Another - 5

1361 Kata
Seperti yang diinginkan Jean, Liora ikut ke perusahaan pagi ini. Entah apa yang akan dia lakukan di sana, dia belum bisa membayangkannya. Tapi, jujur saja, dia penasaran sekali bagaimana suasana di sebuah perusahaan furniture. Seumur hidupnya, dia hanya melihat gedung-gedung perusahaan besar di dalam drama. Tidak tahu bahwa hidupnya begitu mengejutkan, menjadi istri seorang Direktur perusahaan. Luar biasa sekali. Liora menatap takjub pada bangunan menjulang di depannya itu. Sebuah gedung yang memiliki 10 lantai. Di atas bangunan terpampang nama UNICON berwarna ungu putih dengan ukuran lumayan besar. Liora berjalan mengekor di belakang Jean. Ketika masuk, Liora disuguhkan dengan berbagai macam furniture rumah tangga seperti sofa, tempat tidur, meja makan, dan lain-lain. Semua ini adalah barang-barang produksi unicon. Jean dan Liora pergi ke lantai paling atas, yang mana kantor Jean berada. Kantor Jean sangatlah luas, lebih seperti sebuah apartmen. Liora bahkan sangat takjub dengan interior yang dimiliki kantor suaminya itu. Suasana seperti suasana rumah eropa. Sangat klasik dan tentu memanjakan mata. “Ra?” panggil Jean untuk yang ketiga kalinya. Liora terlalu terbuai dengan pemandangan yang dia lihat sampai tidak mendengar panggilan Jean. “Iya?” Jean terkekeh pelan. “Udah selesai ngelamunnya?” Liora menggaruk alisnya, kemudian tertawa singkat. “Udah.” “Ini kantor saya. Mulai hari ini, kalau kamu enggak ada jadwal mengajar les, kamu akan menetap di sini. Menemani saya.” “Ini beneran aku Cuma harus nemenin aja? Enggak kerja apa-apa?” “Kamu bisa bantu saya di beberapa hal kalau kamu mau. Tapi hari ini, kamu cukup duduk manis dan tunggu saya selesain pekerjaan saya. Kalau kamu bosan, kamu bisa ke lantai 5. Di sana ada kantin dan perpustakaan mini. Saya hanya akan urus beberapa dokumen dan menghadiri rapat, setelah itu kita bisa pulang.” Liora mengangguk. Sebuah ketuka pintu membuat keduanya menoleh ke arah suara. Seorang pria dengan rambut ikal masuk ke dalam ruangan dengan wajah sumringah. Dia berjalan cepat mengampiri Liora. “Liora?” “I-iya?” “Ingat aku?” Liora mengernyitkan dahinya, kemudian melirik Jean, namun yang dilirik hanya diam dengan wajah datar. Apa pria di depannya juga salah satu orang yang ia lupakan selain Jean? “Siapa, ya?” Pria itu menghela napas pelan, lalu mengulurkan tangannya. “Enggak heran kalo kamu lupa aku juga, karena kita Cuma ketemu beberapa kali. Tapi, tolong ingat, ya, namaku Evan—teman baiknya Jean.” Liora membalas uluran tangan itu, lalu mengangguk sebagai respon yang menurutnya sudah cukup baik dibandingkan diam saja. "Untuk saat ini, Evan adalah satu-satunya orang kepercayaan dan orang terdekat saya. Jadi, jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa mengandalkan dia." Liora mengangguk lagi. "Yasudah, saya dan Evan harus menghadiri rapat. Ingat untuk tetap menunggu saya dan jangan pegi ke luar kantor tanpa izin." Liora tidak tahu jika Jean akan menjadi se-protektif ini. Apakah dari dulu juga begitu? Lagipula, agak aneh untuk tetap berada di bawah pengawasan pria itu sedangkan Liora ini sudah dewasa dan tahu harus melakukan apa. Sepeninggal Jean dan Evan, Liora hanya duduk di sofa sembari memainkan ipadnya. Kantor Jean benar-benar sangat nyaman. Liora bahkan berpikir rasa bosan tidak akan dirasakannya. Lihatlah sofa yang sekarang didudukinya. Begitu empuk dan nyaman. Ruangan yang dingin, dan ada satu kulkas yang bahkan isinya lebih banyak dari kulkas di rumahnya yang hanya berisi bahan-bahan masakan. Lelah dengan kegiatannya bermain game di ipad, Liora beralih ke meja kerja Jean yang di belakangnya terdapat jendela yang luas, membuat Liora mampu melihat suasana kota dengan jelas. "Ternyata, jadi Boss itu enak, ya. Punya kantor luas, bisa nikmatin pemandangan langka yang pasti orang-orang kaya gue enggak pernah lihat." Liora tertawa kecil. Dia duduk di kursi kerja Jean, lalu membuka laci meja itu. Ada banyak berkas-berkas penting di dalamnya. Lalu di laci kedua, Liora mendapati barang-barang milik Jean, seperti jam tangan, kaca mata, dan ... sebuah foto. Liora mengambil foto itu. Itu foto dirinya yang sedang duduk di meja makan sambil memakan roti. "Gue bahkan enggak ingat pernah di foto pas lagi makan roti. Huhhh, Liora ... Liora. Kenangan yang lo lupain sekarang adalah kenangan berharga sebagai istri seorang konglomerat. Bisa-bisanya lo lupa." Dua jam berlalu. Jean kembali dari ruang meeting ke kantornya. Ketika membuka pintu, pria itu menemukan Liora sedang tertidur pulas di sofa sambil memegang sebuah buku yang diambilnya di meja Jean. pria itu berjalan mendekat, lalu berjongkok agar wajahnya sejajar dengan wajah tenang Liora. "Benar-benar penurut," gumam Jean lalu tersenyum. "Kamu yang dulu tidak seperti ini. Tapi aku suka kamu yang sekarang, Ra." Jean mengecup dahi Liora, lalu mengusap kepalanya pelan. Setelahnya, pria itu kembali ke mejanya untuk memeriksa dokumen-dokumen pemberian Evan. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa cepat pulang. Jean sesekali melirik ke arah Liora yang tertidur. Ternyata, begini rasanya jika ditemani orang yang dicintai. Meskipun Jean berpikir, mungkin Liora tidak nyaman dengan keputusannya membawa Liora ke kantor. Mau bagaimana lagi? Jean harus menjaga istrinya dari kemungkinan paling buruk yang ia pikirkan akhir-akhir ini. *** Liora bangun ketika jam menunjukkan pukul 4 sore. Namun ia melihat Jean masih fokus memeriksa dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya. Liora memutuskan untuk pergi ke lantai 5, tempat dimana Jean mengatakan bahwa di sana ada kantin. Liora sangat lapar. Ia pergi tanpa meminta izin Jean terlebih dahulu, karena Jean sangat fokus dan Liora tidak ingin mengganggu. Itu sebabnya Liora pergi diam-diam. Memang benar, ada kantin di lantai 5. Lebih tepatnya restoran kecil dan toserba kecil di kanan sebelah perpustakaan. Liora memesan makanan kemudian menunggu di salah satu meja yang ada di dekat jendela. Ia suka sekali dengan pemandangannya. "Lihat enggak wanita yang dibawa Pak Jean ke kantornya? Dengar-dengar itu istrinya," ucap salah seorang pegawai yang duduk tidak jauh dari meja Liora. "Iya. Padahal Pak Jean menikah sudah lumayan lama. Dulu Pak Jean enggak pernah bawa istrinya ke kantor sama sekali. Satu-satunya yang sering datang ke kantor buat ketemu Pak Jean, ya, Bu Amanda." "Padahal dulu aku kira Bu Amanda itu istrinya Pak Jean, loh. Saking dekatnya mereka. Tahunya bukan." Liora bisa mendengar percakapam kedua pegawai itu. Amanda? Siapa lagi wanita ini? Apa teman Jean yang dilupakannya juga seperti Evan? tak lama, pesanan Liora datang. Kini pikirannya hanya terfokus pada makanan di depannya. Tidak peduli soal Amanda yang beberapa detik lalu menarik perhatiannya. Masa bodo, hal yang paling penting adalah perutnya yang lapar. Berbeda dengan Liora yang asik menyantap makanannya, ada Jean yang baru saja menyadari bahwa Liora tidak ada di kantornya. Pria itu bahkan mencari Liora ke semua ruangan yang ada di lantai yang sama. Wajah panik Jean membuat beberapa pegawai bertanya-tanya. "Cari siapa, Pak?" tanya salah satu pegawai yang memberanikan diri untuk bertanya. "Istri saya. Kamu lihat?" Pria berkacamata itu menggaruk alisnya. "Eng, saya tidak tahu wajah istri Bapak." Jean menghela napas berat. Evan yang baru saja datang dari kantor administrasi ikut kebingungan melihat Jean yang terlihat sanvat frustasi itu. "Kenapa? Ada masalah?" "Liora enggak ada di kantor. Gue lihat dia tidur di sofa tadi. Enggak tahu sejak kapan dia pergi." Evan terkekeh, lalu menepuk bahu Jean pelan. "Tenang aja. Liora aman selama masih ada di gedung ini. Dia enggak akan berani pegi jauh. Udah coba hubungi dia?" "Hp nya di tinggal di sofa." Evan mengangguk pelan. "Kayaknya gue tahu dia dimana." Benar saja, Liora sedang asik memakan makananannya. Jean menghela napas lega. Baru saja ia mengatakan bahwa Liora begitu penurut, ternyata sifatnya yang selalu sesukanya itu benar-benat tidak berubah sama sekali. Jean menghampiri Liora dengan ekspresi tidak senang. Liora mendongak ketika menyadari Jean berdiri di depannya. "Sudah saya bilang untuk izin, kan? Saya sampai panik pas tahu kamu enggak ada di kantor." Liora tersenyum. "Maaf. Aku enggak tega ganggu Kak Jean. Soalnya Kakak serius banget tadi." Jean ikut duduk di kursi yang ada di depan Liora. Kini semua mata tertuju pada mereka. Bahkan kedua pegawai yang tadi membicarakan soal Amanda ikut terkejut melihat Jean duduk bersama Liora. Mereka pasti tidak menyangka bahwa wanita yang tidak jauh dari mereka itu adalah istri Jean yang menjadi topik pembicaraan. "Kak Jean ngapain di sini? Udah selesai kerjanya?" "Belum." "Lalu?" "Saya mau temani kamu makan." "Ya ampun, makan aja ditemani. Malu dilihatin sama yang lain. Lagian, mending Kakak selesain kerjaan Kakak biar kita bisa cepat pulang." "Saya akan selesaikan, setelah kamu selesai makan." Liora menghela napas pelan. "Terserah, deh."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN