Sudah 3 hari Satya tak bisa menghubungi Vania.Tiap hari dia berkunjung ke cafe tapi tetap tak menemukan Vania ke kosan apalagi semua tidak tahu kemana perginya Vania.Satya jadi uring2an semua karyawan tak luput dari amukannya walau melakukan kesalahan kecil seolah semua yang dilakukan orang lain salah.Termasuk Dika yang malah kena imbas yang paling besar.
"Kamu bisa kerja nggak sih Dik,sudah tiga hari ini Vania belum juga ada kabarnya giman sih kerjanya orang orang kamu"maki Satya kesal.
"Tenang bro nanti aku sendiri yang akan ikut mencari Vania".
"Aku tunggu sampai nanti malam kalo belum ada kabar tau sendiri nanti bagaimana"setelah mengeluarkan amarahnya Satya keluar kantor ia tak bisa konsen dalam bekerja.Satya menuju apartemennya ia ingin menenangkan diri.
Sampai di apartemen ia menuju lemari tempat menyimpan beberapa wine,ia duduk di kursi mini bar nya sambil menikmati wine langsung dari botolnya tanpa dituang di gelas.Satya melepaskan kemejanya dan berganti dengan kaos rumahan ia berpindah ke sofa bersandar dan memejamkan matanya.
"Sayang kamu dimana aku sangat merindukanmu,kenapa kamu tiba tiba menghilang seperti ini apa yang terjadi"gumam Satya masih dengan mata terpejam.
Disisi lain Vania keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di kepalanya ia merasa sangat segar setelah beberapa hari ini mengurung diri dan menghindari Satya.Iya Vania ternyata ada di apartemen Satya ia berfikir bahwa Satya tidak akan datang ke apartemennya karena itu Vania yang mempunyai akses masuk ke apartemen Satya menjadikan tempat itu menenangkan diri.
Hari ini rencananya ia akan menghubungi Satya dan menanyakan langsung apa yang ia lihat kemarin ia ingin penjelasan dari Satya.
"Hari ini aku sudah siap menerima dan aku akan minta penjelasan mas Satya aku harus bersikap dewasa nggak bisa aku terus menghindar dari mas Satya,jujur aku sakit hati kemarin saat melihatnya dengan wanita lain dan seorang anak apa selama ini mas Satya membohongi aku"Vania bermonolog sendiri yang tanpa sadar bahwa mereka berada dalam satu apartemen.
Vania keluar dari kamar dan menuju dapur dia tak melihat ke ruang tv yang disana ada Satya tertidur di sofa.
Vania mengambil segelas air dan membawanya ke ruang tv saat akan menyalakan tv ia kaget melihat seseorang yang tertidur di sofa yang tangannya masih memegang botol wine.
"Mm...mas Satya"dengan menutup mulutnya dengan satu tangannya ia kaget Satya di sini.
Dalam tidurnya Vania mendengar Satya mengigau memanggil manggil namanya.
"Vania sayang kamu dimana kenapa kamu tinggalin aku sayang aku kangen sama kamu"racau Satya masih dengan mata tertutup.
Melihat itu Vania tak tega ia meneteskan air mata sesungguhnya ia juga sangat merindukan Satya,sentuhannya perhatiannya pelukannya ciumannya yang selalu membuat Vania merindu dan terlena dengan buaian Satya tak sanggup ia harus kehilangan Satya lagi setelah amnesia yang dialami Satya selama 3 tahun ia menunggu.
Tak banyak kata Vania langsung menghampiri Satya dan memeluknya.
"Mas maafin aku,aku juga kangen banget sama kamu huhuhu.."sambil menangis ia terus memeluk Satya.
Merasa ada beban yang mengusik tidurnya karena sedikit mabuk Satya membuka mata pelan sambil mengumpulkan kesadarannya saat melihat dengan jelas siapa yang ada di dekatnya tanpa banyak kata Satya memeluk Vania.
"Vania sayang kamu disini kamu kemana aja kenapa kamu tinggalin mas kenapa nggak bisa dihubungi"pertanyaan Satya yang belum juga dijawab karena Vania masih menangis dalam pelukan Satya.
Dengan melepaskan pelukannya Satya menatap Vania,"sayang kamu kemana aku sangat merindukanmu aku khawatir kenapa kamu tiba tiba menghilang".
Dengan sesenggukan Vania mulai menjelaskan alasannya.
"Kapan hari aku jalan jalan ke mall bersama Dinda saat kami sedang memilih pakaian aku lihat mas Satya dengan wanita cantik seusia mas dan seorang anak kecil dan wanita itu menggandeng tangan mas mesra aku shock mas aku terpaku lemas kaki ku terasa kelu untuk bergerak ingin aku hampiri mas saat itu tapi ternyata mas dengan wanita lain bisa mas jelaskan dia siapa".
Dengan menggenggam kedua tangan Vania satya mulai menjelaskan,"sayang sebelumnya aku minta maaf jika dari awal aku tidak jujur sama kamu,sebenarnya aku..aku sudah menikah".
Bagai tertusuk pisau tajam hati Vania hancur melepas tangan Satya dan menangis dalam diam.
"Sayang kamu tenang dulu aku akan ceritakan awalnya,sebenarnya aku menikah karena perjodohan orang tua ku dan Vivi mereka bersahabat dan menjalin bisnis tidak ada cinta diantara kami Vivi juga sebenarnya punya kekasih dan sangat mencintai pacarnya.Kami juga tidur terpisah selama ini tapi sejak kecelakaan itu aku tidak ingat apapun Vivi juga berubah dia bilang mulai mencintai aku dan aku sungguh tidak mengingat apapun Vivi selalu menjaga merawatku dengan baik dia juga menunjukkan foto pernikahan kami menceritakan hal hal tentang kami jadi dalam benakku memang dia yang selama ini berarti dalam hidupku selama tiga tahun aku hidup seperti bukan diriku hingga lahirlah Kevin anak ku dan Vivi".
Vania hanya menangis mendengar penjelasan Satya.
"Sejak bertemu denganmu pertama kali aku langsung jatuh cinta aku berharap kita bisa hidup bersama dan aku akan jujur sama kamu di waktu yang tepat tapi kalo aku jujur di awal aku takut kamu nggak akan mau nerima aku sayang,aku memang b******k tapi sungguh aku benar benar cinta sayang sama kamu Van"Satya mencoba meyakinkan Vania.
"Trus kamu mau kita gimana mas aku nggak mau rusak rumah tangga kamu kalo dari awal kamu jujur aku nggak akan sesakit ini mas"Vania menangis tersedu.
"Aku sungguh minta maaf sayang bukan maksud untuk buat kamu terluka tapi sungguh aku sangat mencintai kamu aku nggak mau lepasin kamu sayang.
"Aku juga udah sayang banget sama kamu mas tapi aku juga nggak mau rusak rumah tangga kamu aku sudah serahin kesucianku sama kamu mas karena ku percaya sama kamu nggak akan sakitin aku,tapi kalo kayak gini gimana mas lebih baik kita putus saja kamu kembali sama istri kamu".
"Nggak sayang tolong jangan tinggalin aku jangan pergi dari hidupku aku nggak bisa tanpa kamu sayang"Satya membawa Vania dalam pelukannya.
"Kamu tetep sama aku ya aku janji aku akan selalu ada buat kamu tolong jangan tinggalin aku,apapun yang kamu minta akan mas penuhi asal kamu tetap sama mas apartemen ini aku beli atas nama kamu sejak pertama bertemu denganmu aku sudah mulai jatuh cinta dan aku percaya suatu saat nanti kita akan bisa hidup bersama jadi kamu bisa tinggal disini dari dulu kan mas suruh kamu tinggal tapi kamu nggak mau,mas juga minta maaf kalo nggak bilang jika apartemen ini atas nama kamu dulu mas belum sempat bilang papa sudah nyuruh aku pindah ke Bandung".
Vania pun menerima permintaan Satya meski sebenarnya dalam hati berat untuk menerima tapi tak dapat dipungkiri Vania sangat mencintai Satya terbiasa dengan sentuhannya dengan kehangatan yang Satya berikan.
*****************
"Mas...aaargh...lebih cepet mas aaku...mau kkluuuaar",racau Vania merasakan kenikmatan yang ia rasakan saat ini.
"Sayang kamu nikmat banget tubuh kamu buat aku merasa selalu ingin di dalamnya aku sayang banget ma kamu Vania".
Mereka seakan tak kenal lelah sudah berapa kali mereka melakukan lagi dan lagi menyalurkan hasrat kerinduan selama kesalah pahaman kemarin mereka sama sama saling membutuhkan saling mendamba seakan tak ada hari esok hingga malam mereka baru terbangun karena kelelahan.
"Mas jam berapa ini aku kok laper ya kamu sih nakal banget tau",sambil mencubit perut Satya.
"Aaghh..sakit dong sayang masak dicubit sih mau lagi hmm..,"Satya mengedipkan matanya menggoda Vania.
"Iih...apaan sih mas masih capek ini tau laper oh ya mas aku lupa tolong ambilkan obat aku di laci sebelah kamu aku lupa minum".
"Obat apa sayang kamu sakit?"tanya Satya khawatir.
"Bukan mas itu obat pencegah kehamilan aku selalu minum selama kita berhubungan mas".
"Kamu nggak mau punya anak sama aku? nada kecewa dari Satya.
"Bukan gitu mas aku belum siap aja lagian sekarang status mas juga suami orang apa kata orang nanti kalo aku hamil tapi nggak ada suami orang tuaku di kampung juga gimana".
"Aku akan nikahin kamu nggak usah khawatir aku akan tanggung jawab kamu tahu kan aku nggak main main sama kamu sayang".
"Nggak segampang itu mas apa kamu bisa adil lalu gimana dengan istri kamu orang tua kamu,udah kita jalani aja dulu nggak tahu nanti gimananya".