Siang hari, sehabis makan siang dan acara nonton di kamar yang menyebalkan bersama Ucok, Rianti sudah bersiap-siap pergi lagi. Bikini yang kemarin tak jadi dipakai sekarang baru digunakan. Di balik piyama handuknya, bikini up dan bottom benar-benar tak keliatan, tersembunyi di baliknya.
“Mama mau berenang lagi?” tanya Ucok. “Masih jam satu lho. Udara lagi panas.”
“Nggak apa-apa, yang penting Mama bisa puas berenang.” Rianti meyakinkan suaminya. “Eh, Abang udah minum obat?”
“Udah. Kamu juga udah minum obat dari Ha-Jun?”
“Udah.”
Ah, Rianti mendadak ingat dia lupa menanyakan Ha-Jun sebaiknya minum berapa pil. Karena lupa dan ingin tetap sehat, tadi dia meminum lagi dua pil.
Dengan lincah Rianti mengecup kening Ucok. “Mama pergi dulu ya. Dadah…”
Lima menit kemudian Rianti sudah sampai rooftop. Dia heran setiba di sana karena agak sedikit ramai tapi tak ada orang berenang. Di sana kursi-kursi sandar yang bisa diubah untuk jadi kursi baring hampir semuanya terpakai. Dan yang pakai semua noni noni Korea. Aih, aih, Rianti mengiri melihat postur mereka yang rata-rata putih, seksi, perut rata, penuh lekuk. Apakah jangan-jangan mereka ini K-Pop girls? Tak tahu juga. Mata mereka sipit-sipit seperti dirinya sehingga Rianti merasa tak ada jarak antara dirinya dengan mereka. Ini membuat rasa aman sehingga ia tak perlu sungkan sebentar lagi akan ‘mejeng’ dan pamer tubuhnya waktu berjemur di bawah matahari.
Melihat mereka semua mengenakan kostum bikini membuat Rianti merasa tidak salah kostum. Bikini kuning di balik piyama handuk akan menyaingi, itu pikirnya. O ya, dia ke sana juga kali ini mungkin akan lebih banyak berjemur daripada berenangnya.
Dia lantas mengambil posisi di sebuah kursi sandar yang menganggur. Ia mengubahnya menjadi kursi baring, menaruh tas di bawah kursi, dan...... sret..... Ia melepas handuk piyama. Resmi sudah ia berbikini. Ia berlagak acuh dan menuang sunscreen ke telapak untuk kemudian mengolesnya ke badan. Sesaat kemudian ia selfie sebentar untuk pamer keindahan tubuhnya dan mengirimkan ke Ucok.
Dia sudah mulai berbaring-baring sampai tersadar dari ekor mata bahwa gadis di sebelahnya sepertinya melihati terus. Begitu ia menoleh, senyumnya melebar.
“s****n, kirain siapa. Taunya kamu, Syenni. Udah lama di sini?”
“Udah kenyang lah berenangnya. Gimana, lu mau gue olesin baby oil?”
“Gue gak bawa baby oil.”
“Gue ada. Mau?”
Rianti tak keberatan. Jadi sambil badannya dituangin baby oil dan mulai diurut, Syenni memancing untuk Rianti mengobrol.
“Sori ya kemarin malem gue tinggalin kalian.”
Syenni membuat gerakan memutar di belikat Rianti.
“Nggak apa-apa itu mah. Kita ngerti koq. Tapi mereka nanti ke sini juga sih.”
Itu Rianti udah tahu. “Mudah-mudahan mereka nggak tersinggung.”
Dari omongan politik, mode, dan liburan, topik beralih ke yang lebih asyik. Dengan panjang lebar Syenni juga memberi info tentang bagaimana pandangan wanita Asia seperti dari Indonesia terhadap Oppa alias cowok Korea. Pandangan stereotip bahwa pria Korea cenderung feminis dan klemar-klemer alias melambai sebetulnya tak sepenuhnya benar, tapi lebih banyak salahnya. Perbedaan budaya Korea dengan Indonesia seharusnya tak jadi penghalang untuk mempererat pergaulan. Cuma karena Rianti ada di Korea tentu harus dirinyalah yang memahami perbedaan kultur itu. Menjaga diri dan ucapan agar jangan menimbulkan syak. Selama diberi penjelasan, Rianti mengangguk-ngangguk. Pijatan Syenni juga enak sekali saat ia dalam diurut dalam keadaan berbaring seperti sekarang. Begitu enak sampai ia pun tak keberatan waktu Syenni minta izin untuk melepas ikatan b*a demi memudahkan pemijatan.
Berikutnya, gantian Rianti lantas membuka cerita. “Tau nggak, kemarin gue liat ada yang aneh. Masa’ gue liat ada cewek cantik di depan dinding kaca. Dan lu tau nggak dia lagi ngapain?”
“Colmek?”
Rianti yang sebetulnya merem-melek akibat diurut matanya langsung melotot. “Koq tau?”
Syenni ketawa. “Itu sih biasa di sini.”
“Sudah ada gitu?”
“Kamu harus ngerti di Seoul ini kehidupannya keras. Suami-isteri harus banting tulang siang-malam, 6 jam sehari dari pagi sampe malam. Akibatnya waktu kebersamaan jadi kurang. Nah, isteri-isteri yang nggak kuat mereka suka m********i sendiri.”
“Tapi kenapa harus di depan kaca. Itu akan bikin banyak orang liat.”
“Memang itu disengaja.”
“Gila! Kenapa mereka jadi sakit gitu?”
“Jangan dibilang sakit dong. Mereka butuh sarana pelepas stres. Emang kamu gak tau bahwa kalo kamu jadi pusat perhatian orang, kamu tuh akan dibawa ke perasaan dikagumi, dicintai, dipuja orang?”
Rianti shocked juga denger penjelasan itu.
“Itu fenomena di megapolitan. Isteri-isteri yang kesepian itu, mereka cari pelampiasan. Selain mendapat kenikmatan, mereka juga dapat kekaguman orang. Dua hal yang mereka gak dapet dari suami, mereka dapatkan dengan cara begitu.”
Selama diurut Rianti banyak mendengar sambil matanya melihat-lihat situasi sekitar kolam. Dia baru sadar kalau para noni Korea itu memakai bikini yang super duper minim sehingga membuat bikini yang ia pakai jadi keliatan obsolete alias ketinggalan zaman. Para Oppa Korea juga makin banyak datang, termasuk empat orang yang dirinya pernah kenal. Dan melihat ulah mereka, keliatan mereka tertarik dan mengajak mengobrol para noni tadi. Tak ada seorang pun yang melirik dirinya dan itu membuat Rianti agak sedih. Memangnya begitu tidak menarik kah dirinya sampai para Oppa tak ada yang setidaknya melirik dirinya? Tapi nyatanya memang tak ada! Pelan-pelan mulai ada rasa cemburu dalam diri Rianti terhadap noni Korea. Apalagi waktu mereka kemudian mau diajak para Oppa dan kemudian berenang bersama. Begitu sudah menyemplung, ada yang pelukan dan langsung kissing di tempat umum sekalipun mereka baru saja berkenalan!
Dia ngerasa dirinya tak laku saat itu. Dan ini bikin Rianti panas.
Auhhh!
“Jangan liatin,” bisik Syenni yang mengerti isi pikirannya. “Jangan ganggu privasi orang.”
“O gitu?”
“Iya. Kamu juga gak mau kan kalo lagi pacaran di tempat umum terus ada yang nontonin.”
“Gue gak akan pacaran di tempat umum.”
“Iya deh, iya. Yang penting sekarang jangan liatin mereka.”
Rianti menurut. Dia menoleh kepala ke sisi lain. Tapi di situ juga ada pemandangan yang mirip-mirip. Ada sepasang anak mudah yang ciumannya malah sudah french kissing.
Aduh, Rianti jadi basah. Dan itu diperparah dengan pijatan Syenni yang mulai menyentuh-nyentuh pangkal p******a. Menimbulkan rasa nikmat apalagi itu dilakuin berkali-kali. Dia ingin minta supaya Syenni berhenti tapi dia tak bisa bohong kalau pijatan yang dilakuin emang enak nikmat dan ini membuat nafasnya jadi mulai tak beraturan.
Syenni sekarang berhenti menyerocos dan fokus mengurut. Tapi dia dinilai Rianti cukup sopan. Bukan karena tidak asal copot satu-satunya bikini bottom sebagai pakaian yang menempel di badan, tapi menanyai pun tidak. Bertanya dan minta izin mencopot panty, tak dilakuin dirinya. Dengan tambahan minyak yang dioles ke pangkal paha, Rianti merasa badannya segar.
Tapi sebetulnya bukan hanya segar. Dia terangsang juga gara-gara gerakan memutar dalam mengurut yang dilakukan Syenni membuat jempol kanan kiri jadi menyentuh-nyentuh s**********n. Ini jelas daerah yang banyak kantong syaraf yang otomatis membuat dirinya tersengat b****i.