"Dek sini ayok duduk" regina menepuk sofa di sebelahnya agar dewi duduk di sana.
Dewi pun duduk d tempat yang di tepuk mbaknya itu.
"Dek kamu yang nurut sama mami ya, mami itu selalu memikirkan yang terbaik buat kamu".
"Iya mba dewi nurut kok, mbak kan tau dewi ini gak suka ribet dan ya begitulah, intinya dewi gak akan macem macem dan aneh aneh".
"Dek nanti kalo anak mbak lahir kamu bantuin mbak rawat ya".pinta regina
"Akukan gak pernah rawat bayi mbak, kenapa gak pake babysiter aja mbak?".
"Kamu bisa belajar dek, mas radit sih mau cariin babysiter tapi mbak rasanya kurang percaya kalo anak mbak d jaga orang lain beda kalo saudara sendiri kan".
"Iya deh mbk nanti aku bantu, tapi di kasi uang jajan kan" dewi tersenyum jahil.
"Kamu ini selalu aja begitu, iya deh mbak kasi uang jajan nanti".
"Yes apa sih yang gak buat kakak sendiri".
Tak lama radit pun datang dan memasuki rumah.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam" mereka menjawab
"Mas sudah datang"regina menghampiri dan menyambut suaminya datang sedangkan dewi masih duduk dan memainkan hp nya.
"Ini buat kamu sayang"radit menyodorkan bucket bunga mawar merah.
"Ya allah sayang cantik banget, makasih ya, capek capek kerja masih sempat kasi hadiah".radit memang sering memberikan hadih pada regina kadang perhiasan kadang kue bunga dan sebagainya, itu dia lakukan karena dia sangat mencintai istrinya semakin hari cintanya semakin besar.
"kado spesial buat orang spesial" kata radit mengecup pipi istrinya.
"Bang bawa oleh oleh apa buat dewi" tanya dewi
"Ada tuh pakaian kotor".jawab radit
"Ya abang iya kali aku di kasi baju kotor"
Hahahahahaha radit dan gina tertawa
"Udah ah dewi mau ke cafe ya bang mbak, kan tugas dewi sudah selesai".
"Makasih ya dew sudah nemani mbak mu".
"Sama sama bang, mana uang jajan nya".dewi mengadahkan tanganya.
"Giliran uang aja gak pernah lupa"kata radit sambil memberikan lima lembat uang merah.
Dewi pergi meninggalkan sepasang suami istro yang saling melepas rindu.
"adekmu itu bener bener aneh ya sayang jauh beda banger sama kamu"
"dia begitu karena saat dia kecil ayah kami meninggal mas, kami besar dengan keterbatasan biaya untungnya mami selalu berjuanh untuk menyekolahkan dan membesarkan kami,bahkan dewi sejak kecul sudah bantu mami berjualan mas dia kalo sekolah bawa jajan buat d jual di kelasnya"
"Iya sayang masalalulah yang mendidik dia seperti ini,tapi dia harus berubah sayang karena dia perempuan dan bukan anak anak lagi".
"Itulah mas aku selalu mgingatin dia buat nurut sama mami ikuyin nasihat mami, dia seperti laki laki, temanya saja kebanyakan laki laki, dia perempuan yang keras kepala, sejak kecil dia suka berkelahi, tapi dia anak yang baik mas, selalu bahagia dan menularkan kebahagiannya".
"Yasudah ayok kita duduk, perutmu sudah sangat besar dan kamu jangan berdiri terus"kata putra akhirnya mereka duduk di sofa.
"Mas tolong selalu jaga dan lindungi dewi dan mami ya".
"Iya sayang mereka kan keluarga ku juga pastilah aku akan menjaga mereka walau tidak kamu minta sekali pun".
Sebenarnya dewi dan radit tidak terlalu dekat hanya saja adik iparnya itu selalu berbicara nonformal dan tidak tau malu, ya dia hanya memaklumi saja ulah adik ipar nya itu.
"sayang dua bulan ini aku gak nemanin kamu cek kandungan, bulan ini aku janji akan nemanin kamu"kata radit.
"gak apa mas, kamukan sibuk kerja".
karena proyek baru yang radit tangani sehingga menyita banyak waktu radit sehingga beberapa bulan ini istrinya harus periksa sendiri di antar supir.
Sebulanbulan kemudian..
"Hallo mi?
"Dew rere di rumah sakit sedang oprasi bersalin,kamu segera kesini ya,mbak mu butuh darah".
"Apa yang terjadi mi,bukanya belum waktunya?".
"Sudahlah dew lekas kesini, nanti mami jelasin di sini".
"Iya mi dewi segera kesana".
Dewi menggunakan motor tomi untuk menuju rumah sakit seorang diri karena tomi harus membantu karyawanya yang lain di cafe.
Di dalam ruang oprasi sedang berjuang regina melahirkan anak pertama nya.
Sedangkan di luar ruang operasi sudah berkumpul mami dan kakak iparnya.
"Mi gimana keadaan mbak?".
Mbak mu sedang di oprasi butuh darah nak, cepet kamu datangi perawat buat ambil darah".
"Iya mi"
Dewi langsung menemui perawat dan melakukan cek kesehatan, syukurlah dewi memenuhi syarat untuk pengambilan darah, sudah di ambil darah dewi dan dewi kembali berkumpul dengan mami dan abangnya.
"Mi, ada apa sebenarnya kok sampe kayak gini? Bukanya mbak baik baik aja?".
"Abang?" Radit tak mampu menjawab nya karena sangat syok dan tepukul.
"Kata bibi d rumah rere, dia kepeleset di tangga waktu habis makan siang hendak ke kamar dan terguling sampai ke bawah, rere pendarahan harus di operasi, dokter sedang berjuang menyelamatkan keduanya" jelas mami ira.
"Ya allah mbak" dewi menangis menutup mulutnya menekan suaranya, dia sedih namun dia tidak mau merusak suasana d sana.
Keluar seorang perawat yang hendak mengambil darah yang dewi donorkah tadi.
"Sus gimana sus anak dan istri saya?"
"Maaf pak nanti akan ada dokter yang menjelaskan langsung ke suaminya, saya permisi".
Radit lemas terduduk di lantai.
"Ya allah selamatkanlah keduanya, mereka adalah nyawa hamba".
"bang jangan begini bang kita doakan mbak sama sama ya bang".
Radit mengangguk tidak biasanya dewi bersikap dewasa seperti ini, kali ini dewi benar benar menunjukan sosok dewasa, tidak ada dewi yang aneh dan kekanakan.
"Mi abang dewi keluar sebentar ya?" Hanya di jawab dengan anggukan.
Dewi melangkah pergi ke arah kantin membeli beberapa roti untuk mami dan abang iparnya dan membeli air minum, ia yakin mami dan abang nya pasti belum ada makan, sudah empat jam kakaknya di dalam ruang oprasi dan selama itu juga mami dan abang iparnya berada disana.
"Mi makan dulu mi, nanti mami sakit, ingat mami gak boleh telat makan kan kata dokter". Mami mengangguk dan memakan roti yang di berikan anak kedua nya itu.
"Bang ini makan dulu bang".
"Makasih dew kamu aja, abang gak lapar".
Dewi hanya bisa diam dia tidak memaksa abang ipar nya itu, dewi memang tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya, namun karena keadaan dia jadi memberikan perhatian lebih kepada mami dan abang iparnya ini.
"Aku harus kuat gak boleh ikut kalut seperti abang dan mami, harus ada yang bisa berfikir dengan kepala sehat". Batin dewi yang melihat mami dan abangnya sangat rapuh.
Tepat lima jam oprasi berlangsung, akhirnya oprasi selesai, keluarlah dokter dari ruangan itu di susul beberapa orang di belakangnya, kami semua mendekati dokter.
BERSAMBUNG
kasi komenya dong.