23

1593 Kata

Tanpa satu kata pun, Dialta membungkuk sedikit lalu menyelipkan satu lengan ke bawah lutut Sena dan satu lagi menopang punggungnya. Dialta menggendongnya. Ya... Menggendong. Tidak ada aba-aba. Tidak ada pertanyaan. Untuk apa di sini? Kenapa berada di sini? Atau, bagaimana bisa sampai di sini? Tubuh Sena terangkat begitu saja—dan refleks, kedua tangannya langsung melingkar di leher tegap suaminya. Ia tidak melawan. Tidak berdebat. Tidak juga berceloteh seperti biasanya. Sena memilih diam. Karena dia tau, dia saoah dan untuk saat ini dia tak akan mendebat sang suami. Beruntung jika Diaota bisa menemukannya bukan? Jika tidak, apa yang akan terjadi nantinya. Sena tak tau, dan tak mau tau. Dia ngeri membayangkan hak itu. Bukan hanya Sena, tapi Dialta juga diam. Entah dia marah atau apa. Ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN