Regret

Seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya kini tengah menatap lirih benda yang sedari tadi berada digenggamannya. Sebuah benda yang sekejap langsung merubah kehidupan maupun masa depannya. Tanpa sadar gadis itu sudah menangis, meratapi nasib kedepannya yang entah ia sendiri juga tak akan tahu. Ia segera keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menghubungi seseorang yang harus bertanggung jawab akan semua kejadian ini. Beruntungnya orang yang ingin ia temui sudah lebih dulu menghubungi dirinya. Gadis bername-tag Kanaya itu segera pergi dengan membawa benda tersebut, tak peduli dengan panggilan sahabatnya yang terus memanggil dirinya sejak keluar dari toilet. Hanya satu yang ada dipikirannya, bertemu dengan Keenan. Ditempat lain, seorang lelaki berkulit tan tengah duduk dengan sebatang rokok ditangannya. Ia terlihat sedang menunggu seseorang. Netranya langsung mendapati seorang gadis yang sedari tadi ditunggunya, senyum tipis terbit diantara wajahnya ketika melihatnya, namun secepat itu juga ia menghapus senyumnya. Gadis itu terengah-engah sesampainya ia dihadapan sang lelaki. "ngapain lari sih? Kayak mau marathon aja" ucap sang lelaki yang tak habis pikir dengan tingkah gadis dihadapannya ini. "ada yang mau aku omongin" ucap gadis bername-tag Kanaya itu masih mengatur nafasnya yang sedari tadi berlari dari toilet sekolah menuju rooftop yang berada di lantai 4 sekolah mereka. Lelaki bername-tag Keenan .W. itu hanya mengangkat alisnya bingung sekaligus penasaran apa yang akan diucapkan gadisnya. Bukankah tadi dirinya yang mengajak bertemu karna suatu hal? "ada apa?" pertanyaan Keenan membuat gadis itu menatap ragu kearah sang kekasih. Kanaya menggigit bibirnya sebelum ia memberikan sesuatu pada kekasihnya dengan tangan bergetar. "ini apa?" tanya Keenan lagi sesaat setelah ia menerima benda yang diberikan gadisnya, Keenan tentu tahu apa benda itu. Tespack, tapi untuk apa Kanaya memberikan benda itu padanya terlebih adanya tanda dua garis merah yang membuat Keenan semakin dibuat bingung dan...takut. "aku hamil" lirih Kanaya membuat Keenan kini menatapnya tajam. "trus hubungannya sama gue apa?" ucap lelaki itu membuat sang gadis kini terdiam, terlebih dengan perubahan panggilan dan nada dingin yang keluar dari lelaki itu. Seakan menghunusnya. "ini anak lo" ucap Kanaya dengan suara yang bergetar, ia berusaha menahan air matanya untuk tidak turun. "gue tau, tapi bukan berarti gue harus tanggung jawab kan? Ingat kita ngelakuin itu karna sama-sama mau, bukan gue maksa lo" ucapan Keenan tentu saja menohok hati sang gadis. Marah, kecewa, sedih semuanya bercampur didalam diri sang gadis. Tentu saja ia ingat apa yang ia dan lelaki itu lakukan sebulan lalu hingga akhirnya seperti ini. Ia tidak meyangka jika lelaki yang hampir 3 bulan menjadi kekasihnya adalah seorang pengecut dan jugs b******k. "gue gabakal tanggung jawab, mending lo gugurin daripada lo bikin kita malu!" ucap Keenan lalu pergi meninggalkan Kanaya yang kini hampir terjatuh tidak berdaya. "dan asal lo tau, selama ini gue cuman manfaatin lo, Kanaya!" Air mata Kanaya langsung jatuh begitu mendengar ucapan Keenan, ia terisak selain karna kehamilannya ucapan lelaki tadi benar-benar membuatnya terkejut. ** Kanaya berjalan tak tentu arah setelah ia memberitahu kekasihnya tentang kehamilannya. Sepeninggal Keenan, gadis itu terjatuh sembari menangis keras melepaskan semuanya. Penolakan dan kejujuran Keenan membuat gadis itu semakin terpuruk. "yaampun Nay, gue cariin lo dari-eh lo kenapa nangis???" ucap seorang gadis yang tiba-tiba datang menghampiri Kanaya. "gue gapapa kok, kenapa Git?" Kanaya berusaha mengalihkan perhatiannya gadis bername-tag Regita itu, ia hanya tak ingin membuat gadis itu khawatir.  "jangan bohongin gue! Lo kenapa sih Nay?" ucap Gita yang hanya dibalas senyum terpaksa dari sahabatnya itu. Disekolah ini, Kanaya hanya memiliki Gita sebagai teman maupun sahabatnya. Perbedaaan kasta yang melatar belakangi mengapa tak ada yang ingin berteman dengan Kanaya.  Kanaya hanyalah siswa penerima beasiswa yang beruntung bisa bersekolah disekolah swasta ini berbeda dengan Gita yang merupakan putri seorang pengusaha yang berada.  "kalo ada apa-apa cerita sama gue Nay, gue pasti bakalan bantu semampu gue" kata Gita membuat Kanaya sedikit tersentuh. Ia tahu Gita sangat baik tapi apa mungkin Gita masih mau berteman dengannya jika ia tahu keadaan Kanaya saat ini. "gue gapapa kok, Git. Udah yuk, masuk kelas sebentar lagi bel" kata Kanaya berusaha meyakinkan Gita kalau dirinya baik-baik saja. Gita sendiri hanya bisa pasrah dengan ucapan sahabatnya ini, ia tidak mungkin memaksa Kanaya untuk berkata yang sejujurnya walaupun ia sangat tahu jika keadaan Kanaya saat ini tidak baik-baik saja.  Langka keduanya tiba-tiba terhenti saat didepan keduanya, Keenan tengah menggandeng seorang gadis yang merupakan putri pemilik sekolah, Jeanna. "cih, kegatelan banget itu cewek. Lo emangnya udah putus sama Keenan, Nay?" tanya Gita saat melihat pemandangan menggelikan didepannya. Kanaya sendiri masih  berusaha menutupi keterkejutannya, jadi ini alasan Keenan meninggalkan dirinya?