulu adikku melakukan hal bodoh, nyatanya artis yang dia cintai lebih bodoh dari dia!" Airin benar-benar terisak. Desta hanya mengedikkan bahu. "Rin," kata Brian akan menjelaskan. "Yang lebih bodoh adalah aku!" teriak Airin. Dia berhasil menjadi pusat tontonan di bandara. "Mencintai kamu tanpa balasan! Dari dulu sampai sekarang tak ada satu perasaan pun yang terbalas! Ngerti!" teriak Airin. "Airin, kamu gila!" pekik Desta. Dia ingin menghentikan perempuan itu. Namun, sudah terlanjur mereka menjadi tontonan. "Jahat! Aku bakal katakan sama dunia! Biar hidup kamu nggak akan pernah bahagia!" Airin terus berbicara dengan lantang. "Siapa bilang aku nggak balas perasaan kamu. Walaupun aku nggak pernah nunjukin di depan kamu, tapi nyatanya kamu adalah cinta pertama aku!" kata Brian. Airin terkejut. "Cewek rese yang selalu aja datang di hari-hari aku, cewek sok pintar yang dengan tegasnya menghukum mereka yang membully ku!" kata Brian. Dia mendekat ke arah Airin. "Yan," kata Airin lirih. Cowok itu semakin mendekat. "Benar, aku mencintaimu Airin," kata Brian tegas. "Apa?" Kini Airin ragu. Dia menatap Brian lekat. "Aku mencintaimu!" kata Brian lagi. Airin menangis lagi. Hingga Brian menariknya ke dalam pelukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN