Waktu berjalan begitu cepat tak terasa tiga bulan sudah Vania menjalani hubungan dengan menjadi wanita simpanan Satya,sebenarnya di hati kecil Vania terbersit rasa malu nggak nyaman dengan statusnya kini tapi apa daya rasa cintanya pada Satya menutup segalanya ,ia begitu mendamba memuja sosok Satya yang mampu memberikan segalanya apa yang Vania butuhkan meskipun Vania bukan wanita yang mengincar harta Satya.Vania cukup tahu diri darimana ia berasal bahkan meskipun Satya memberikan apartemen dan kartu kredit untuknya tapi Vania tetaplah wanita yang tidak tamak akan harta penampilannya juga biasa natural karena ia sudah cantik tanpa make up tebal apapun yang dikenakan Vania juga pas dan pantas bersyukurlah ia dikaruniai tubuh yang indah banyak diantara temannya yang memuji bahkan secara terang terangan mengakui jika Vania memang cantik dengan tubuh yang proporsional dan terkesan sexy malah.
Satya dan Vania menjalani hari hari mereka dengan sangat bahagia karena mereka bisa saling mengerti Vania juga tidak menuntut Satya untuk selalu menemani dan mengunjunginya setiap hari.Mereka tahu kapan saling membutuhkan seperti saat ini mereka tengah menghabiskan waktu di puncak karena hari ini Satya mengajak Vania ke Bandung.
Mereka menghabiskan semalam disana dengan memadu kasih bercengkerama bercanda di dukung dengan suasana dingin disana yang semakin membuat mereka terbuai meskipun singkat tapi mereka sangat menikmati kebersamaannya.
Vivi istri Satya mulai ada rasa curiga karena Satya seminggu sekali tidak tidur dirumah.Ketika ditanya pasti alasannya akan lembur di kantor.
Meskipun hari libur Satya selalu menyempatkan waktu untuk keluarganya tapi sebagai istri dia merasakan ada yang ganjal.
Hari ini Satya pulang dari Bandung,sebelumnya ia pamit pada Vivi jika ada kerjaan di Bandung saat Vivi meminta untuk ikut Satya menolak dengan alasan disana cuma sehari dan mungkin akan sibuk jadi tinggallah Vivi dirumah.Padahal itu hanya alasan Satya agar dia bisa berdua dengan Vania.
"Mas sudah pulang gimana kerjaan di Bandung lancar",Vivi menyambut Satya dengan mengambil tas dan jas Satya.
"Iya Vi lancar nggak ada masalah aku capek banget aku istirahat ya"tampak wajah Satya memang lelah.
Bagaimana tidak dari tiba di Bandung seharian hingga malam Satya dan Vania menghabiskan waktu mereka untuk saling menyalurkan kerinduan selama satu minggu tidak bertemu karena sama sama sibuk.
Weekend ini Satya mengajak Kevin dan Vivi ke taman bermain ditengah perjalanan tak jauh dari arah kosan Vania Kevin minta dibelikan coklat.
Satya hafal betul daerah ini apalgi ia sering kesini karena kosan Vania tak jauh dari jalan raya hanya masuk gang 200 meter dari jalan raya.
"Daddy aku mau coklat ya",pinta Kevin.
"Itu kebetulan di depan ada mini market mas kita beli disitu aja"ajak Vivi.
Satya hanya mengangguk dalam hati ia berharap semoga tidak bertemu dengan Vania karena ada Vivi meskipun Vania tahu Satya pria beristri tapi jika bertemu langsung dan melihat keduanya mesra pasti ia akan merasakan cemburu.
Merekapun turun dna mencari apa yang mereka butuhkan.
Disisi lain ternyata Vania berada di minimarket tersebut karena kebetulan Vania masuk shif sore ia pergi ke minimarket dekat kosan untuk membeli beberapa bahan makanan untuk stok yang kebetulan di kulkas abis.
Saat melihat lihat barang tanpa sengaja Vania menyenggol wanita cantik yang tak lain adalah Vivi.
"Mm..maaf ya mbak saya nggak sengaja ",dengan senyum manisnya.
"Hmm...lain kali hati hati"tanpa senyum diwajahnya dan berlalu sambil menggandeng anak laki laki.
"Ketus banget.."batin Vania.
Melanjutkan melihat lihat barang yang dicari Vania tiba tiba terpaku saat melihat Satya dengan wanita yang ia senggol tadi baru kali ini ia melihat dengan jelas istri Satya.
Vania mundur berharap Satya tak melihatnya.
Namun saat akan berbalik Satya melihat Vania.Maksud hati ingin mengampiri tapi saat ini ia bersama anak dan istrinya.
Setelah Satya keluar dari minimarket baru Vania menuju kasir.Satya tahu Vania menatap lurus kepadanya dengan wajah sedih tapi ia juga tak bisa berbuat apa apa.
Vania pulang dengan perasaan sedih sesekali ia mengusap pipinya yang telah basah karena air mata.
"Beginilah nasib yang hanya sebagai simpanan meskipun mulut dan hati bilang cinta tapi melihat raga orang yang kita cintai bersama orang lain pasti tetap akan sangat menyakitkan",batin Vania seolah berteriak tak rela namun apa daya ia harus menerima konsekwensi menjadi nomor dua.
Satya mendapat notif pesan dari Vania,
"Mas aku tadi liat kamu sama istri dan anak kamu jujur aku cemburu mas kamu sama wanita lain ya meskipun aku tahu dia istri kamu tetap saja jika melihatnya aku sakit hati mas".
"Maafkan aku sayang aku tadi mau menghampirimu tapi kamu sudah berbalik dan Kevin minta segera pergi maafin aku ya sayang besok kita ketemu",balas Satya.
Keesokan harinya Satya pergi ke apartemennya karena Vania sudah disana sesuai dengan janji mereka kemarin untuk bertemu.
Sementara Vivi berencana membawakan makan siang untuk Satya dikantor tanpa memberi tahu terlebih dahulu.
Vivi menuju ruangan Satya sebelum masuk Vivi bertemu dengan Dika.
"Hai Dik mas Satya ad didalam kan?"
"Hai juga Vi, ng....anu Satya sedang ada meeting diluar baru aja pergi",sahut Dika.
"Kok kamu nggak ikut kalo meeting diluar kan selalu sama kamu".
"Nggak kali ini Satya pergi sendiri soalnya aku harus handle kerjaan di kantor kebetulan lagi sibuk banget kalo gitu aku tinggal dulu ya kamu bisa tunggu diruangan Satya aku tinggal dulu".
Dika langsung menghubungi Satya,"bro ada bini kamu dikantor aku tadi bilang kalo kamu lagi meeting diluar".
"Ya bro ada apa,haa..Vivi dikantor tumben,ok makasih aku segera kembali".
"Sayang aku harus balik ke kantor gak papa kan aku tinggal sendiri atau aku anterin ke kosan sekalian maaf hari ini aku nggak bisa temenin kamu lama ada Vivi dikantor pasti ntar dia ngadu macem macem sama papa".
"Tapi mas cuma bentar banget aku masih kangen",Vania memanyunkan bibirnya sambil memeluk Satya yang masih mengenakan kemeja.
"Iya sayang mas juga masih kangen ntar kan kita bisa ketemu lagi sekarang mas harus langsung balik ya".
Satya mencium kening Vania,"aku tinggal dulu sayang".
Sampai dikantor Satya menuju ruangannya tampak Vivi melihat lihat berkas dan juga membuka laptop Satya.
"Hei mas udah kelar meetingnya gimana lancar?"sambil menghampiri dan memeluk Satya.
"Tumben kamu kesini ada apa",sambil melepaskan pelukan Vivi.
"Mas jarang banget ngobrol sama aku sejak mas sadar dari amnesia aku ngerasa mas kayak jaga jarak sama aku kenapa mas".
"Nggak mungkin cuma perasaan kamu aja,aku harus pelajari banyak hal yang aku tinggalin selama aku sakit jadi mungkin aku agak sibuk aja",Satya beralasan.
"Aku bawain makan siang buat kamu mas ayo aku temenin makan ya aku siapin dulu".
"Hmm...jawab Satya malas".
"Ada yang bisa aku bantu mas kerjaan kamu?",tawar Vivi.
"Nggak ada,Kevin dimana kenapa kamu tinggal".
"Kevin sama mama mas makanya tadi nggak aku ajak,oh ya mas aku mau kerja di butik aku lagi Kevin kan udah besar bisa ditinggal lagian mama juga ijinin aku mau nemenin Kevin juga katanya kalo aku kerja".
"Oke terserah kamu yang penting jangan lupain kewajiban kamu".
"Ya mas makasih kalo gitu aku pulang dulu ya mo mampir ke butik juga dah lama aku nggak ngecek langsung".
"Ya udah hati hati"sahut Satya.
Sampai saat ini Satya memang belum mencintai Vivi istrinya,dari awal pun sebenarnya memang tida memiliki perasaan apapun.Begitupun sebaliknya tapi semenjak Satya amnesia Vivi berubah total dia menjadi wanita yang manja dan mulai membuka hati untuk Satya padahal Satya tahu Vivi sangat mencintai pacarnya yang dari awal mereka menjalin hubungan kedua orang tua Vivi tidak pernah memberikan restu.
Mungkin karena pacar Vivi bukan dari keluarga kaya dia pegawai kantoran biasa tapi entah apa yang terjadi sehingga Vivi sekarang berubah mencintai Satya yang bahkan Vivi sendiri mengakuinya langsung di hadapan Satya.
Tapi karena Satya dari awal memang tidak pernah mencintai Vivi jadi biasa saja dan sekarang ada Kevin itu karena Satya amnesia nggak ingat sama sekali tentan Vania dan itu dijadikan Vivi sebagai moment bersatunya mereka untuk menjadi lebih dekat dan intim.
Apalagi kedua orang tua mereka sangat mengharapkan cucu dari mereka maklum Vivi dan Satya sama sama anak tunggal.
Dan lebihnya lagi kedua orang tua Satya
sangat percaya dengan Vivi semua karena Vivi pintar mengambil hati orang tua Satya.