“Calon ipar ?”
“Calon ipar ??!!”
Adnan menganggukkan kepalanya dan duduk disebelah Kevin.
“Siapa yang calon ipar ?”. Adnan lalu menunjukku.
Saya ? Aku ? Gue ? Me ??
“Lo ada-ada aja deh. Ini tuh tantenya teman Kiera. Maya kenalin ini Adnan sahabat saya” ujar Kevin sambil mengenalkan kami berdua.
“Gue udah pernah ketemu kali Vin. Giman akabar lo May ? Pasti Kiera sekarang ada diruangan gue kan ?”. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Adnan. Aku hanya diam tidak tau harus berkata apa dan sepertinya tante Dian belum menceritakan kejadian yang kemarin ke Kevin.
“Kalian udah saling kenal ?” tanya Kevin dengan tatapan bingungnya
“Lo belum diceritain sama tante Dian ?” tanya Adnan balik
“Ceritain apa ?”. Adnan pun menceritakan kejadian kemarin ditambahkan beberapa kalimat dariku. Kevin tampaknya sangat kaget yang dapat dilihat dari ekspresi mukanya dan gestur badannya.
“Dan yang gue denger nih si Fera ada juga disitu. Tapi untungnya calon ipar-eh maksud gue Maya belum laporin kepusat informasi atau apalah itu. kalau sampai kejadian gue nggak tau apa yang bakalan terjadi”.
“Fera siapa ?”. Kevin mengepalkan tangannya sampai-sampai semua buku-buku tangannya tampak memutih. Apakah aku menanyakan hal yang salah ? Untung saja semua pesanan kami sudah datang jadi bisa mengalihkan pembicaraan. Adnan meminta pelayannya untuk memanggil Fania dan Kiera untuk makan.
“Om Adnan” pekik Kiera yang berlari lalu memeluk Adnan dengan Fania yang mengikuti dari belakang.
“Fania habis ngapain aja ?” tanyaku sambil membantu Fania duduk ditempatnya duduknya.
“Fania main robot-robotan aunty. Dan robot-robotnya semua keren dan ada yang bisa menyala loh nanti Fania mau minta dibeliin sama Papi” kata Fania berapi-api.
“Iya Ma robotnya om Adnan keren banget. Pa nanti beliin Kiera mainan kayak begitu ya” rengek Kiera. Kevin hanya mengganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
“Kiera nggak mainin mainan om yang ada dimeja kan ?”. Raut wajah Adnan berubah menjadi panik dan segera berdiri dan kemungkinan menuju ke ruangannya.
“Nah sekarang kita langsung makan aja ya”. Aku memindahkan udon Kiera dan Fania kemangkuk yang lebih kecil dan menyuapi mereka ganti-gantian. Tanpa sengaja aku melihat Kevin yang sedang memperhatikanku. Ada apa ? Apakah ada sesuatu yang salah ? Ataukah dia juga mau menyuapi Kiera ? Aku merasa sangat tidak nyaman kalau dilihati seperti itu. It’s make me uncomfortable !!
Setelah selesai makan (Kevin mentraktirku dan Fania, yeah !) kami menuju ke mobilku lagi. Fania dan Kiera sangat kekenyangan dan juga sudah mulai mengantuk. Itulah enaknya menjadi anak kecil yang sudah makan siang bisa langsung tidur siang tanpa memikirkan hal-hal lain selain bermain. Hufftt …. Aku memberi taukan alamat rumahku ke Kevin dan dia hanya menggumam. Setelah pembicaraan dengan Adnan tadi dia lebih banyak diam. Aku sebenarnya sudah ngantuk banget tapimaku kan nggak mungkin tidur terus disampingku ada orang asing, walaupun mobil yang dikendarai ini mobilku sih.
“Terima kasih ya atas apa yang sudah kamu lakuin buat Kiera”. Mataku yang tadinya sudah terpejam sebentar kaget dengan perkataan Kevin
“Ah—iya sama-sama”. Kami berdua kembali terdiam, tapi sebenarnya aku ingin sekali bertanya. Sangat banyak pertanyaan yang muncul dikepalaku. Aku membuka tapi menutup kembali mulutku dan berusaha menahannya sekuat mungkin untuk tidak menanya…
“Kalau kamu mau bertanya silahkan. Saya pasti bisa menjawabnya”
Aku terdiam cukup lama, tapi daripada penasaran dan Kevin juga dengan sendirinya mau menjawab pertanyaanku. “Mamanya Kiera dimana ?”. Ini adalah pertanyaan yang paling pertama harus kudapat jawabannya.
“Udah nggak ada” jawabnya singkat. Udah nggak ada itu menurutku punya beberapa makna. Bisa jadi dia sudah meninggal bisa jadi pula cerai dan berniat untuk menghapuskan hubungan.
“Kami berdua sudah cerai dan hak asuh Kiera jatuh ditangan saya”.
Aku mengangguk. Kalau aku tanyakan kenapa mereka bisa cerai apakah itu melanggar privasi mereka ? Aaahh sudahlah tanyakan yang lain saja.
“Fera itu siapa ? Mantan istrimu ?”. Dia hanya mengangguk sekali. Tapi kalau memang Fera itu mantan istrinya dan ibu kandung dari Kiera kenapa dia sepertinya tidak mau mempertemukan Kiera dan ibunya ?
“Saya dan Fera memang sepakat untuk anak asuh jatuh ketangan saya. Kamu pasti heran kenapa hak asuhnya bisa saya dapatkan. Maaf kita belum sedekat itu untuk saya bisa menceritakan alasannya tapi karena alasan tersebut yang membuat saya sangat takut kalau Fera yang mengasuh Kiera”.
Arghhh!! Padahal aku penasaran sekali, gerutuku dalam hati.
“Ya nggak pa pa kok. Kamu ada benarnya juga”. Pembicaraan kita berhenti sampai disini dan selama sisa perjalanan hanya terdengar suara radio dan klakson yang saling bersahutan. Dia menanyakan alamatku dan tak berapa lama kami sampai di rumahku. Ternyata mobil kak Nia sudah ada didepan rumah. Sesampainya didepan rumah, aku menggendong Fania sampai diruang tamu dan memanggil kak Nia.
“Kak Niaaa” teriakku. Dengan memakai pakaian kantor kak Nia keluar dari ruang keluarga.
“Dari mana aja ? Kakak udah tungguin daritadi kamu dan Fania belum balik-balik juga” ucap kak Nia sambil menggendong Fania. Belum sempat aku membalas perkataan kak Nia, terdengar suara ketukan dari luar. Belum sempat menjawab sudah terdengar ketukan pintu.
“Maaf mengganggu tapi sekarang saya mau pamitan harus antar Kiera pulang dan balik lagi ke kantor”
“Ah iy…”
“Kevin ?”. Terdengar nada kaget dari suara kak Nia.
“Kak Nia ?”. Eh mereka berdua saling kenal ?
“Ngapain ? Kapan balik dari Singapura ?” tanya kak Nia
“Kemarin malam, gue disana cuman sehari doang. Lagian kalau lama-lama disana pekerjaan yang disini malah makin menumpuk” jawab Kevin.
“Oh iya kenapa bisa tau rumah gue ?”
“Tadi gue habis jemput Kiera dan ketemu dengan Maya dan Fania jadi sekalian saja gue ajak mereka makan siang” jelas Kevin.
“Maya ?” Kak Nia lalu memandangku dan Kevin bergantian. “Kalian berdua sudah saling kenal ?”. Tapi sebelum menjawab Kevin berbicara terlebih dahulu.
“Ceritanya lain kali aja kak. Sekarang saya harus balik ke kantor dan dimobil juga Kiera sedang tidur takutnya dia terbangun”. Aku dan kak Nia mengantar Kevin sampai kami berdua tidak bisa melihat mobilnya yang telah berlalu. Kak Nia lalu menghadap kearahku dengan tangannya yang saling bersilangan.
“Sebenarnya banyak yang ingin kakak tanyakan ke kamu tapi kakak juga harus balik lagi ke kantor. Kakak titip Fania dan kamu pindahin dia dikamar kakak dan jangan lupa mandiin Fania”. Aku mengangguk pasrah. Tapi aku bisa bernapas lega setidaknya kak Nia tidak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan aku tau kak Nia itu orang yang kepo banget yang sepertinya memang turunan.
Sorenya setelah memandikan Fania kami berdua makan es krim sambil menonton kartun kesukaan kami berdua, Sofia The First.
“Aunty Maya”
“Ya sayang”
“Apakah aunty mamanya Kiera ?”. Aku berhenti memakan es krimku dan menghadapkan badanku ke Fania.
“Bukan sayang itu hanya panggilan buat aunty”.
“Tapi kenapa Kiera panggil aunty mama ?”
“Ngg…”
“Fania kasihan sama Kiera”
“Kasihan kenapa ?”
“Kiera pernah bilang mamanya nggak sayang sama dia dan sekarang mamanya udah nggak ada. Kiera juga pernah menangis karena diejek karena nggak punya mama”. Kasihan sekali Kiera. Apakah Kevin tidak pernah mempertemukan Kiera dengan mamanya ? Padahal anak seumur Kiera sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari mamanya sendiri.
Kak Nia datang beberapa saat setelah Fania ku mandikan. Kak Nia lalu memintaku duduk disofa dan meminta penjelasan mengenai Kevin. Aku lalu menceritakan semuanya ke kak Nia. Bahkan aku bisa melihat matanya berkaca-kaca mendengarkan ceritaku.
“Kevin anak yang baik. Dia juga cerdas dan sebagai bos dia sangat mengayomi semua bawahannya dengan baik. Tapi dia orangnya tegas dan …”
“Kakak kenapa bisa kenal dengan Kevin ?” selaku
“Dia bosnya kakak dan dia adalah junior Fahmi, dia juga datang loh diacara ulang tahunnya Fania bulan lalu. Nggak ingat ?”. Aku menggelengkan kepalaku dan mencoba mengingat semua tamu-tamu yang datang tapi hasilnya nihil.
“Ck, kamu itu pelupa sekali sih. Itu loh yang kasih Fania sepeda baru” ucap kak Nia.
Oalah.. Jadi dia orang yang membuatku harus menemani Fania menaiki sepeda barunya selama satu minggu ? Hah, terima kasih Kevin.
“Kakak tau nggak kenapa Kevin dan istrinya cerai ? Aku tuh penasaran banget kenapa mereka sampai cerai. Soalnya kasihan banget Kiera, dia pasti kangen banget sama mamanya sampai dia panggil aku mama” terangku.
“Oh ya ?”. Aku menganggukkan kepalaku.
“Kalau yang itu kakak juga nggak tau. Malahan kakak juga heran banget malah kenapa mereka sampai bercerai padahal hubungan mereka adem-ayem aja”
“Kalau adem-ayem aja nggak mungkin sampai mereka cerai dong kak”.
Kak Nia mengangkat kedua bahunya. “Kakak itu nggak kepo ya. Udah ah kakak mau pulang sebentar mau kangen-kangenan sama ayang Fahmi yang bentar lagi sampai di rumah”. Sontak saja aku bergidik ngeri dan mendengar perkataan kak Nia.
“Idih dasar bucin. Sadar umur dong” ejekku
“Biarin. Nanti kamu juga ngerasain sendiri jadi bucin”
“Ogaah”. Aku berjalan masuk ke kamarku dan lebih memilih untuk menonton youtube.