"Mah..," rengek Chila dengan mata sedikit berembun memanggil Naura yang saat ini sedang duduk di kursi dapur.
"Hai, kenapa? Kok nangis? Sini, Sayang." Naura mengayunkan tangannya meminta Chila agar mendekat.
Naura meraih tubuh Chila dan membawa bocah itu dalam pangkuannya. Memeluk dan menciumi kepala nya dengan sayang.
"Ma-Mamah, kok ta-tadi malam nggak jadi bobok sama Chila?"
Naura kembali mendekap tubuh mungil Chila. Mengusap perlahan punggung Chila yang sedikit bergetar karena tangis.
"Sttt, maafin Mamah ya. Mamah tadi malam ketiduran di kamarnya Ayahnya Chila."
Padahal sudah sejak lama Chila menginginkan tidur bersama sosok ibu. Dan akan terkabul malam tadi, namun harapan Chila kembali pupus saat tak mendapati adanya Naura di sampingnya.
"Kenapa bobok sama Ayah? Chila nakal ya, Mah? Atau Mamah lagi sakit makanya bobok sama Ayah?"
"Chila nggak nakal, Chila kan anak yang baik. Mamah juga nggak sakit, Sayang."
"Tapi muka Mamah kayak orang sakit."
Memang saja pagi ini wajah Naura juga Rendra terlihat begitu pucat. Mungkin ini adalah efek semalam yang membuat mereka menjadi lelah dan terlihat sangat lesu.
Naura hanya bisa tersenyum kaku sembari mengusap pelan jejak air mata di kedua pipi Chila.
"Ayah sama Mamah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan."
"Capek?"
"Iya, capek. Sekarang mending kita ke kamar nya Chila yuk. Mamah mandiin lagi kayak kemarin, mau?"
"MAU!!" seru riang dari Chila menanggapi tawaran kedua tangan mungilnya yang melingkari leher Naura sedikit digerakkan agar kepala Naura agak maju.
Cup.
Satu kecupan mendarat di hidung Naura, mata Naura melebar kaget akan tindakan Chila. Ini adalah kali pertama Chila berani menciumnya terlebih dahulu. Ini berarti Chila sudah benar-benar bisa membuka hatinya untuk Naura sebagai sosok Ibu baru di hidupnya. Ada rasa senang dan juga haru membuncah melingkupi perasaan Naura saat ini.
"Okay, sekarang kita mandi!!!"
"Yeay, mandi sama Mamah,"
Mereka pun sama-sama terkekeh, perlahan Naura bangkit dari duduknya sembari menggendong Chila.
Wanita itu sedikit memejamkan matanya dan mendesis lirih kala bagian bawahnya kembali terasa nyeri. Bahkan untuk berjalan saja Naura sampai melebarkan kakinya.
"Kenapa, Mah?"
"Gapapa, Sayang."
Satu demi satu anak tangga Naura naiki.
"Ra?"
Naura yang sudah mencapai anak tangga nomor lima pun menoleh ke bawah dan mendapati Rendra yang baru saja pulang membeli nasi soto untuk sarapan.
Jelas di kedua netra Rendra terpancar kecemasan.
Rendra tak melanjutkan ucapannya melainkan ia malah pergi ke dapur. Tapi kemudia di menit selanjutnya Rendra kembali menghampiri kedua perempuan yang sangat berarti dalam kehidupannya.
"Sama Ayah, ya?" kedua tangan Rendra terulur untuk meraih Chila agar ikut dalam gendongannya. Namun, Chila malah menggeleng dengan cepat.
"Gamau, mau mandi sama Mamah, Yah,"
Tatapan Rendra kembali mengarah pada kedua mata Naura. Wanita itu pun yang tau akan kekhawatiran Rendra pun menggeleng pelan. Mengisyaratkan jika ia tidak apa-apa.
Desah frustasi terdengar dari Rendra. "Kaki Mamah lagi sakit. Mandi nya sama Mamah, tapi yang gendong Ayah, ya? Chila mau kan?"
Kedua binar yang Naura sukai sekarang menatap Naura dengan tatapan sendu. Ya, binar milik Chila kini telah hilang berganti dengan sendu.
"Kaki Mamah sakit, ya?" tanya Chila dengan nada penuh khawatir.
"Iya, kaki Mamah lagi sakit. Tadi malam Mamah ada kecelakaan kecil pas mau bobok." jawab Rendra.
"Ayuk, Yah. Chila gendong Ayah aja, mandi nya hari ini juga sama Ayah aja. Mamah sekarang duduk nunggu Ayah sama Chila di meja makan aja, ya, Mah?"
"Eh? Nggak perlu, Mamah gapapa, Sayang. Cuma dikit sakitnya. Jadi kalaupun mandiin Chila juga gapapa kok."
"No, Mamah lagi sakit. Jadi Mamah harus duduk aja."
"Udah nurut aja. Sekali-kali jangan bangkang, aku tau sekarang kamu pasti lagi nahan nyeri." ucap Rendra pada Naura sembari meraih Chila dari gendongan wanitanya.
Rendra tau kebiasaan kekasih hatinya sekaligus teman SMA nya ini adalah membangkang. Wanita yang dulu sangat pemberani dan bisa dibilang banyak sekali teman cowok nya. Yang kadang membuat api cemburu bergejolak dalam diri Rendra sang bocah SMA.
Akhirnya, Rendra pun memilih menjalin hubungan dengan Amanda demi menghilangkan rasa cemburunya.
***
"Kamu yakin nggak kerja hari ini, Ren?" sekali lagi Naura bertanya pada Rendra seusai sarapan bersama mereka selesai.
"Nggak, nanti cuma mau nganter Chila. Terus pulang, badanku pegel semua. Memangnya kamu mau kerja?"
Naura menggigit bibirnya dengan jemari yang terketuk di meja makan. Otaknya sepertinya tengah berpikir apakah ia harus kerja atau tidak?
"Nggak usah," suara Rendra menyaut.
"Hm?"
"Nggak usah kerja, hari ini libur dulu. Besok boleh kerja."
"Nggak deh, aku hari ini mau masuk aja." sanggah Naura sembari membawa tumpukan piring serta mangkuk ke wastafel untuk di cuci.
Rendra menghela nafas, pria itu tau jika hal ini pasti akan terjadi. Dia melirik Chila sejenak yang masih sibuk dengan s**u di cangkirnya.
"Jalan kamu aja masih kayak gitu, Sayang. Kalau kamu kerja pasti malah kerepotan."
"Iya, aku tau. Tapi hari ini Florist ada pesanan. Kalau cuma Nita sama Dona pasti kasian nggak akan selesai nanti."
Rendra berdecak pelan dan Naura mendengar itu. Rendra memang orang paling tidak suka kehendaknya dibantah, tapi hari ini memang di Florist—toko bunga milik Naura—sedang ada pesanan.
"Okay, aku anterin. Baju kamu masih ada satu di lemari ku, nanti setelah aku anterin Chila, aku jemput kamu."
"Loh? Bukannya kamu mau istirahat?"
"Iya, tapi ada pengganggu yang buat hati nggak tenang."
Naura tertawa mendengar jawaban Rendra.
"Pamit dulu sama Mamah," pinta Rendra pada putri kecilnya.
"Mamah, Chila berangkat dulu, ya?"
"Iya, Sayang. Hati-hati, ya."
"Okay, Mamah." Dua kecup mendarat di kedua pipi Chila.
"Hati-hati ya, Ren." ucap Naura pada Rendra.
"Hm,"
Naura terkekeh kecil mendengar jawaban Rendra.
"Jangan ngambek, Sayang. Makasih ya udah izinin kerja,"
Cup.
Kecup basah mendarat pada rahang kokoh Rendra. Wanita itu juga bisa melihat hasil karyanya tadi malam tampak merah-merah di beberapa titik leher sang kekasih.
Tapi untung saja pada miliknya tidak terlihat. Rendra membuat cupangnya di bagian belakang telinga dan juga bagian d**a nya.
"Hm,"
Sekali lagi Naura tertawa mendengar tanggapan kekasihnya itu. Kemudian ia kembali membereskan meja makan juga mencuci cangkir bekas s**u Chila.
Setelah semua nya beres, Naura segera menuju ke kamar Rendra dan sekaligus membersihkan tubuh di kamar mandi milik Rendra. Untuk masalah membersihkan rumah nanti akan ada ART yang datang di setiap jam 9 pagi.
***