“Katanya, hal terindah dalam hidup adalah ketika kau jatuh cinta. Tapi bagiku, cinta adalah ketika kau mampu merelakan pasangan takdirmu untuk pergi lebih dulu, dan mampu bertahan setelahnya.” Ghea memainkan ujung sedotan dengan jarinya. Tatapan matanya kosong pada bulir embun di pinggiran gelas. Pikirannya menerawang jauh, pada Zebra yang belum ada kabar semenjak video call terakhir mereka. Ghea sungguh tidak bisa merasakan apa-apa selain kekosongan dalam jiwanya. Kesedihan mendalam yang pernah Ghea alami adalah tiga tahun lalu, ketika kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Ketika itu, Ghea sempat berpikir bahwa mati lebih baik daripada hidup sendiri. Tapi nyatanya, seiring berjalannya waktu, Ghea mampu melewati semua itu. Meski berat, meski hatinya yang sering kali menjadi

