bc

Asisten

book_age16+
893
IKUTI
3.8K
BACA
possessive
family
arrogant
badboy
goodgirl
drama
sweet
bxg
first love
school
like
intro-logo
Uraian

Tak ada yang memintanya untuk mengejar, tak ada yang memintanya untuk terluka, tak ada yang memintanya untuk mengorbankan perasaan, tak ada pula yang memintanya untuk bertahan dalam kepedihan. Itu murni keinginan Anindita Maheswari untuk memperjuangkan cintanya terhadap Rega Algatama, laki-laki pengecut yang mampu membuatnya jatuh berkali-kali pada cinta yang sama.

Namun, berbekal rasa cinta saja tidak membuat Rega berbalik mencintai Anin, itu sebabnya Anin melakukan banyak cara bodoh. Salah satunya dengan menjadi asisten Rega, membuat kesepakatan bersama mendiang ayah Rega. Berharap dengan cara itu ia bisa dekat dengan Rega dan perlahan-lahan Rega akan jatuh cinta padanya.

Sayangnya usaha itu berujung gagal. Apapun cara yang coba Anin lakukan, semuanya sia-sia. Keyataannya, Rega masih terjebak pada cinta di masa lalu, enggan keluar dari bayang-bayang Tania Admajaya, cinta pertamanya.

Setelah usahanya sia-sia, Anin memilih menyerah, sialnya Rega menahannya untuk pergi. Meminta bertahan dan memberinya kesempatan, juga mengaku bahwa ia telah jatuh hati pada Anin. Akan tetapi, kehadiran Dante Abraham, mantan Ketua OSIS yang dibanggakan oleh sepenjuru SMA Cemerlang mempersulit jalan Rega untuk mendapatkan Anin kembali, membuatnya harus berusaha keras.

Lalu?

Siapa yang akan menjadi pemenangnya?

Apakah kisah mereka akan berakhir happy ending, atau justru sad ending?

Sebab yang saling mencintai tak selamanya dapat bersatu. Pun sebaliknya, yang saling membenci tak selamanya dibiarkan saling menutup diri. Kisah mereka membuat salah satunya tersakiti, itu pasti terjadi.

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
BAB 1 MILYARAN LUKA "Matahari terlanjur datang dengan seribu luka bakar, atau bahkan milyaran? Bukankah percuma mengobatinya, tidak kah kamu lelah berusaha menyembuhkannya? - Anindita Maheswari - *** "Kotak misterius ke-81, surat ke-100?" Tanda tanya sudah melengkung jelas di kening Nata, sesaat setelah Anin mengeluarkan kotak dan surat berbentuk burung dari lokernya. Cewek berbando pink itu terlihat kebingungan mengartikan kalimat yang tertera di notes kecil kotak misterius. Anin menghela napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya pelan, menarik kotak berpita dan surat misterius itu dari pangkuan Nata. "Gue rasa makna dari surat berbentuk burung itu, sebuah harapan. Sementara kotak berpita ke-81 ini, hitungan hari selama gue sekolah di sini. Tepat 3 bulan tanpa hari Minggu." Seraya berpikir, Nata mangguk-mangguk seolah paham maksud ucapan Anin. Sepertinya maksud akal jika Anin menghubung-hubungkan dua perkara tersebut. Hadiah dan surat misterius, serta kedatangan Anin ke SMA Cemerlang. Tiga bulan bukan waktu yang sebentar untuk Anin mengenal lingkungan baru di SMA Cemerlang. Orang-orang baru, suasana baru, peraturan baru dan banyak lagi hal lainnya yang masih baru untuknya. Selama proses penyesuaian diri, Anin harus berbahagia dengan statusnya sebagai asisten Rega. Cinta pertamanya yang sudah berulang kali menyelamatkan hidupnya. Sejauh ini, sikap Rega terhadap Anin masih sama seperti sebelumnya, dingin, datar, kasar dan tidak memikirkan orang lain, selain Tania serta keluarganya. Bukan hanya sosok dingin, datar seperti Rega yang hidup berdampingan dengan Anin, ada pula sosok misterius yang setiap hari menyimpan kotak berpita serta surat berbentuk burung ke dalam lokernya. Padahal kunci loker selalu Anin bawa kemanapun, duplikatnya juga dipegang oleh si ketua kelas jago komputer, Galuh namanya. Jika mau menuduh, Anin juga tidak punya bukti, teman-teman sekelasnya bilang selama ini tidak pernah ada kejadian seperti yang dialami oleh Anin. Hingga akhirnya Anin memilih untuk tidak ambil pusing, selagi orang itu tidak berbuat macam-macam. Selain sosok misterius yang hingga saat ini masih dipertanyakan, ada juga sosok kakak kelas yang begitu Anin benci. Namanya Dante Abraham, lelaki yang dulu hampir merenggut kehormatannya, menyematkan kenangan pahit dalam hidupnya, membuat masalah datang bertubi-tubi tanpa bisa diatasi. Kemunculan lelaki itu dipicu oleh tindakan pembulian yang dilakukan oleh Ziva Oktaviana kepada Anin. Katanya, Ziva anak tentara yang sok berkuasa di sini, suka menindas dan haus akan perhatian, terlebih pada Dante. Siapapun yang telah mengusiknya, maka dapat dipastikan orang itu tidak akan bisa lepas dari cengkeraman Ziva dan kawan-kawannya. Sedikit cerita tentang hari itu, hari pertama sekolah, hanya karena masalah tempat duduk di kantin. Kalau biasanya di SMA Gemilang Anin bebas memilih tempat duduk, di sini justru berbeda. Sisiwa/siswi baru dan juga junior mereka dilarang menduduki beberapa meja, salah satunya meja yang terdapat di tengah-tengah kantin, meja tersebut seolah telah menjadi hak milik Ziva serta teman-temannya, jika nekat maka bersiaplah menjadi target utama pembulian. Seperti Anin, ditindas hingga detik ini. Kedatangan Dante sebagai pahlawan kesiangan hari itu benar-benar menguji amarah Ziva, membuat cewek yang hobi bertukar pasangan itu memiliki dendam kusumat terhadap Anin. Jika mereka berpapasan atau saat Ziva melihat Dante bersama Anin, maka dipastikan jalan menuju neraka telah dibuka oleh Ziva lebar-lebar untuk Anin. Berpuluh-puluh kali Ziva mencoba mencelakai Anin, beratus kali lipat Rega dan Dante melindungi Anin dari rencana buruk cewek urakan itu. Belum lagi sosok misterius itu, setiap kali Ziva bertindak yang macam-macam kepada Anin walau gagal, setelahnya selalu ada hal tidak enak yang menimpanya. Misalnya setiap sepulang sekolah, hampir setiap hari Ziva mendapati mobilnya kotor dilempari kotoran oleh seseorang. Meskipun begitu, cewek paling ditakuti se-SMA Cemerlang itu tidak kapok-kapok juga, ia terus menyusun rencana untuk menjatuhkan Anin, walaupun ia tahu hasilnya nihil. "Kali ini lo masih belum mau buka kotaknya?" tanya Nata rileks. Anin terdiam, membuat Nata tahu jawabannya. "Baca suratnya juga gak mau?" "Bukan hak gue, kali aja kotak sama surat ini bukan buat gue," elak Anin sambil melirik kursi di sebelahnya. Tahta pangeran es yang tak pernah diduduki oleh siapapun terkecuali dirinya sendiri. Nata melirik heran, "Terus menurut lo buat siapa? Rega? Ngapain juga dimasukin ke loker lo, Rega juga punya loker kali, Nin." Karena bingung, Anin menopang dagu, memandang Nata yang kali ini ada benarnya. "Menurut lo siapa, Nat?" "Pengagum rahasia." Bahu Anin merosot turun, wajahnya berubah kecut. "Lo kebanyakan nonton drama Korea, apa sinetron, sih?" kesalnya. Yang ditanya hanya menyengir seperti biasa, masih pagi untuk berdebat hal yang tidak penting. "Lo juga gak peka-peka, capek tau gue ngasih kode," kata Nata kemudian, mendadak tidak nyambung. Anin menarik sudut bibirnya ke bawah, membuang pandangan lalu menatap jendela. "Orang misterius itu, gimana caranya, ya, biar gue bisa ketemu sama dia?" "Ada lima cara, Nin." "Yang pertama?" Anin bersemangat. "Datang ke sekolah sebelum setengah tujuh," jawab Nata acuh, sedang Anin memandangi Nata tidak yakin. Datang ke sekolah sepagi itu? Rasanya tidak mungkin. Detik berikutnya Anin kembali bertanya, "Cara yang kedua?" Mata Nata melirik kesana-kemari, seolah sedang berpikir keras. "Buka kotak berpita itu dan baca suratnya, kali aja ada petunjuk," terangnya. Anin kemudian mengangguk. "Oke juga," ujarnya. "Cara selanjutnya?" Nata berpikir kembali, setelah beberapa saat barulah ada pencerahan untuknya. "Saat lo udah baca surat-surat itu, pastinya ada petunjuk yang lo dapet. Selanjutnya, lo cari seseorang di sekolah ini yang punya ciri-ciri yang sama kaya orang misterius itu." Mendengar celotehan Nata yang kali ini sangat bermanfaat, terbitlah lengkungan dalam di bibir Anin, matanya juga berkaca-kaca memandangi kaca jendela. Nata yang duduk di depan tapi menghadap ke belakang hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatnya. *** Waktu istirahat. Seperti biasa, Anin harus berlapang d**a dikurung oleh Rega di kelas bersama catatannya yang tidak pernah tuntas disalin ke dalam buku catatan. Sebenarnya Anin merengut, disaat semua teman-temannya mengisi perut ke kantin sambil berbincang-bincang, ia harus rela di kelas sendirian berkutat dengan buku dan bolpoin. Sepeninggalan ayahnya, Rega lebih banyak menyendiri, tidak mau berteman dan bersosialisasi, semakin irit bicara, datar, dingin dan kasar. Yang pasti, nama Tania selalu berdetak di dalam hatinya. Membuat Anin seolah kehabisan cara untuk membuat Rega membalas perasaannya. "Tante Tika apa kabar, Ga?" Bingung mau membunuh sepi dengan cara apa, terpaksa Anin menanyakan kabar keluarga Rega, berhubung dirinya sudah seminggu tidak mengunjungi kediaman Algatama. Kalau Anin mau menjadi tutor Rega, biasanya mereka memilih kafe milik Dewa yang dikelola oleh Aksel. Ketika kafe mulai ramai, mereka akan pindah ke rooftop, sampai keduanya lelah dengan angka dan rumus, atau lelah dengan perdebatan tidak berguna. Setelah itu barulah mereka pulang. Rega yang sedang menenggelamkan kepalanya segera menoleh pada Anin. "Gak tau," jawabnya singkat. Saking singkatnya Anin bingung mau bertanya apalagi. "Kalau khawatir dateng aja ke rumah." "Boleh?" tanya Anin antusias. Terakhir kali saat pertunangan Renata, hanya itu sisa-sisa senyuman yang terukir di bibir pemuda jangkung tersebut. Dikarenakan terlalu repot mengurus Farel yang selalu membuat ulah di sekolah, mengakibatkan Anin tidak bisa sering-sering bertemu Rega, bahkan Anin sempat menghilang selama sebulan, berniat membuang jauh-jauh perasaannya terhadap pemuda itu. Tapi tidak berhasil, akibatnya saat bertemu jadi canggung begini. Beberapa detik Rega memandang, sampai akhirnya ia memejamkan mata sambil menggenggam tangan Anin. "Jangan menghilang lagi, sekalipun cuma sedetik. Gue gak akan biarin lo pergi, sekalipun dibawa sama Bu Melda ke ruang BP karena lupa ngerjain tugas." Mendengar kalimat panjang Rega hari ini, seolah kecemasan selama berminggu-minggu melebur bersama kekehan Anin. "Gue gak pernah ke ruang BP," sahutnya sambil tersenyum. "Iya. Lo, kan, terperangkap dalam cinta gue. Mana bisa kabur," balas Rega. Di tempatnya, usai mendengar perkataan Rega, Anin hanya bisa menunduk malu menyembunyikan rona merah di pipinya, berusaha menyembunyikan perasaan itu dari Rega. Sebab ia tak mau lagi terluka hanya karena cinta sepihak yang ia rasakan. Sejak awal harusnya Anin sadar bahwa Rega diciptakan bukan untuknya, maka dari, itu untuk menjauhi Rega ia berusaha menenggelamkan seluruh rasa yang hingga saat ini masih ada untuk penyelamat hidupnya ini. "Sampai kapan lo mau ngurung dia?" "Dia manusia, bukan beruang kutub kayak lo yang suka menyendiri!" Dante Abraham. Cowok most wanted yang dibanggakan penduduk SMA Cemerlang, anak kepala sekolah dan kebanggaan para guru. Namun sejak kehadiran Rega dan Anin tiga bulan yang lalu, segala sifat buruknya perlahan keluar. Seolah-olah sengaja menampakkan belang yang selama ini berusaha disembunyikan. Anin tersentak kaget saat Dante sudah berdiri di dekatnya, sementara Rega, walau ia mendengar jelas kemarahan Dante, lelaki itu memilih tidak mempedulikan. Di sini yang ketakutan hanya Anin, masalah malam itu kembali hinggap di pikirannya, seolah tidak mau pergi. "Keluar!" Tatapan Dante beralih pada Anin yang baru saja mengusirnya. "Gak akan, sebelum lo ikut gue!" "IKUT KEMANA?!" Rega memukul meja. "Ke neraka? Lo aja sana, ngapain ngajak-ngajak Anin? b*****t!" Beginilah setiap jam istirahat berlangsung. Selalu saja terjadi kemarahan yang tiada hentinya, tiada titik henti yang membuat keduanya meredam amarah masing-masing. Anin dibuat pusing oleh keduanya yang tidak mau berdamai, segala perdebatan maupun perkelahian yang terjadi dipicu oleh dirinya, membuat Anin merasa bersalah tiap kali dua pemuda itu membuat keributan. Tidak mau berlama-lama di kelas yang udaranya sudah semakin menyesakkan, Dante menarik pergelangan tangan Anin agar segera mengikutinya. "Kita ke kantin. Lo gak bisa terus-terusan bersembunyi di balik dunia." Sebelum benar-benar pergi meninggalkan Rega, Anin sempat bertatapan dengannya. Berharap lelaki jangkung itu akan menghentikan kepergiannya, tetapi harapan Anin harus pupus saat dilihatnya Rega tidak melakukan apa-apa. Membuat Anin kembali berpikir apakah ia harus melupakan Rega atau justru tetap mempertahankan pemuda itu. Tanpa sadar, sudah ada air yang menjalar di pipinya. Buru-buru Anin menyeka butiran bening itu, kemudian mengucapkan sesuatu. "Lo yang bikin gue bersembunyi di balik dunia, lo lupa? Lo juga yang bikin hidup gue gelap gulita, harusnya lo sadar!" Dante berhenti, membawa tubuh Anin menghadapnya. "Gue tau, gue tau. Semuanya karena gue, maka dari itu gue mencoba menebus setiap kesalahan gue sama lo. Tolong, kasih gue kesempatan untuk bertanggung jawab. Gue gak mau lo semakin terluka, Anin." Anin terisak di tempatnya, menangis memikirkan kejadian-kejadian buruk selama setahun belakangan ini. Tetapi berkat kehadiran Dante dan orang misterius itu, Anin merasa kehidupannya sudah jauh lebih baik. Bahkan tanpa Rega sekalipun, yang sebenarnya tidak selalu bisa membuat kehidupan Anin baik-baik saja. "Sejak awal gue lahir ke dunia ini, gue udah terluka! Dengan cara apapun lo berusaha bikin gue bahagia, gak akan bisa! Karena gue ditakdirkan hidup dalam luka." "Gue akan bantuin lo menghilangkan ketakutan itu, gue akan menyembuhkan luka-luka lo, gimanapun caranya. Asal jangan minta gue pergi dari hidup lo, Nin." Tidak sanggup. Iya. Anin tidak sanggup melihat wajah Dante yang selalu mengingatkan dirinya akan kejadian mengerikan itu, mimpi buruk yang selalu datang tiap kali ia mau tersenyum pada dunia. "Gak akan bisa," lirih Anin putus asa. "Lo udah terlanjur datang dengan seribu luka." "Terus gimana sama Rega?" bentak Dante yang mulai kesal. "Berapa milyaran luka yang udah dia kasih sama lo? Apa pernah dia berusaha untuk mengobati luka-luka itu? Apa pernah, Nin?" "Meskipun gak pernah, tapi dia selalu punya cara untuk mengobati luka itu!" Anin balas membentak, tatapan keduanya melebur dalam kemarahan. "Kalau gitu kasih gue kesempatan untuk bikin lo jatuh cinta sama gue! Gue akan berusaha bikin lo terlepas dari milyaran luka itu, Nin." Anin memalingkan wajah, "Itu salah! Gue gak akan mungkin jatuh cinta lagi!" "Lo denger itu! Makanya jangan dipaksa! Ntar sore lo balik sama gue, karena lo asisten gue!" Entah muncul dari mana Anin juga tak mengerti, yang ia tahu kehadiran Rega cukup mampu membekukan suasana. Setelah mengucapkan satu kalimat, lelaki itu meluncur ke lapangan sekolah, menemui Galuh si ketua kelas.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

TERNODA

read
198.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook